"Yaudah."

Kriing kringg

Bel pertanda istirahat sudah berbunyi. Itu artinya Azila, Disa, dan Clarissa telah menyelesaikan hukumannya.

"Gue ke kantin duluan, ya" pamit Clarissa kepada Azila, Disa, dan Gerry. Kakinya sudah terasa seperti mau copot, karena terlalu lama berdiri. Ia juga merasa kehausan dan kepanasan, karena cuaca hari ini sangat-sangatlah cerah.

"Kita ikut!" Ucap Azila yang langsung menggandeng tangan Clarissa. Kegiatan tersebut pun diikuti oleh Disa. Ia ikut menggandeng tangan Clarissa di sebelah kiri. Sedangkan, Azila di sebelah kanan.

"Apa nih pake gandeng-gandengan segala?" Ucap Clarissa yang merasa asing dengan kegiatan-kegiatan seperti ini. Ia tidak pernah menggandeng ataupun digandeng oleh seorang wanita, kecuali mama dan adiknya sendiri.

"Biasanya juga gandengan. Emang kenapa si?" Azila mengerutkan keningnya.

"Lepasin ah! Risih gue. Sekali-kali yang gandeng tuh cowok gitu, sugar daddy juga gapapa." Ucap Clarissa sembari berjalan menuju ke kantin dengan tangan yang sudah terlepas dari gandengan Azila dan Disa.

"Heh ngapain nyari sugar daddy, uang jajan lo masih kurang?" Tanya Disa. Sudah tidak ada rasa canggung dan gengsi lagi dari mereka.

"Enggaklah, bokap gue mah baik. Gue mau apa aja juga pasti langsung diturutin." Ucap Clarissa dengan bangganya. Ya, itu memanglah sebuah kebenaran. Semua yang Clarissa mau akan langsung Irawan turuti, karena ia adalah anak kesayangan Irawan dan satu-satunya anak Irawan dan Sarah.

"Hilih." Cibir Disa. Ia memang sudah tahu bahwa Clarissa sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Tapi jangan dipamerin juga dong.

"Ehh bentar!" Clarissa menghentikan langkahnya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya.

"Emm, mon maap ini kaki gue kok udah gak sakit ya?" Tanya Clarissa kepada Azila dan Disa.

"Mungkin karena jingkrak-jingkrak tadi." Azila mengangkat bahunya tak peduli, kemudian melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Clarissa dan Disa.

"WOYYY TUNGGUIN GUE NJIM!" teriak Clarissa kepada Azila yang sudah berjalan meninggalkan dirinya dan Disa. Clarissa pun langsung menggenggam tangan Disa dan berlari menyusuli Azila.

"Woyy tangan gue jangan ditarik-tarik juga kali. Entar copot, kan bahaya." Ucap Disa yang terpaksa harus mengikuti Clarissa, karena tangannya digenggam oleh Clarissa.

"Gak usah banyak ngomong lo!" Titah Clarissa.

***

Kini mereka sudah berada di area kantin yang sangat ramai dipenuhi oleh para siswa-siswi. Bahkan, sekarang sudah tidak ada meja kosong yang tersisa. Mata Azila dan Disa terus berkeliling mencari meja yang dapat mereka tempati. Dan akhirnya, Azila mendapatkan satu meja yang menurut mereka mudah untuk direbut.

"Duduk di situ aja!" Ujar Azila sembari menunduk salah satu meja yang sedang ditempati oleh seorang siswi berkaca mata.

Clarissa dan Disa pun mengarahkan pandangannya ke tempat yang ditunjuk oleh Azila.

"Iya tuh di situ aja." Ucap Disa menyetujui perkataan Azila.

"Heh njim, mata lo rabun? Noh liat ada orang lagi makan!" Ucap Clarissa yang tidak menyetujui masukkan dari Azila dan Disa.

"Tinggal singkirin aja kali." Ucap Disa santai.

"Tobat njim! Kalo lo mati besok, lo mau bawa apa, orang isinya dosa semua? Malaikat Malik tuh gak bisa disogok pake duit, lo bully dia juga gak bakal mempan. Bukannya dipindahin ke surga, malah makin dimasukin ke neraka. Mau lo?" Omel Clarissa kepada Disa yang dengan gampangnya berbicara 'menyingkirkan' orang itu.

"Mulut lo pedes banget si, Cla." Ucap Disa pelan.

"Bodo, emang gue pikirin? Lagian pikiran lo jahat mulu. Gue gorok juga elah." Kesal Clarissa. "Udah ikut gue aja ayo!" Clarissa menarik kedua temannya ke meja yang sedang ditempati oleh anggota inti Vandero.

"Gue numpang duduk ya sama ni anak setan dua?!" Izin Clarissa.

"Cla ngapain ke sini sii?" Bisik Azila kepada Clarissa.

"Gak usah protes, mau dimasukin neraka sama si Malik?"

"Apa nih bawa-bawa nama gue segala?" Tanya Malik yang mendengar namanya disebut-sebut oleh Clarissa. Padahal, kan ia tidak tahu apa-apa.

"Kepo bet lo kek Dora." Jawab Clarissa yang tentu saja membuat Malik kesal.

"Anak setan. Udah mah minta tolong, ngatain pula. Otak lo di mana, Cla?" Kesal Malik.

"Jakarta." Jawab Clarissa singkat. Ia pun langsung duduk di samping Regan, yang kebetulan tempat itu memang kosong.

"Lo berdua, ngapain masih berdiri, duduk ayo?!" Tegur Clarissa kepada Azila dan Disa yang tidak berani untuk satu meja dengan Regan dan teman-temannya.

"Duduk aja kali, itu kursi masing kosong, kan?!" Ucap Regan sembari menunjuk 2 kursi di samping Clarissa.

Mendengar ucapan Regan tadi, mau tak mau Azila dan Disa harus menurutinya. Jika tidak, sudah pasti Clarissa akan marah-marah dan mengomeli mereka layaknya ibu kandung mereka sendiri.

Sreett

Itu adalah suara Malik yang sedang membuka plastik gulali kacang yang akan ia makan. Malik sangat menyukai makanan tersebut dari ia masih kecil. Menurutnya permen itu sangatlah enak. Bahkan jika dibandingkan dengan rokok, Malik akan tetap memilih permen gulali kacang itu.

 Bahkan jika dibandingkan dengan rokok, Malik akan tetap memilih permen gulali kacang itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Permen kesukaan Malik/ permen gulali kacang)

"Buka apaan lo?" Tanya Clarissa penasaran, karena Malik membukanya di bawah meja.

"Ini." Malik memperlihatkan permennya kepada Clarissa dengan senyum lebarnya.

"Ini tuh permen kesukaan gue tau gak? Lo mau nyobain, gue masih punya satu nih?!" Lanjutnya.

Deg

•••

Assalamu'alaikum
Udah balik lagi nih
Ada yang kangen gak?
Enggak ya?
Yaudah -_-

Btw menurut kalian part ini gimana?

Kalo menurut aku si, gak gimana-gimana hahahaha
Udah ah mau pamit lagi
Selamat membaca!
Jangan lupa vote dan komen, kalo ada typo tolong tandain yaaa!
Makasih semuanya❤️

Assalamu'alaikum

I'm Not Clarissa [Segera Terbit]Where stories live. Discover now