🌙ㅣ32. Harapan untuk Mereka

Start bij het begin
                                    

- 4B -

“Lo bisa diem gak, sih?”

“Lo yang diem, Bang. Gue dari tadi cosplay jadi batu bata!”

“Lo nyenggol gue mulu, suara napas lo juga berisik!”

“Enak aja, napas lo bau!”

Alvaro yang dari tadi diam langsung menyandarkan dirinya pada dinding dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Sejak lima menit lalu sebenarnya tidak ada yang diam, dua lelaki yang beradu argumen itu sama-sama berisik walaupun berbisik-bisik. Keduanya gila dan tidak sadar diri, begitu menurut Alvaro.

Omong-omong, saat ini Alvaro sedang berada di depan bangunan yang jarang sekali dikunjungi. Gudang sekolah yang hanya disinggahi jika akan mengambil berang-barang yang diperlukan, itupun jarang. Ia, Alzero, dan juga Alvano berada di sana karena ide Alvano. Lelaki itu melihat Rembulan masuk ke gudang dan rasa penasarannya tidak bisa ditahan.

Berakhirlah ketiganya mengendap-ngendap, ingin memantau di depan pintu.

Tetapi kali ini, sepertinya tidak bisa dikatakan mengendap-ngendap karena Alzero dan Alvano sudah menabrak pintu dan keduanya terjatuh dengan kening mencium lantai.

Alvaro menghela napas dengan sabar, ia ingin segera pergi dari sana agar dirinya tidak ketahuan namun saat mendengar suara lelaki dari dalam, Alvaro tak bisa pergi begitu saja.

Ia bertanya-tanya, Rembulan masuk ke gudang dengan laki-laki? Apa-apaan itu?

Langkah kakinya diputar untuk masuk ke dalam, Alzero dan Alvano masih ribut menyalahkan saat Rembulan muncul dengan beberapa murid lain.

“Gak berdua?” suara Alvaro keluar begitu Rembulan menatapnya penuh tanya.

“Berdua?” ulang Rembulan tak mengerti, lalu menatap ke depan. “Kalian mau apa?”

“Eh? Hehehehe.” Alvano tersenyum lebar dengan sebelah tangan menggaruk belakang kepalanya, sementara tangan lain menyenggol pinggang Alzero.

Alzero berdeham, berusaha tenang dan tetap berwibawa di hadapan murid-murid ini. Ia berdiri dengan cepat dan merapikan seragamnya, dalam hati sudah mengumpati Alvano dengan segala macam bahasa binatang.

“Lagi meriksa bangunan aja. Cita-cita gue jadi arsitek.” Jawaban tak masuk akal itu berhasil Alzero ceploskan membuat Alvano menganga.

“Lo nyari alasan yang logis dikit dong, Bang!” protes Alvano. “Bilang mau nyapu kek, nangkap nyamuk kek, apa kek.”

Rembulan tambah bingung dengan jawaban itu, serius ia tidak paham ada apa dengan ketiga kakaknya ini. Tambah bingung lagi saat Bela menarik lengannya, membutuhkan penjelasan.

“Yang penting gak berdua.” Suara Alvaro keluar lagi, matanya menelisik penampilan orang-orang yang berada di samping Rembulan dan pada sosok lelaki satu-satunya.

“Iya, untungnya Bulan gak sendirian jugaa!” Alvano tersenyum lebar. “Kalian lagi apa di sini? Boleh gak gue gabung? Kan ada cowok juga, tuh. Masa gue gak boleh?”

Bela mengernyit, ia tahu betul siapa ketiga lelaki yang datang. Mereka adalah murid baru, terkenal di SMA Pelita ini karena pesonanya dan jangan lupakan jika mereka keturunan Zanava.

4 Brother'z | TERBITWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu