Kehilangan

3.3K 194 16
                                    

Shanin kembali lagi ke rumah Haikal. Tapi bukan lagi sebagai penghuni, hanya seorang pengantar makanan.

Gadis itu turun dari motornya tanpa melepas mantelnya. Tubuhnya sedikit menggigil karena terkena percikan air hujan. "Huft..Bismillah."

Setelah mengatur nafas dengan baik. Shanin mengetuk pintu rumah Haikal dan menyalakan bel.

Tidak lama kemudian Haikal sendiri langsung membuka pintu tersebut. Haikal tampak terkejut saat mengetahui pekerjaan Shanin sekarang.

"Assalamualaikum kak. Ini..ini orderan kakak. Totalnya 150 ribu," ucapnya sambil mengulurkan kantong plastik berisi makanan.

Haikal mengeluarkan uang dari sakunya dan mengambil sekantong makanan yang dibawa Shanin.

"Om Haikal, Aliya lapar." tiba-tiba seorang anak kecil menghampiri Haikal dan memeluk tubuhnya dari belakang.

"E..iya, nanti kita makan bersama ya," ucap Haikal kaku.

Beberapa kemudian ada seorang wanita menyahut dari dalam. "Aliya sayang, sini bantuin mama."

Shanin terkejut saat melihat anak Airin berada di sini. Dadanya benar-benar terasa sesak mengetahui hubungan Haikal sedekat ini dengan Airin dan anaknya.

"Permisi." Shanin langsung pergi dan berjalan menerobos hujan.

Namun saat Shanin hendak menaiki motornya. Haikal menghampiri wanita itu hingga tubuhnya basah terkena hujan.

"Shanin. Kenapa kamu menangis?!" tanya Haikal.

"Ha? Apa? Menangis? Shanin gak nangis kok, ini cuma air hujan!" teriaknya karena suara gemuruh hujan.

Namun Shanin tidak sanggup berbohong lagi. Isak tangisnya justru bertambah keras.

"Mantan suaminya kembali menemui Airin tadi sore. Jadi aku membawa mereka ke sini malam ini. Kamu jangan salah paham," jelas Haikal.

Shanin mengatur nafasnya dan kembali berbicara, "Lebih baik segera daftarkan perceraian kita ke pengadilan. Biar Shanin bisa semakin mudah ngelupain kakak!"

Haikal kecewa dengan ucapan wanita dihadapannya ini, dia tidak sanggup berkata apapun lagi.

Tiba-tiba Shanin memegangi kepalanya saat hendak naik motor. Kepalanya terasa sangat pusing. Tidak lama kemudian dia terjatuh, dan Haikal dengan sigap menangkap tubuh Shanin agar tidak jatuh kebawah.

Dengan panik, Haikal langsung menggendong tubuh Shanin kedalam. Dia menempatkan Shanin di kamarnya dan menyuruh Airin agar menggantikan bajunya dengan pakaian kering.

"Hanum. Tolong gantikan bajunya ya, aku tidak ada hubungan halal dengan dia lagi."

***

Keesokan harinya Shanin tersadar. Dia membuka matanya perlahan dan menyadari bahwa ini adalah kamarnya dengan Haikal dulu.

Shanin memiringkan badannya dan menangis memeluk bantal. Dia sungguh tidak ingin berpisah dengan Haikal. Pria yang dikaguminya sejak dulu. Tapi Haikal dengan cepat melupakannya, dan dengan mudah membawa wanita lain masuk ke rumahnya.

Tok..tok..tok

Hanum mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar sambil membawakan semangkuk bubur dan air hangat.

"Shanin? Kamu kenapa nangis?" tanya Airin.

"Kamu makan bubur dulu ya biar lebih baikan," ucapnya lagi.

Shanin mengangkat tubuhnya dan hendak turun dari kasur. Tetapi badannya masih sangat lemas.

"Kamu masih demam. Jangan memaksakan diri untuk pergi," ucap Haikal yang entah sejak kapan berdiri di depan pintu.

"Makan buburnya dan minum obat," ucapnya lagi lalu pergi meninggalkan mereka.

Hanum pun membantu dan mendampingi Shanin makan hingga minum obat.

"Makasih ya," ucap Shanin.

"Sama-sama."

"Beruntung ya kamu. Dari dulu sampai sekarang jadi orang yang terdekat dengan Haikal," ucap Shanin tiba-tiba dan membuat Hanum menjadi canggung.

"Kami..kami cuma sahabat dari dulu Shanin. Kamu yang lebih beruntung karena mendapatkan cintanya."

"Kisah kami dimulai saat kami menikah. Sebelum itu tidak ada hubungan apa-apa. Jadi wajar, Haikal dengan mudah menjatuhkan talak," ucap Shanin menunduk menghapus air matanya.

"Aku percaya. Kalau kalian saling mencintai. Allah akan menyatukan kalian kembali. Aku permisi dulu, kamu istirahat ya."

***

Setelah merasa agak baikan. Siang harinya Shanin bangun dari tidurnya dan keluar dari kamar. Sebelum itu dia sempat memandangi foto pernikahan mereka saat di rumah sakit. Begitu sederhana, namun itu adalah hal yang paling indah selama hidupnya.

Shanin berjalan dan melihat Haikal yang sedang membaca buku kedokteran di ruang tamu.

"Kamu sudah baikan?" tanya Haikal saat Shanin sampai di anak tangga terakhir.

"Alhamdulillah."

"Baguslah. Bisa kembali ke rumah Dimas."

"Maksud kakak apa?" tanya Shanin.

"Kamu tinggal dirumahnya kan. Sejak kapan kalian dekat?" Mata Haikal masih tertuju pada buku yang dia pegang.

"Apa bedanya sama kakak yang bawa Airin ke rumah ini?"

"Aku udah bilang kalau mantan suaminya datang mengancamnya lagi!!" Haikal mulai terpancing emosi. Membuat Shanin menunduk menahan tangis.

"Lebih baik kakak segera nikahi dia," ucap Shanin memberanikan diri.

Haikal langsung menutup bukunya dan berdiri menghampiri Shanin. Rahang pria itu mengeras menahan amarah. Dia mencengkram kedua lengan Shanin dengan keras dan membenturkan tubuhnya ke pegangan tangga. "Aww..sa-kit kak, lepasin."

Rintih Shanin tidak di dengar. Haikal menatap Shanin dengan tajam, membuat gadis itu ketakutan karena sikap Haikal yang berbeda. Tidak pernah ia semarah ini sebelumnya.

"Bagaimana.aku.bisa.menikahi dia.kalau melupakan kamu saja sangat sulit!" ucapnya dengan penuh penekanan.

"Kak..le-pas!" Shanin menangis dan berusaha mendorong tubuh Haikal. Tapi tenaga pria itu jauh lebih kuat.

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik, hiks.." ucapnya lagi.

Mendengar isak tangis Shanin. Haikal langsung tersadar dan melepaskan cengkramannya pada Shanin.

"Astaghfirullahal'adzim," ucap Haikal sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangan.

Akhirnya mereka sama-sama duduk dan membicarakan masalah ini dengan kepala dingin.

"Shanin minta maaf selama ini belum jadi istri yang baik. Tapi Shanin bersumpah, nggak ada pria lain dihati Shanin. Maafin ketidakdewasaan Shanin yang meminum obat itu diam-diam. Shanin cuma takut hamil, shanin belum siap dan masih mau sekolah lagi."

"Astaga, maafin aku Shanin yang selama ini terlalu egois. Aku minta maaf hanya masalah seperti ini sampai menjatuhkan talak. Aku pikir kamu gak mencintaiku jadi nggak mau mengandung anak dariku."

Shanin menggelengkan kepala, "Kakak itu orang pertama yang Shanin suka sejak dulu. Kakak itu kekasih impian Shanin."

BERSAMBUNG..

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA, HEHE ✌😍💜💛💙❤

Kekasih Halal HaikalWhere stories live. Discover now