🌙ㅣ29. Pertemuan yang Kedua Kali

Start from the beginning
                                    

Kening Alvaro mengerut, ia rasa ia pernah mendengar nama itu dulu. Begitu mengingatnya, Alvaro tersentak. Tentu saja ia tahu, sangat tahu siapa yang Agraska sebutkan. "Gue pernah balapan sama dia," jawab Alvaro.

"Dan?"

Alvaro tak mengerti. "Apa?"

Melipat kedua tangannya di depan dada, Agraska melangkah maju, mendekat pada posisi Alvaro. "Dan lo yang jeblosin dia ke penjara, kan? Gue tahu, Var. Dan itu tujuan gue ke lo. Balas dendam. Kita kelarin di sini sekarang, satu lawan satu. Lo menang, gue gak akan ganggu lo. Lo kalah, bebasin dia dari penjara!"

Balas dendam katanya? Alvaro belum bisa mencernanya dengan baik karena ada beberapa hal yang pastinya belum menjawab pertanyaan di kepalanya. Alvaro mengernyit, menatap Agraska dengan tajam. "Balas dendam atas dasar apa? Emangnya lo sama dia ada hubungan apa?"

Tawa Agraska mengudara saat itu, entah tawa sarkas atau apa, tangannya bergerak mencengkeram pundak Alvaro dengan kencang. "Var, lo harus tahu gue itu bukan ketua geng Axares. Ketua yang sebenernya itu Rexa, gue tangan kanannya, dan gue adiknya. Wajar 'kan kalau gue balas dendam?"

Agraska menyeringai saat melihat perubahan raut wajah Alvaro. Apa yang ia katakan benar adanya. Axares bukanlah geng motor yang ia bentuk, tetapi kakaknya yang melakukan itu sementara ia hanya tangan kanannya, bawahan kepercayaan Rexa yang sayangnya saat kakaknya itu penjara, ia sedang di luar kota. Yang ia tahu, Kakaknya dijebloskan masuk ke dalam penjara karena seseorang yang menjebaknya.

"Kita akhirin di sini, Var. Beresin semuanya di sini."

"Sebentar!" Rembulan berteriak panik kala Agraska menarik kencang kerah baju Alvaro. Gadis itu menarik Alvaro ke sebalahnya, menghalangi pergerakan Agraska. "Kamu gila!"

Sejujurnya, tidak ada keberanian sebesar ini dalam diri Rembulan untuk berteriak pada lelaki yang tak ia kenali. Hanya saja, Rembulan kesal saat ia mengerti arah pembicaraan mereka berdua. Jika disimpulkan, ada satu titik masalah yang menjadi kesalahpahaman.

"Harusnya kak Varo yang balas dendam, bukan kamu." Rembulan mengarahkan pandangannya lelaki tinggi yang ada di hadapannya. "Harusnya kak Varo yang marah sama kamu, Kak Varo yang--"

"Apa-apaan lo?! Gue tahu lo ceweknya dia, tapi gak usah ikut campur kalau lo gak tahu apa-apa!" bentak Agraska, menatap tajam pada gadis berkacamata di depannya. "Lo gak usah ngusik permasalahan gue sama dia!"

"Tapi--"

"Ngeyel lo! Lo gak tahu apa-apa! Kakak gue dipenjara gara-gara dia! Kakak gue harus nanggung hukuman gak jelas gara-gara dia! Lo pikir gue bisa diem aja?!"

Kening Rembulan mengerut, ia berbalik menatap Alvaro sejenak yang tampak sedang menahan emosinya, kedua tangan lelaki itu sudah mengepal. Rembulan berusaha tenang, mengembuskan napasnya dengan pelan. "Kamu emang kehilangan kakak kamu, tapi kamu sendiri tahu, itu cuman sementara waktu. Dia di sana juga buat nebus kesalahannya. Kamu harus sabar nunggu dia, gak bisa paksa kak Varo keluarin kakak kamu gitu aja."

Satu alis Agraska menukik. "Apaan lo ngomong begitu? Ngerti apa lo tentang masalah ini?!"

Rembulan tersenyum, membuat Agraska di hadapannya mendadak membeku dan mulutnya kelu untuk memaki. Rembulan menarik lengan Alvaro, agar mendekat ke arahnya. "Bulan udah bilang 'kan, kamu tinggal nunggu kakak kamu sampai waktu hukumannya selesai. Tapi kalau kak Varo, dia gak bisa nunggu. Kalian berdua itu sama, kehilangan orang yang berarti buat kalian. Bedanya, kamu harus nunggu biar ketemu lagi." Rembulan menunjuk Agraska, lantas ia menunjuk Alvaro di samping kirinya. "Tapi kak Varo, dia gak bisa nunggu. Orang itu udah pergi jauh. Bukan ke kota lain, bukan negara lain, tapi alam lain."

4 Brother'z | TERBITWhere stories live. Discover now