[Jangan lupa follow, vote dan comment ya biar makin semangat nulisnya 😉]
[Crime] [M] [Angst] [GAP]
Aku mencintaimu, meski kata-kata itu ku ucapkan dalam diam.
Jaehyun x Renjun
Start ; 18 Juni 2021
Revisi ; 10 September 2021
End ; 7 November...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
« without words »
"Ten hyung belum juga ditemukan." ujar Winwin lirih sambil meremat jemarinya, cemas. Renjun bahkan Jisung pun tak kalah khawatir, semua tergambar jelas diwajah keduanya.
"keluarganya terus mengabari gege, bahkan ibunya kini jatuh sakit. Gege tak tau harus berbuat apa lagi." air mata winwin pun runtuh dengan tubuhnya yang gemetar. Orang yang paling ia sayangi disini, yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Melakukan hal yang diluar nalar, dan ia pun masih sulit untuk menerimanya.
Polisi masih mecari terus sosoknya yang benar-benar lenyap seakan tertelan bumi. Winwin ingin sekali bertemu dengan Ten, dan mendengar semua dari dirinya langsung.
"kita hanya bisa berdoa untuk semua yang terbaik ge, kau juga jangan menyiksa diri dengan pikiran-pikiranmu itu." ujar Renjun yang sesungguhnya tak tau harus berkata apa lagi. Bila ia di posisi Winwin pun akan mengalami syok yang berat juga. Namun disisi lain kekhawatirannya, Renjun merasa dirinya benar-benar bahagia. Ya, ia masih tak menyangka menerima cincin dari Jaehyun sebagai tanda ikatan, yang melingkar di jari manisnya dan sengaja ia tutupi dengan tangan yang lain sejak tadi.
Ia belum siap menunjukan pada mereka, dan enggan pula melepas pemberian Jaehyun yang selalu berharga baginya.
Bukan, bukan berarti ia tak memikirkan Ten sama sekali. Ia pun cukup khawatir dan tak menduganya, namun persoalan 'membunuh' bukan hal yang tabu baginya. Ia tinggal cukup lama dengan para pembunuh bayaran.
Ten pasti memiliki alasan, terlebih Jaehyun bilang tak perlu khawatir. Kata-kata itu seperti sihir yang menghilangkan gudahnya.
Oleh sebab itu, Renjun merasa jauh lebih tenang. Meski sesungguhnya ia tak tau fakta dari kondisi Ten saat ini. Ia sudah terbiasa mengubur rasa penasarannya.
"Renjun, apapun yang terjadi kau harus hubungi gege ya." Renjun membalas dengan anggukan.
"selama Renjun disisiku, dia aman hyung. Kau juga jangan khawatir."
"Terima kasih Jisung ah, mungkin kalau tidak ada kamu selama ini Renjun sudah mendapat banyak hal buruk. Ah! Aku sama sekali tidak bisa membayangkannya." Winwin menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir bayangan sial itu.
Renjun tersenyum melihat Winwin yang baginya menggemaskan. Ia pun bangkit dari posisi duduknya, menghampiri Winwin dan memeluknya dari belakang.
"aku bisa menjaga diri ge,"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Langit cerah dengan awan putih memenuhi langit siang ini. Udara panas yang cukup mencekik dan jelas membuat siapapun enggan untuk keluar rumah. Itu sebabnya aktifitas jalanan terlihat renggang. Itulah yang dilihat Ten dari kamar sebuah gedung yang cukup tinggi, yang sama sekali tak ia tau sesungguhnya dimana ia berada.
Pikirannya terus bergelut akan kejadian tempo hari, apa yang dilakukannya sudah benar? Apa yang terjadi setelah ia pergi? Apa semua akan baik-baik saja?
Pikiran-pikiran itu terus menusuk-nusuk dikepalanya.
Ia membunuh untuk melindungi diri bukan? Sama seperti beberapa hewan yang memiliki pelindung dari yang ingin memangsanya. Bila mangsanya mati, itu hanya sebuah takdir. Namun rasa bersalah tetap menghantui dirinya
Bila dilihat lagi, ia pun tetap salah. Ia bermain dengan pria lain yang memancing emosi Kun. Bila ia bilang itu sesuatu yang adil, haruskah ia mati juga?
Tanpa sadar, pria berkebangsaan Thailand itu meneteskan air mata. Pandangannya memburam dan ia pun terisak. Lagi, ia kembali memukuli dan mencakari dirinya. Namun sebuah tangan kekar menariknya, mendekapnya dalam pelukan.
"jangan bodoh!" bisiknya lembut. Membuat pergerakan tubuh Ten yang tadinya memberontak pun melemah.
"bunuh aku, biarkan aku mati saja." rancaunya.
"dan membiarkan usahaku sia-sia?" Ten terdiam, namun isakannya belum mereda.
Benar, ini terlalu banyak. Ten tau, menyewa tempat ini untuk orang sepertinya itu tak pantas. Terlalu mewah dan menyesakkan. Ia benar-benar tak pernah keluar sama sekali dari apartemen mewah ini. Johnny yang selalu datang membawakan kebutuhan Ten.
"Bila kau ingin mati, matilah. Aku akan mewujudkannya. Namun setelah itu, jadilah dirimu yang baru. Dan yang jelas, hanya milikku seorang." tutur Johnny yang masih belum sampai ke otak Ten. Ia terlalu banyak mengeluarkan tenaga untuk menangis hingga sulit hanya sekedar mencerna kata-kata ke otaknya. Tanpa aba-aba, Johnny justru melahap bibir pria manis itu. Isakannya kini benar-benar terhenti dengan rasa hangat dihatinya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
'breaking news,
Seorang mayat laki-laki ditemukan mati di pinggir sungai Han pagi ini. Pihak polisi masih mengidentifikasi mayat yang kondisi wajahnya sudah membusuk parah. Dari pakaian yang dikenakan, diduga ia adalah Ten Leechaiyapornkul Chittaphon, pria yang menjadi buronan polisi atas tidakannya membunuh pengusaha sukses Qian Kun.'
Renjun menggidik melihat televisi yang menayangkan berita tersebut. Matanya membulat tak percaya memandang Jaehyun yang sama-sama menonton berita. Ia pun melepas pelukan yang sedari tadi membuatnya nyaman.
"aku ingin ke rumah sakit. Aku ingin melihatnya. Baju itu, Ten hyung pernah makainya." Jaehyun justru terdiam melihat kepanikan Renjun, membuat pria mungil itu heran.
"hyung?"
"itu bukan dia, dia sudah aman bersama Johnny." ujar Jaehyun sambil mengusap lembut pipi Renjun.
"maksud hyung?" Renjun pun mengerutkan alisnya, tak mengerti.
"kalau kau sudah siap, aku akan membawamu menemuinya. Johnny sudah berusaha untuk menjaganya." Renjun melonjak tak percaya dan memeluk tubuh Jaehyun erat. Mengecupi bibir Jaehyun berkali-kali sebagai ucapan terima kasih.
"aku sayang hyung, aku sayang kalian samua. Tapi hyung tetap nomer satu." Renjun tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. Membuat Jaehyun mengulas senyum melihat tingkah gemas kesayangannya itu.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"tidak, itu bukan dia. Cari manusia laknat itu dan bunuh dia. Beraninya manuaia kotor seperti dia membunuh anakku."