Renjun duduk memeluk tubuhnya. Hatinya bergelung tak nyaman, terlebih mimpi panjang yang menengembalikan memori masa kecilnya. Ia merasa bersalah atas semua. Benar yang dikatakan lucas, kakaknya. Kenapa tuhan tak mencabut nyawanya saja saat itu. Mungkin semua tak akan serumit ini. Tak akan ada yang tersiksa dan tersakiti karena dirinya yang tak berguna.
Renjun menoleh saat pintu ruangan itu terbuka menampilkan sosok yang tersenyum membawakannya nampan berisi makanan.
"Sarapan sayang~" ujarnya semeringah sambil menghampiri Renjun dan duduk disampingnya. Renjun memalingkan wajah tak acuh, ia masih tak menyangka bahkan benar-benar jengkel dengan kegilaan orang ini.
"kenapa sih? Kok gak mau dimakan. Kan aku udah capek-capek masakin buat kamu."
Renjun bergeming, seakan malas menanggapi. Namun sebilah pisau menggores pipinya dengan begitu cepat. ia menoleh dan cukup berjengit terkejut ditambah rasa perih yang ia rasakan.
"kalau aku ngomong tuh lihat ke arahku." ujarnya dengan nada merajuk. Renjun hanya mengernyit tak paham akan jalan pikir anak ini. Bisa-bisa ia berbuat jauh padanya.
"Park Jisung, kau benar-benar sudah gila."
Jisung tekekeh setelah melihat gerakan tangan dari Renjun sebagai komunikasinya.
"iya, memang. Kau yang membuatku gila setiap harinya."
"jangan membual!"
"aku penasaran, kenapa kau sangat sulit untuk dibunuh. Ternyata kau memiliki banyak penjaga. Kalau tau begitu, aku musnahkan saja mereka dari dulu lalu membunuhmu. Dengan begitu tak akan ada yang bisa memilikimu." ujar Jisung enteng, membuat mata Renjun terbelalak lebar.
"bunuh saja aku, jangan libatkan orang lain lagi."
"sebesar itukah cintamu pada Jung sialan itu?" Renjun bergeming, tak lagi membalas ucapan Jisung. Ia tak menyangka Jisung mengetahuinya.
"padahal kerjaan kami sama, sama-sama sosok pembunuh." bisik Jisung ditelinga Renjun. Membuat si mungil ini semakin mematung dan tak bisa berkata apa-apa lagi.
"aku jadi semakin bersemangat membunuhmu didapannya langsung." Jisung menjilat darah yang keluar dari pipi Renjun, mengambil tali lalu mengikat tubuh Renjun. Ia melepaskan besi dipergelangan kaki Renjun lalu menariknya keluar.
"Kurasa tak ada sarapan terakhir. Karena kau tak mau memakannya." ujar Jisung setelah memasukan tubuh renjun ke mobilnya ia pun menutup pintu mobil tersebut lalu membawa pergi Renjun.
Renjun hanya bergeming sepanjang perjalanan. Tak tau akan dibawa kemana oleh bocah gila ini. Hingga mobil yang membawanya terparkir pada sebuah gudang besar yang tak terpakai.
Renjun masih dalam kondisi tak melawan, bahkan bisa dibilang ia sudah cukup pasrah dengan apa yang akan Jisung lakukan padanya. Ia hanya berharap tak ada orang lain lagi dalam hidupnya yang terlibat. Banyak yang sudah berkorban nyawa untuknya.
Namun dugaan Renjun salah, matanya membulat saat melihat sosok Jaehyun kini ada dihadapannya dengan kondisi tubuh yang terikat dan telanjang dada. Banyak luka cambukan di sekitar tubuhnya.
"kejutan." ujar Jisung, tertawa dengan puas.
"Jung Jaehyun, setelah sekian lama akhirnya kita bisa bertemu lagi."
"lepaskan dia, kau hanya menginginkan aku bukan?" Renjun mengernyit heran melihat interaksi keduanya.
"awalnya, tapi ia sangat menarik. Sayang sekali kalau kulepaskan begitu saja." ujar Jisung seraya mencengkram dagu Renjun. Renjun pun berusaha mengelak meski tenaga yang ia miliki tak sebanding.
YOU ARE READING
Without Words [JaeRen] √
Fanfiction[Jangan lupa follow, vote dan comment ya biar makin semangat nulisnya 😉] [Crime] [M] [Angst] [GAP] Aku mencintaimu, meski kata-kata itu ku ucapkan dalam diam. Jaehyun x Renjun Start ; 18 Juni 2021 Revisi ; 10 September 2021 End ; 7 November...
Datang Padamu [End]
Start from the beginning
![Without Words [JaeRen] √](https://img.wattpad.com/cover/273673138-64-k828457.jpg)