4 | Cinta Pertama

6.4K 677 15
                                    

.
.
.
.
Happy Reading❗

"X-Xavier?"

Xavier menatap gadis yang berdiri di depannya," Tidurmu nyenyak?" tanya lelaki itu.

Oh jesus, tolong kuatkan imannya.

Dia dulu memang sering menggoda para laki-laki untuk kesenangannya sendiri, tapi tidak dengan menjalin hubungan. Ia belum pernah sama sekali, kenapa? Entahlah ia tidak merasakan tertarik untuk itu.

Tapi lihat lelaki ini! Astaga ia fikir hidup lebih baik dari pada mati.

Thea yang bingung kembali ke ranjang menutup wajahnya dengan bantal. Entahah ia menjadi salah tingkah,

Melihat itu Xavier tanpa sadar menarik sudut bibirnya merasa gemas.

"Apa aku terlihat menakutkan untukmu?" Thea menggeleng.

"Kalau begitu singkirkan bantal itu, dan tatap diriku." ucap Xavier.

Thea tidak bereaksi ia hanya diam tidak menjawab apapun. Saat ini memori dirinya yang menangis hingga berakhir disini telah berputar,

"P- peluk aku," cicitnya pelan.

Tersentak mendengarnya tapi tak urung Xavier membawa gadis itu ke pangkuan nya, membalut tubuh kecil itu dengan lengan kekarnya.

"Kau membutuhkan hal lain?"

Thea menggeleng tetap tidak menunjukan wajahnya, ia bersandar pada dada bidang lelaki itu.

"Apa nyeri di perutnya sudah membaik?" Tanya lelaki itu menatap gadis di pangkuannya.

"Nyeri, tapi lebih baik dari tadi pagi."
Balasnya perlahan memundurkan wajah cantik itu sedikit mendongak menatap Xavier.

Xavier menyingkap baju yang Thea tangan besar lelaki itu mengusap lembut perut rata Thea. Jika bisa berteriak ia akan berteriak sekarang, rasanya seperti ada kupu - kupu yang bertebangan di perutnya.

"Apa lebih baik?" Thea tersenyum kecil.

"Apa kau pacarku?"

Hening seakan waktu berhenti, baik Thea maupun Xavier hanya saling menatap.

"Menurutmu bagaimana? Kau berniat menjadikan aku yang kedua, Thea?" Xavier kembali melempar pertanyaan itu pada Thea.

Tatapan lurus tajam pada gadis itu.
"Kau mau menjadi yang kedua?"

"Jadi kau masih berhubungan dengan bajingan itu?" Tanya Xavier tajam.

Seakan menjebak gadis itu untuk mengetahui hubungan Thea dan bajingan sialan itu.

"Tentu saja, dia pacarku kalau kau lupa." Jawab Thea santai sedikit gugup saat lelaki itu menatapnya tajam.

Geraman terdengar di gendang telinganya. Bisa di lihat betapa menguarnya aura gelap dari Xavier, mata biru yang menyala - nyala dengan perasaan mencekam.

Tangannya terangkat mengusap lembut rahang lelaki itu, urat - urat yang muncul pada leher dan tangan lelaki itu perlahan menghilang.

Bunyi ponsel menghentikan kegiatan mereka, Xavier menggeram kesal mengambil ponselnya.

"Ada apa?"

"......"

"Dimana?"

"......"

"Gua kesana."

Xavier mematikan panggilan tersebut, ia beralih menatap Thea.

"Aku harus pergi, biar kuantar kau pulang." Ucap Xavier mengangkat Thea dari pangkuannya.

AntagonistWhere stories live. Discover now