2

1.8K 194 33
                                    

Rumah.

Atma pulang dengan emosi, dia bahkan membuka pintu dengan kasar sampai membuat Elvano yang sedang belajar di ruang tamu tersentak kaget. dengan perasaan takut elvano berdiri dan melihat sang ayah yang berjalan menghampirinya.

"papa" gumam elvano dengan takut.

"Dimana, Al?" terlihat kemarahan dari ekspresi sang ayah saat bertanya.

" Al ada di kamar, pa" jawab elvano dengan takut.

Atma tidak mengatakan apapun lagi, dia langsung pergi ke kamar alvaro untuk menemuinya dan elvano langsung mengikutinya karena sebenarnya dia menyembunyikan sesuatu. dengan kasar atma membuka pintu kamar, tapi tidak menemukan alvaro di dalam.

"Kamu bohong?" tanya atma melihat elvano.

"Maaf, pa. sebenarnya al belum pulang" elvano menelan salivanya karena takut, semetara atma mlihatnnya tanpa ekspresi, membuat elvano semakin takut.

"kemana dia?" tanya atma

"Pa, tolong jangan marahi al, kasihan di_" elvano menghentikan ucapan nya karena atma mmbentaknya.

"KEMANA ALVARO?" bentak atma, tapi elvano tetap diam.

Atma yang kesal memilih pergi meninggalkan elvano, tapi elvano langsung mengikutinya. elvano mencoba menahan tangan atma yang sudah menuruni anak tangga.

"Pa, tolong jangan_" elvano menghentikan ucapannya saat mendengar suara motor alvaro.

Dengan emosi Atma turun tangga untuk menghampiri alvaro yang baru masuk di ikuti elvano di belakangnya.

"Dari mana kamu?" tanya nya setelah berdiri di depan alvaro.

"Main" jawab alvaro, kemudian pergi ke dapur untuk minum.

Atma benar - benar kesal dengan sikap alvaro, dengan emosi dia menghampiri alvaro yang sudah memegang gelas berisi air untuk dia minum.

Prang

Suara pecahan gelas yang jatuh ke lantai karena tepisan tangan atma membuat alvaro dan elvano kaget.

"kenapa sih,pa? aku haus dan mau_"

Plak

Satu tamparan di wajah membuat alvaro diam dengan tangan memegang pipi kanan yang baru di tampar ayah nya. takut? tidak, alvaro malah melihat atma dengan tawa kecil.

"Masih berani kamu ketawa setelah apa yang kamu lakukan! mecahin kaca sekolah dan membuat guru terluka" Atma melihat alvaro dengan tajam." Kamu Ini Sebenarnya Punya Otak  Ngga,  Alvaro?" tanya nya dengan bentakan kecil.

Alvaro mencebik sambil mengelus pipi nya, kemudian melihat atma dengan senyum ejek sebelum mengatakan apa yang ingin dia katakan.

"pa, kalau muka Al bukan ciptaan Tuhan, kayaknya di pipi al udah tercetak telapak tangan papa, deh" alvaro tertawa kecil tanpa takut sedikitpun dengan ekspresi ayah nya yang marah. " Lagian papa kan punya uang banyak, papa juga berpengaruh di sekolah, jadi seharusnya papa bisa mengurus masalah yang ku buat." lanjut nya dan pergi dengan santai.

"Dasar Anak Bengal!" Atma yang sudah tersulut emosi menarik tangan alvaro dan menarik nya dengan kasar untuk mengikutinya.

Elvano mencoba membantu alvaro membujuk ayah nya agar tidak menyakiti saudara kembarnya.

"Pa, el mohon tolong jangan__" Elvano.

"DIAM DAN PERGI KE KAMAR MU SEKARANG" bentak atma sambil menunjuk kamar elvano dengan tangan kiri, sementara tangan kanan nya mencengkram kuat tangan alvaro.

"pa, el mohon__ "- elvano.

"pergi, el! nggak usah khawatirin gue!" pinta alvaro yang tidak mau saudara kembar nya ikut kena marah ayah nya.

"Tapi, al_"

"Tenang aja, gue baik- baik aja, kok" alvaro menyakinkan dengan tersenyum.

"Lo yakin?" tanya elvano dan alvaro mengangguk sebagai jawaban.

"Sana masuk kamar!" titah avaro pada adik kembar nya.

Elvano mengangguk pasrah dan pergi setelehnya.

"Lepas, pa!" alvaro menarik tangan nya, tapi malah di tarik dan di bawa ke kamar mandi.

sampainya di kamar mandi, atma mendorong alvaro dengan kasar. Dengan tatapan tajam melihat alvaro, atma melepas ikat pinggang yang sedang dia pakai.

"Tck,  selalu aja kayak gini" gerutu alvaro yang sudah hafal dengan hukuman yang akan dia terima.

Alvaro dengan santai berbalik badan, kemudian membuka baju karena dia tau apa yang akan ayah nya lakukan untuk menghukum nya. Sikap alvaro yang seperti itu membuat atma merasa di remehkan.

"Sampai Kapan Kamu mau jadi anak bengal?hah!" kata atma dan mengayunkan ikat pinggang ke punggung alvaro.

Ctas

Ctas

Ctas

"Ekhm" Alvaro mengerang dari balik mulut nya yang tertutup rapat. Dia tidak mau mengeluh atau memohon agar ayah nya menghentikan hukumannya.

"sakit,pa. Al mohon berhenti cambuk Al kayak gini"  Ucap nya dalam hati bersamaan dengan air mata yang jatuh.

"Besok kamu harus minta maaf sama pak deni karena udah membuat nya terluka dan terima segala hukuman yang dia berikan untuk mu!" - kata atma, tapi alvaro hanya diam.

"DENGAR, NGGAK?" Bentak atma yang geram karena ucapannya tidak di respon.

Atma kembali mencambuk punggung alvaro, luka garis dari setiap cambukan dapat atma lihat dengan jelas di punggung anaknya. Atma berharap alvaro memohon agar dia berhenti menghukum dan mengakui semua kesalahannya, tapi hal itu tidak di lakukan oleh alvaro. Alvaro tidak melawan atau menjawab semua yang di katakan ayah nya, dia hanya menggigit bibir bawah nya untuk menahan segala rasa sakit yang di rasakan. apalagi dia tidak memakai baju sampai membuat ikat pinggang yang atma cambukan langsung mengenai kulit punggung nya.

Perlahan pertahanan alvaro runtuh karena sudah tidak mampu lagi berdiri saat merasakan sakit di punggung nya membuat atma yang kalap dengan sengaja menyiram alvaro yang sudah duduk menghadap tembok dengan satu ember air dingin.

"Dasar bengal, bukannya minta maaf karena salah, malah diam saja seperti orang bisu. Andai aku bisa memilih, lebih baik aku hanya punya anak satu dari pada harus kembar, tapi yang satu selalu membuat malu" kata atma dan melempar ember yang dia pegang dengan asal.

alvaro hanya menunduk, dia menangis dalam diam mendengar ucapan sang ayah, rasa sakit di punggung nya tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan luka yang dia rasakan di hati nya.

"Kalau sampai besok tidak minta maaf, papa cabut semua fasilitas kamu" atma bicara dengan tegas dan pergi setelahnya.

"Ma, dengar nggak? kayaknya papa nyesel punya anak kayak, Al" 

Batin alvaro, kemudian berusaha untuk bangkit dengan berpegangan pada tembok sebagai tahanan, tapi tubuh nya terlalu lemah untuk bertahan, karena sekarang dia merasa pusing, badan nya menggigil dan pandangannya memburam.

"Dingin" gumam nya dan berbalik untuk pergi, tapi pandangan tiba- tiba gelap dan dia jatuh ke lantai tidak sadarkan diri.


"Dingin" gumam nya dan berbalik untuk pergi, tapi pandangan tiba- tiba gelap dan dia jatuh ke lantai tidak sadarkan diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Truth Untold ✅Where stories live. Discover now