Chapter 13

162 20 0
                                    


Istirahat

Mentari cerah memasuki sela-sela pepohonan yang menjulan tinggi. Binarnya sampai kepada empat orang yang sedang tertidur di sleeping bag-nya tersebut. Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo. Jennie bangun terlebih dahulu ia membuka sleeping bag-nya. Lalu, menggeliatkan tubuhnya. Setelah itu, ia memutuskan untuk memcuci mukanya serta menggosok gigi. Jisoo adalah orang kedua yang terbangun. Jisoo melakukan apa yang Jennie lakukan.

Jennie dan Jisoo tak terlalu khawatir meninggalkan Rosé dan Lisa. Sebab, mereka berdua sudah pulih, meskipun masih terasa sedikit lemas. Namun, setidaknya mereka masih bisa tersenyum. Itu melegakan bagi Jennie dan Jisoo.

Kemarin malam mereka banyak mengobrol—tentang Rosé yang masih memikirkan perbuatannya yang membunuh. Lebih tepatnya, mempertahankan diri mereka. Tentang Lisa yang berjuang untuk melindungi dari ancaman serigala-serigala. Tentang Jennie dan Jisoo yang mencemaskan Rosé dan Lisa yang terbaring.

Jujur saja, Jennie banyak memikirkan kemungkinan terburuk. Sebab, ia tahu bahwa bukan hanya mereka saja yang ada di sini, dan bukan hanya mereka saja yang mencoba untuk mempertahankan hidup. Mungkin saja, ada yang bisa di ajak untuk bekerja sama. Namun, itu masih sebuah kemungkinan, mengingat peristawa mereka di serang oleh tiga pemuda tempo waktu lalu.

Jisoo juga berpikir seperti itu, mereka harus lebih waspada akan segala kemungkinan yang akan di hadapi terlebih musuh mereka juga bukan hanya manusia. Namun, juga ada binatang buas yang selalu mengintai dan akan menerkam—seperti serigala yang menyerang mereka.

Waspada.

Hati-hati.

Kill or Die.

Tentu saja, pada diri Jennie dan Jisoo masih menyimpan kemanusiaan. Namun, entah mengapa pada situasi seperti itu pemikiran seperti itu harus dihilangkan. Ini hutan rimba. Maka sepertinya hukum rimba cocok untuk sekarang.

Yang kuat yang bertahan.

Semenjak pulihnya Rosé, rasional dari Jennie kembali seperti semula. Jujur saja, iya mulai memikirkan rekaman yang pernah mereka temukan—suara yang tak dikenal tersebut terbesit di benak Jennie.

Jennie berkali-kali berpikir tentang kaitan semua hal. Apa program ini untuk menguji? Apakah kita adalah percobaan? Dan pertanyaan terbesar adalah tujuan dari program ini?

Jisoo dibenaknya bertanya juga. Mengapa orang tak dikenal tersebut mau repot-repot membawa ke hutan antah berantah seperti ini. Dan repot-repot untuk memberikan segala perlengkapan seperti yang sudah mereka dapatkan. Itu masih menjadi pertanyaan.

Jennie dan Jisoo telah kembali dari membersihkan diri mereka. Saat mereka datang ternyata. Rosé dan Lisa sudah terbangun. Jennie dan Jisoo lantas membantu Rosé dan Lisa membuka sleeping bag—meskipun, Rosé dan Lisa sudah pulih tetap saja belum seratus persen. Maka dari itu, mereka harus dibantu.

"Kau mau minum, Rosé?" tanya Jennie pelan.

Rosé mengangguk pelan sebagai balasan.

"Kau juga, apa kau mau minum, Lisa?" tanya Jisoo pelan.

Lisa mengangguk seperti yang Rosé lakukan.

Jennie dan Jisoo mengambil cangkir mereka masing-masing untuk Rosé, dan untuk Lisa. Jennie dan Jisoo meraih botol yang masih tersisa air minum. Setelah itu, mereka segera beranjak untuk kembali ke tempat semula.

Jennie menyodorkan cangkir tersebut ke mulut Rosé dengan pelan. Begitu pula Jisoo, ia menyodorkan cangkir tersebut ke mulut Lisa dengan pelan. Rosé dan Lisa minum beberapa tegukan air, setelah itu mereka menyudahi minumnya tersebut.

"Apa kau makan, Rosé?" tanya Jennie pelan.

"Kau juga, apa kau ingin makan, Lisa?" sambung Jisoo pelan.

Rosé dan Lisa mengangguk pelan sebagai balasan.

Jennie dan Jisoo pun beranjak untuk mengambil mie instant yang masih tersisa. Ada satu mie instant benbentuk mangkuk besar—dan itu adalah satu-satunya mie instant yang tersisa dan mereka pun memasaknya. Jujur saja, meskipun Jennie dan Jisoo mengurangi porsi makannya. Namun, memang persedian mie instant yang mereka miliki hampir habis. Beruntung, masih ada yang tersisa, sebab pada malam saat Rosé dan Lisa bangun. Jennie dan Jisoo memberikan hampir seluruh jatah mie instant mereka dan mereka hanya makan sedikit—yang terpenting bagi Jennie dan Jisoo adalah bahwa Rosé dan Lisa menjadi cepat pulih.

"Hanya ada satu?" tanya Rosé pelan.

"Iya Rosé." Jennie mengangguk. "Hanya ada satu."

Lisa melirik Jisoo, dan seketika Jisoo pun tersadar.

"Mie ini banyak, kita bisa bagi ber-empat," ucap Jisoo.

Jennie menyuapi Rosé secara perlahan. Begitu pun Jisoo, yang menyuapi Lisa secara perlahan. Namun, tetap porsi terbanyak Jennie dan Jisoo berikan pada Rosé dan Lisa—mereka lebih membutuhkan banyak makanan—lebih membutuhkan banyak asupan energi ke dalam tubuh mereka tersebut.

Setelah selesei makan, seperti biasa Jennie dan Jisoo membereskan perlengkapan makan mereka.

"Maaf ...." Rosé berucap pelan.

Jennie, Lisa dan Jisoo di sana sontak melirik Rosé.

"Jika ... aku merepotkan kalian ...." Rosé menggigit bibir bawahnya sembari sedikit menunduk.

Jennie, Lisa dan Jisoo mendekati Rosé. Jennie meremas bahu Rosé. Hal tersebut membuat Rosé melirik Jennie. Kemudian, Rosé melirik Lisa dan Jisoo yang memberikan senyum kepadanya.

"Kau tidak merepotkan, Rosé." Jennie menarik nafas lalu menghembuskannya. "Hal seperti itu wajar terjadi." Jennie memberikan senyum gummy smile-nya. "Yang terpenting sekarang, kau sudah pulih."

"Benar, apa yang di katakan Jennie ka—"

"Lisa ... terimakasih ...." Rosé memotong kalimat Lisa.

Lisa menarik garis senyumnya. "Aku melakukan apa yang akan kau lakukan. Jika berada di posisi-ku."

Rosé melirik Jisoo. "Terimakasih, karena telah merawatku."

Jisoo di sana hanya mengangguk lalu memberikan senyuman tipis sebagai balasan.

Atas saran dari Jennie, maka mereka memutuskan untuk beristirahat sepenuhnya sampai besok. Meskipun, dengan berat hati Jennie memutuskan hal tersebut. Jisoo juga memberi saran bahwa mereka harus mulai bergerak kembali. Sebab, entah apapun itu ancaman pasti ada. Dan yang terpenting lagi adalah menjawab pertanyaan yang berada di benak mereka.

Kedekatan dari mereka ber-empat menjadi semakin terlihat. Banyaknya kejadian yang mereka alami membuat mereka saling memikirkan satu sama lain. Tentu saja, ada hubungan pertemanan yang dekat sudah terjalin sejak lama. Dan itu menjadi semakin erat.

Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo. Mereka ber-empat—mereka bersama.

Mereka menamai diri mereka.

Blackpink.

Mereka mengambil nama itu dari pasta gigi yang mereka pakai. Kebetulan warnanya hitam dan pink.

Rosé dalam benaknya berpikir bahwa ia harus lebih kuat agar bisa melindungi semuanya. Rosé juga ingin melatih mentalnya agar bisa menerima apapun yang terjadi kedepannya. Rosé berusaha agar ia tidak merepotkan orang lain.

Lisa bangga terhadap dirinya sendiri. Tentu saja, ia bisa melindungi semuanya. Jujur saja, ia sempat merasa ragu, dan berpikir negatif sampai ke kemungkinan akhir paling buruk. Lisa juga berpikir bahwa ia diberi keberuntungan luarbiasa dan bersyukur bisa bertahan sampai saat ini.

"Aku harus menjadi lebih kuat lagi."

"Aku harus melindungi, semuanya."

Bersambung

Comment and Vote

Kill Or Die (Blackpink) - ENDWhere stories live. Discover now