🌙ㅣ27. Ini Akan Semakin Rumit

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Pa--"

"Mengaku Rion--"

"NGGAK, PA!! PAPA JANGAN NYALAHIN RION KARENA PAPA GAK PERNAH SIMPAN NOMOR TELEPON RION DI HP PAPA!!" emosi Alderion yang terpendam sudah meledak keluar. Lelaki ramah yang sama sekali tak pernah meninggikan suara kini berubah, hampir menyamai Anggara ketika marah. Ini semua, karena Alderion tak bisa lagi menahan, tak bisa memendam semua yang sudah ia ketahui.

"RION TAU!" Alderion masih membentak, menatap Anggara dengan sorot mata kecewa. "Rion tau kenapa Papa gak angkat telepon Rion. Papa sibuk kerja, Papa sibuk sama kegiatan Papa dan gak ada waktu buat ini semua. Bahkan Papa gak ada waktu buat simpan nomor anak-anaknya. Rion tau, Papa gak angkat telepon Rion karena Papa lihat deretan angka di layar, bukan nama Rion. Bener 'kan, Pa? Rion tau, Rion tau itu!"

Karena ucapan Alderion, Anggara tak bisa berkutik di tempatnya. Dalam hati membenarkan apa yang Alderion katakan. Ia tak menyimpan nomor Alderion di ponselnya, dan apa yang Alderion katakan itu akurat, ia tak mengangkat beberapa telepon akhir-akhir ini dari nomor yang selalu muncul di layar ponselnya, karena Anggara mengira itu adalah nomor orang iseng atau penipu.

Anggara tak bisa berkata apa-apa, selain menatap Alderion yang pertama kali mengeluarkan amarahnya sebesar ini.

"Papa sadar gak?" Alderion kembali bersuara. "Papa sadar gak sama perbuatan Papa? Papa harus sadar kalau Papa itu egois dari dulu. Papa gak bisa ngontrol emosi, gak bisa ngertiin kami. Papa lebih bisa ngeluapin, lebih bisa nyalahin, tapi gak introspeksi."

"Sifat Papa yang asli ini, keluar karena Bunda udah gak ada lagi. Sifat Papa yang bikin kami nyerah ini karena Bunda yang gak bisa nemenin Papa lagi. Rion, sama adik-adik Rion yang lain bingung, Pa. Tapi kami tetap ngasih waktu, kami ngasih kesempatan buat Papa. Papa nyuruh adik Rion tinggal di luar negeri dan mereka nurut 'kan? Mereka ngehargain keputusan Papa, mereka percaya sama Papa! Tapi Papa sendiri seakan-akan nganggap kami ini cuman hama, penghalang, dan yang perlu disalahin! Papa egois!"

Alderion menarik napasnya panjang. Ia ingat sekali, saat Anggara menghubunginya, menyuruh adik-adiknya untuk pulang ke Indonesia agar bisa kembali berkumpul seperti dulu, namun dengan tambahan anggota keluarga. Anggara mengutarakan semua niat pernikahannya yang kedua dan Alderion menyetujui, asalkan mereka bisa berkumpul lagi. Alderion juga mengabarkan itu semua pada adik-adiknya, berharap akan ada cahaya dan perubahan yang baru. Ia sungguh berpikir jika Anggara akan kembali menjadi Papa yang lembut dan perhatian, melupakan semua kesalahan di masa lalu untuk membangun hubungan baru. Tetapi nyatanya Alderion salah. Harapannya tidak terkabul, harapannya salah.

Sekarang, Anggara tidak bisa mengatakan apa-apa karena semua yang Alderion hantamkan padanya. Ia diam sepenuhnya meninggalkan sebuah keheningan yang panjang.

Hingga akhirnya tangan Alvaro bergerak untuk meraih lengan Alderion. Kakak pertamanya itu berbalik, menatapnya dengan tatapan tak seperti biasa.

"Maaf." Alvaro berucap pelan, sebelum akhirnya ia berbalik pergi dari sana.

"Varo?!" Alderion hendak menyusul, namun ia kalah cepat saat Rembulan lebih dulu berlari kencang mengikuti Alvaro. Alderion terdiam sejenak, ia mengembuskan napas perlahan dan membiarkan mereka, lantas ia kembali menghadap Anggara. "Sekarang Papa mau apa? Mau Rion pergi? Kalau itu yang Papa mau, Rion bisa. Asalkan adik-adik Rion ikut Rion, bukan ikut Papa. Rion gak percaya lagi sama Papa."

Anggara masih belum bersuara, ia tak bisa menjawabnya. Ia hanya bisa menatap Alzero kemudian Alvano yang balas menatapnya juga. Ternyata, kesalahannya selama ini sangatlah besar dan parahnya ia baru menyadari karena anak pertamanya meluapkan emosinya. Anggara seolah-olah dipaku di tempatnya berdiri.

"Pa, gimana?" Alderion terus mendesak, sampai ia tersadar dengan kehadiran Laila di sana. "Mama, maafin Rion. Ini semua buat adik-adik Rion nanti. Rion gak mau Papa maksain diri buat merhatiin kami padahal dia gak peduli sama sekali. Maaf, Ma. Ini keputusan Rion yang gak bisa diubah lagi."

Laila menatap Alderion dalam, senyuman lembutnya keluar dengan tetesan air matanya yang mulai mengalir. "Mama dukung keputusan yang terbaik di sini, Rion."

Tak ada yang bisa Laila putuskan di sini, ia sadar akan posisi apalagi setelah Anggara memperingatkan tadi, bahwa Laila tak bisa pergi untuk ikut lebih jauh dalam urusan ini.

Akhirnya bisa update lagi!!Setelah ini kita menyelam ke hubungan Alvaro dan Bulan yaaa!💜Tinggalkan jejaknya yang banyak!

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Akhirnya bisa update lagi!!
Setelah ini kita menyelam ke hubungan Alvaro dan Bulan yaaa!💜
Tinggalkan jejaknya yang banyak!

4 Brother'z | TERBITNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ