23. Welcome home, Larissa

74 7 4
                                    

Hari semakin malam dan Senja memutuskan membawa Larissa ke sebuah cafe yang tidak jauh dari sungai Seine. Mereka menikmati beberapa hidangan dalam diam, seolah membiarkan hiruk pikuk disekeliling mereka menjadi sebuah teman melepas rindu.

"Pasti Kevin yang nyuruh kamu ke sini, kan?" Senja memecahkan keheningan yang tercipta beberapa saat yang lalu.

Larissa mengangguk, "Kevin tiba-tiba datang ke rumah, dia pamitan sama aku kalau mau bawa Laras pergi setelah sembuh nanti dan nyuruh aku buat datang ke sini. Reno sama Naren juga yang ngasih tahu kalau kamu ada di sini."

Senja tersenyum lembut, "Icha, aku di depanmu lho ini, kenapa malah nunduk terus?" Sindiran halus Senja berhasil membuat Larissa mendongakkan kepalanya dan menatap laki-laki bersurai light brown yang tengah tersenyum manis kearahnya.

"Kamu apa kabar, Ris?" Senja menatap lurus sepasang netral caramel milik Larissa. "Harusnya aku tanya ini daritadi, tapi lihat kamu sekacau itu buat aku urung."

"Nggak pernah merasa lebih baik dari sekarang." Larissa membalas tatapan Senja dengan pandangan sendu sarat akan rindu. "Ya, it's feel better to see you in front of my eyes, Senja."

Senja semakin melebarkan senyumnya, apa yang Fero katakan padanya dulu terbukti nyata.

"Seseorang yang memang sudah ditakdirkan untukmu pasti akan kembali padamu, sejauh apapun kalian berpisah, bagaimanapun caranya pasti ia akan tetap kembali."

"Udah malem, Ris. Ayo, aku antar ke hotel tempat kamu nginap." Senja bangkit setelah membereskan barang bawaannya.

Mereka menikmati malam dengan berjalan kaki. Larissa sendiri berjalan dua langkah dibelakang Senja, gadis itu sedang mencoba menenangkan pikirannya sendiri. Senja tidak menanggapi kalimat yang ia utarakan di cafe tadi dan malah lebih memilih untuk mengajaknya pulang.

'Aku nggak ada kesempatan lagi ya.' Batin Larissa menatap punggung Senja dalam diam, pandangannya kembali menunduk dan tanpa sadar dia membuang napas cukup keras.

Bruk...

Larissa menabrak punggung Senja yang tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia merutuki kebodohannya akibat tidak memperhatikan jalan.

Gadis itu merasakan tangan kirinya digenggam lembut, menjadikan tubuhnya perlahan bergerak tepat disamping Senja.

"Jalan di sampingku, kamu bukan bawahanku yang harus jalan dibelakangku, Ris. Dan satu lagi, hilangin kebiasaan kamu yang suka overthinking di tengah jalan." Senja menggenggam erat tangan Larissa dan melanjutkan langkahnya pelan.

"Mampir ke sungai lagi mau nggak? Kalau malem gini pemandangannya bagus."

Larissa mengangguk semangat membuat Senja tertawa pelan. Dalam hati Larissa berujar agar waktu sedikit melambat, sebab ia masih ingin melepas rindu dengan sosok yang tengah menggenggam tangannya ini.

"Di sini berapa lama?" Tanya Senja saat mereka telah duduk disebuah bangku yang mengarah tepat ke sungai dengan air yang memancarkan sinar lampu.

"Kata Kevin sampai aku ketemu kamu, tapi sekarang udah ketemu mungkin secepatnya dia nyuruh aku pulang."

Senja menangkap sebersit rasa kecewa dari kalimat yang gadis itu ucapkan.

"Senja."

"Hm?"

"Boleh aku minta peluk? Sekali aja sebelum aku pulang." Sedikit was-was jika saja laki-laki itu tidak menanggapi permintaannya.

"Boleh. Peluk aja sepuas kamu."

Senja merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, menyambut Larissa yang menenggelamkan tubuhnya pada dekapan hangat Senja.

Larissa melingkarkan tangannya erat dipinggang Senja, telinganya pun mampu mendengar irama detak jantung Senja yang bertalu persis seperti apa yang tengah dirinya rasakan.

Senja || Huang RenjunWhere stories live. Discover now