Keluarga

3.4K 452 16
                                        

«without words»

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

«without words»

Deru napas mengalun dengan begitu teratur di kamar berukuran sedang itu. Sosok pria bertubuh mungil tertidur pulas, bahkan ia tak merasakan sosok lain yang masuk kekamarnya. Memandangnya dengan penuh damba seakan tak ada duanya di dunia ini.

Renjun membuka kelopak matanya saat merasakan usapan lembut dipipi. Sosok yang berada dihadapan Renjun hanya tersenyum, lalu mencubit gemas pipi Renjun yang terlihat cukup berisi.

"ayo bangun, aku sudah buatkan sarapan, jangan malas-malas!" Renjun mengerucutkan bibir sambil mengusak kelopak matanya, dengan sedikit malas ia mengangkat tubuhnya untuk bangun. Tanpa sadar sebuah kecupan singkat mendarat dibibirnya, membuat si lelaki mungil itu berjengit terkejut.

"morning kiss." ujar Jisung yang lalu pergi ke dapur, meninggalkan Renjun sebelum murka. Renjun hanya bisa menghela napas dengan kelakukan manajernya yang kelebihan kalsium itu, dan ia pun menyusul managernya ke dapur.

Aroma masakan yang begitu lezat menyapa penciuman Renjun, ia pun bergegas duduk dimeja makan. Namun sebuah tangan menarik kerah baju tidurnya seperti anak kucing.

"cuci mukamu dulu sana, jorok!"

"Park Jisung, aku ini lebih tua darimu! Bisakan kau sedikit lebih sopan padaku?" sungut Renjun jengkel, bahkan diakhiri dengan memukul punggung Jisung setelah menggunakan tangannya untuk bicara.

"Kau lebih cocok menjadi adikku, atau kekasihku, mungkin?" Jisung terkekeh kecil, jelas hal itu hanya dihadiahi lirikan sengit dari Renjun.

Renjun pun memilih beranjak ke kamar mandi, sebelum akhirnya tubuh Renjun ditarik dalam pelukan pria yang jauh lebih tinggi darinya. Renjun sedikit menggeliat tak nyaman saat Jisung bertubi-tubi mengecupi lehernya, dan dengan sekuat tenaga Renjun mendorong tubuh Jisung meski hanya memberikan efek kecil.

"ku mohon jangan seperti itu."

"aku suka wangimu saat baru bangun tidur, seperti bayi." ujar Jisung, tanpa merasa bersalah meski wajah Renjun tampak jelas memerah karena menahan emosinya.

Renjun mendengus jengkel lalu pergi menuju kamar mandi sambil menghentak-hentakan kakinya.

"hyung, Love you." ucap Jisung sedikit berteriak, karena Renjun yang langsung menutup pintu kamar mandinya dengan cukup kencang.

"menggemaskan sekali kau, Huang Renjun. Hanya orang bodoh yang sanggup meninggalkan sosok sepertimu." guman Jisung, dengan matanya yang terus melekat pada pintu kamar mandi.

"bagaimana kemarin?" winwin terpelenjat saat baru saja keluar dari kamar mandi dan Ten langsung menodongnya dengan pertanyaan itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"bagaimana kemarin?" winwin terpelenjat saat baru saja keluar dari kamar mandi dan Ten langsung menodongnya dengan pertanyaan itu.

"bagaimana apanya hyung?" winwin yang sedikit malu pun berjalan dengan cepat menghindari Ten dengan wajah penasarannya.

"Eii, kencanmu dengan pria Hongkong itu, hmm siapa namanya?"

"Lucas, Huang Lucas."

"ah, iya! Bagaimana dia? Menyenangkan?" mata Ten berbinar dengan begitu semangat, sedangkan Winwin hanya menjawab dengan anggukan, wajahnya terlihat memerah karena malu.

"apa kalian berkencan?"

"belum sejauh itu hyung, kami hanya saling tukar cerita dan pengalaman masing-masing saja."

"menyenangkan?" Winwin tersenyum dan mengangguk, wajahnya masih tersipu malu dan jelas membuat Ten gemas.

"syukurlah." ujar Ten sambil mencubit pelan pipi Winwin.

"oh iya hyung, kau mau ikut? Aku ingin ke tempat Renjun." Ten tampak menghela napas, wajahnya terlihat lelah karena ia baru saja pulang dari shift malamnya.

"aku mau, tapi aku lelah sekali belum tidur. Nanti siang Kun ingin mengajakku kerumahnya, dan bilang ingin mengenalkanku dengan keluarganya." ujar Ten dengan nada yang sedikit sedih, namun berbeda dengan Winwin yang justru antusias dengan mendengar kalimat terakhir dari hyungnya itu.

"Sudah sejauh itukah hyung?"

"dia sangat baik padaku, aku tidak tau apakah sudah bisa dikatakan jauh atau tidak. Namun ia selalu membuatku yakin bersamanya." Winwin menubruk tubuh Ten dan memeluknya erat.

"aku hanya bisa berdoa semua yang terbaik untukmu hyung. Kau layak bahagia, karena kau selalu membuat orang-orang terdekatmu bahagia." Ten terkekeh kecil sambil membalas pelukan Winwin. "Terima kasih, manisku. Kau pun juga harus bahagia! Ingat itu." Winwin mengangguk. Setelah intraksi manis itu pun Winwin berbegas pergi mengendarai mobilnya menuju rumah Renjun. Jisung, manager lelaki mungil yang sudah seperti adiknya itu mengabarkan hal yang tidak menyenangkan.

Winwin benar-benar ingin membawa Renjun pergi dari rumah itu, sepanjang perjalanan ia hanya tak henti menyusun kata-kata yang tepat agar Renjun menurut padanya.

Namun saat ia sampai dan mengutarakan keinginannya, lagi-lagi hanya penolakan yang ia dapat.

"aku tidak apa-apa ge. Sungguh. Lagi pula Jisung sering kesini, aku aman bersamanya."

"tapi aku tidak 24jam bersamamu, menurutku terlalu bahaya juga bila kau tinggal sendiri di rumah suram ini." timpal Jisung, saat namanya dibawa oleh Renjun. Sungguh, lelaki mungil itu ingin sekali mencekik managernya. Tolonglah, saat ini Renjun butuh dukungan, bukan dikompori seperti itu.

"kenapa kau masih bersikeras menunggu mereka? Sedangkan belum tentu mereka masih hidup bukan?" sarkas Winwin, seakan paham masalah utama Renjun menolak pergi dari rumah ini.

Renjun terdiam, jujur hatinya dongkol mendengar ucapan dari Winwin. Namun ia tak ingin berdebat, walau hatinya ingin meneriaki sosok yang sudah ia anggap seperti kakaknya juga.

"terima kasih kalian sudah mengkhawatirkanku. Aku janji akan lebih berhati-hati lagi nanti. Semalam memang salahku yang pulang terlalu larut."

Kini Winwin yang terdiam, semenjak Renjun beranjak dewasa, ia benar-benar berubah. Meski tetap keras kepala, namun ia tak ingin menyalahkan orang lain dari semua keadaannya. Membuat batin Winwin semakin teriris. Apa ia terlalu keras pada Renjun, hingga anak ini terlihat banyak menutupi rasa sakitnya seorang diri.

Winwin paham, yang dirasakan anak mungil yang sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa ini, benar-benar mencintai dengan tulus sosok yang selalu Winwin anggap sebagai monster. Walau tak tau tepatnya siapa, diantara ke 5 pria gila itu. Renjun jadi semakin tertutup sekarang.

"Gege mohon padamu, hubungi gege bila kau butuh apapun! Jangan sungkan, bila kau masih ingin tetap tinggal disini. Gege tidak mau ada hal buruk terjadi padamu." tegas Winwin, Renjun pun membalasnya dengan senyuman.

"siap ge, di sini hanya gege keluargaku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi, bahkan aku tak bisa menemukan keluargaku di Cina. Tentu aku akan banyak merepotkanmu, sabagai adikmu." Winwin memeluk erat tubuh Renjun, membelai lembut punggungnya.

"ceritakan apapun padaku, aku akan mendengarkannya." Renjun mengangguk dalam pelukan Winwin.

"Kalau kau butuh tambahan keluarga, aku siap menikahimu." ujar Jisung yang langsung di lepar bantal oleh Renjun. Winwin hanya terkekeh geli melihat interaksi mereka.

Setidaknya memang sosok Jisung berada disamping Renjun cukup membuatnya tenang. Jisung benar-benar bisa ia percaya menjaga adik kesayangannya ini.

Tbc_

Pendek ya :(

Lagi stuck bgt

Without Words [JaeRen] √Where stories live. Discover now