Chapter 6

204 26 0
                                    


Bersama

Jisoo menyarankan untuk makan malam sebelum mereka beristirahat. Semua menjawab. Kecuali, Jennie. Entah mengapa, ia masih enggan untuk berbicara pada Jisoo.

Mereka akan kembali memasak mie instant.

Karena Jennie dan Rosé, sedang dalam keadaan yang tidak baik, maka Jisoo dan Lisa yang memasak mie instant tersebut.

Lisa mencari kayu yang bisa dibakar. Sedangkan Jisoo menyiapkan rebusan air, yang nanti akan di masukan mie.

"Rosé, apa tangan-mu itu masih terasa sakit?"

Rosé menggeleng perlahan. "Tidak, sudah mendingan ini."

Saat mereka kembali, Lisa langsung merawat luka milik Rosé. Lisa membersihkan luka itu dengan sedikit air. Lalu ia, sedikit menyobek kain yang ada di lengannya. Dan mengikatkannya pada luka yang ada di tangan Rosé itu.

"Ohh iya, apa kaki-mu masih terasa sakit?"

Jennie mengangguk pelan. "Iya, tapi sepertinya besok sudah sembuh."

Beberapa menit berlalu, mie instant pun selesei dimasak. Jisoo menuangkan mie yang sudah matang itu ke mangkok. Lisa di sana membuka bungkus bumbu mie tersebut. Lalu menaburkannya ke mangkok yang sudah terisi mie.

"Aku bawa dua, dan kau juga bawa dua."

Lisa mengangguk. Lalu ia, membawa dua mie di kedua tangannya. Lisa berjalan membawa langkahnya ke Rosé dan Jennie, yang tidak begitu jauh jaraknya, dengan tempat Jisoo memasak mie.

Lisa pun sampai, langsung ia menyodorkan mie tersebut. Pada Rosé dan juga Jennie. Rosé tersenyum sembari bergumam terimakasih. Jennie terdiam sejenak. Namun, setelahnya ia bercicit pelan terimakasih pada Lisa. Meski pelan, namun Lisa masih bisa mendengar itu.

Lisa senang, mendengar ucapan itu dari Jennie.

Jisoo pun datang. Beberapa saat setelah, Lisa menyodorkan mie yang ia bawa untuk Rosé dan Jennie.

"Ini mie-mu Lisa," ucap Jisoo sembari menyodorkan mie yang ia bawa.

"Terimakasih," balas Lisa tersenyum sembari meraih mie yang telah disodorkan Jisoo.

Mereka makan dengan hening. Tanpa ada suara apapun. Yang terdengar dari sana, hanya suara serangga-serangga. Sebab hari sudah mulai menjelang malam, suara mereka mulai bermunculan.

Setelah selesei makan, Lisa menumpuk mangkok-mangkok tersebut. Lalu membawanya ke tempat Jisoo memasak tadi. Biasanya mereka mencuci, di tempat mereka memasak.

Kemarin, yang melalukannya itu Lisa dan Jisoo. Rosé dan Jennie menjadi yang memasak mie instant. Namun, sekarang tidak bisa. Sebab kondisi Rosé dan Jennie, yang tidak memungkinkan mereka untuk bisa membantu.

Rosé, Jennie, Lisa dan Jisoo memutuskun untuk membersihkan diri dulu sebelum mereka beristirahat. Rosé membantu memapah Jennie yang kesulitan untuk berdiri.

Lisa sebenarnya ingin menolong. Lisa tidak tega melihat Rosé, yang terluka harus memapah Jennie. Lisa mencoba membantu, namun Jennie masih enggan untuk menerima pertolongan dari Lisa. Walaupun, Lisa sempat beberapa kali memapah Jennie. Jisoo di sana hanya memperhatikan dalam diam.

Rosé berucap, bahwa ia masih mampu membantu Jennie. Gadis itu tetap tersenyum. Meski, Lisa tahu bahwa luka gigitan serigala itu cukup dalam. Pasti sakit sekali.

Jisoo mendekat pada Lisa sembari mengusap punggung teman dekatnya itu. "Kau, tidak apa-apa 'kan?"

Jisoo mengerti, apa yang tengah Lisa rasakan. Meskipun, Jisoo selalu bertindak menggunakan kepalannya ketimbang hati. Namun, ia sudah mengerti tabiat dari teman dekatnya itu.

Lisa tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. "Iya Jisoo, aku tidak apa-apa."

Lisa hanya ingin menolong. Itu saja.

"Kalau begitu ayo, kita juga harus membersihkan diri kita."

Lisa mengangguk sebagai balasan.

Mereka ber-empat menggosok gigi, dengan jarak yang berbeda. Tidak berdekatan. Rosé dengan Jennie. Sedangkan Lisa dengan Jisoo.

Lisa menggunakan sikat giginya yang berwarna black. Jisoo menggunakan sikat giginya yang berwarna pink.

Setelah selesei menggosok gigi, mereka pun berjalan menuju tempat, dimana sleeping bag-nya di taruh. Mereka tidur berjarak. Posisi mereka berhadapan. Rosé dengan Jennie, lalu disebrang-nya ada Lisa dengan Jisoo.

Jennie yang menginginkan itu. Sejak awal, memang ia tidak mau terlalu dekat dengan mereka. Lisa, terlebih lagi dengan Jisoo.

Rosé mengiyakan hal itu. Rosé juga berbicara hal itu dengan Lisa. Ia senang Lisa bisa mengerti. Sedangkan Jisoo, ia tidak terlalu peduli akan hal seperti itu. Menurut Jisoo, perkara posisi tempat untuk tidur hanya sepele. Berbeda dengan Lisa, ia menganggap hal itu penting. Untuk lebih bisa menjalin kedekatan diantara mereka. Itu yang ada dipikiran Lisa.

Mereka pun memakaika sleeping bag pada tubuh mereka. Lalu mulai memejamkan mata. Beberapa menit berlalu, tiba-tiba Rosé membuka matanya.

Rosé merasa tenggorokannya kering. Ia memutuskan untuk minum. Ia melangkahkan kakinya ke arah tas yang tidak begitu jauh, dari tempat mereka tidur.

Rosé membuka tas itu lalu ia ,mengambil botol minuman besar yang ada di dalam tas tersebut. Rosé membuka tutup botol itu. Lalu meneguk air dari botol itu.

Rosé tiba-tiba terkesiap, sebab ia melihat pergerakan. Sepertinya itu manusia. Itu tak terlalu jauh dari posisinya berdiri. Namun samar. Sebab situasinya gelap. Rosé meraih senter yang ada di dalam tas tersebut.

"Siapa itu?"

Rosé memberanikan diri untuk mendekat. Rosé penasaran dengan apa yang ia lihat. Dan ternyata dia.

"Lisa."

"Iya Rosé, ini aku," balas Lisa sembari menutupi matanya dengan jemarinya akibat cahaya silau dari senter yang di bawa Rosé.

Rosé mematikan senternya lalu melangkah mendekati Lisa. "Apa yang kau lakukan di sini, Lisa?"

Lisa tersenyum lalu berucap, "Aku hanya sedang merengangkan tubuhku. Sedikit berolahraga."

"Lalu, kenapa kau terbangun?" Lisa berbalik bertanya kepada Rosé.

"Aku haus, tadi aku baru saja minum." Rosé menjeda kalimatnya. "Apa olahragamu sudah selesei?"

Lisa mengangguk beberapa kali kemudian berucap, "Belum, tapi karena kau ada di sini, maka aku akan mengakhiri olahragaku." Lisa tersenyum. "Ada yang ingin aku obrolkan denganmu."

Rosé mengangkat alisnya. "Kau mau mengobrol apa?"

Lisa lantas tersenyum, lalu ia mengajak Rosé untuk duduk. Rosé pun mengikuti ajakan dari Lisa.

Lisa menekuk lututnya lalu melirik Rosé. "Rosé, aku ingin kita terus bersama." Lisa menjeda kalimatnya. "Maksudku, kita ber-empat. Aku tau pasti sulit."

"Aku mengerti." Rosé menyahuti. "Terlebih, untuk Jennie dan Jisoo." Rosé melirik Lisa. "Tapi, percayalah, kita ber-empat bisa bersama. Mereka hanya butuh waktu saja."

Ucapan dari Rosé, membuat Lisa semakin yakin bahwa mereka bisa bersama. Bisa menjadi dekat. Bisa menjadi akrab. Dan bisa saling melindungi satu sama lain.

Lisa merangkul Rosé. "Kau benar Rosé, mereka hanya butuh waktu untuk bisa menjadi akrab."

Rosé membalas Lisa dengan rangkulan juga. Mereka terduduk sembari mendogakkan kepala mereka ke atas menatap langit. Meski pepohonan tinggi dan lebat dedaunannya, namun langit masih bisa terlihat.

Rosé dan Lisa menatap bintang-bintang di langit. Sesekali mereka juga mengutarakan apa yang mereka inginkan pada bintang-bintang tersebut.

Rosé dan Lisa adalah rival. Namun, entah mengapa mereka begitu akrab.

Bersambung

Comment and Vote

Kill Or Die (Blackpink) - ENDWhere stories live. Discover now