gone

245 45 8
                                    

Ponsel Jeno berdering, ia mengangkat panggilan telepon itu, dari kepolisian.

"Ya, halo."

"Kabar buruk, tersangka bunuh diri."

Jeno mematung di tempatnya. Hingga suara polisi kembali terdengar.

"Hari ini semuanya akan diurus, dan sidang besok hanya untuk lee, dan setelah itu kasus akan ditutup,  terimakasih."

tut..

"Jeno, ada apa?"

Masih tidak merespon, Renjun menghampiri Jeno dan menepuk pundak laki laki itu.

"Hey, ada apa?"

Jeno menoleh menatap Renjun. "Chenle."

"Iya, ada apa dengan Chenle?"

"Bunuh diri."

Tangan Renjun yang masih berada di pundak Jeno reflek mencengkram pundak laki laki itu, dua kata yang diucapkan Jeno mampu membuat dirinya seperti terjatuh ke jurang.

Hari ini ia kembali kehilangan temannya.



>>>



Hari telah berganti, persidangan pun sudah terlaksana. Bahkan pemakaman Chenle juga sudah diurus semalam.

Sepanjang perjalanan Jeno kembali teringat semua kejadian di sidang tadi.

Saat itu tengah rehat lima belas menit, dan Taeyong yang mengajak anak tunggalnya, Mark. Untuk berbicara empat mata dan itu mampu memancing rasa penasaran Jeno. Hingga Jeno memutuskan untuk mengikuti pamannya itu di salah satu ruangan dengan diam-diam.

---

"Berhentilah meracau! Ikuti semua kata pengacaramu! Aku membayar mahal untuk semua ini kau tahu!"

"Mengapa harus membayar mahal? Apa aku memintamu? Tidak kan."

"Jaga bicaramu!"

"Ah pasti kau melakukan ini demi reputasi dan perusahaanmu kan?"

plak

Satu tamparan dari Taeyong berhasil  mendarat di pipi mulus Mark.

"Dengar, kau itu tidak pernah peduli padaku, benar bukan? Jadi untuk apa kau harus membayar pengacara mahal?! kau hanya menyusahkan pekerjaan mereka, kau tahu."

Taeyong diam, ia hanya memperhatikan anaknya.

"Jika kau hanya peduli dengan reputasimu, maka uruslah urusanmu sendiri! Mengapa harus menyeret ku, huh?!"

"Apa kurang cukup menyiksaku? Kutanya apa kau kurang cukup menyiksaku!!"

"Ini semua kesalahanku, aku bertanggung jawab atas semua yang telah aku lakukan. Aku berbeda darimu yang terus bersembunyi dibalik tumpukkan uang. Jadi berhentilah."

"Ya benar, aku sudah tidak waras. Ya, kaulah penyebabnya."

Setelah Mark menyelesaikan ucapannya, kini Taeyong bersuara dengan nada dan ekspresi yang bisa dibilang, sangat datar.

"Kau ingin aku mengurus urusanku sendiri? Baiklah aku tak akan pernah mengusikmu setelah ini."

Setelah mengucapkan itu, Taeyong pergi meninggalkan Mark dengan wajahnya yang memerah. Dan detik itu juga tangis Mark pecah.

---

Sungguh, saat mengingat itu Jeno juga ikut meneteskan air matanya, hatinya perih mendengar paman dan kakak sepupunya tidak sedekat itu. Hatinya hancur melihat salah satu keluarganya hancur.



Inseventh killer ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora