kenyataan

169 48 4
                                    

"Lalu apa kita harus pu-"

"Sebentar!" Chenle memotong perkataan Jeno. Lalu yang lain hanya memperhatikan Chenle yang sibuk menyoroti satu tempat. Sontak mereka mengikuti arah pandangan Chenle. Tak lama Chenle berlalu ke tempat tadi, membuat yang lain ikut menyusulnya.

Hingga ditempat dimana Chenle mengarahkan sorotan senternya.

"Ini mustahil."

Bruk

Renjun jatuh, badannya lemas, beruntungnya lututnya masih mampu menahan berat tubuhnya di tanah. Chenle dan Haechan memundurkan langkah kaki nya, mereka tak sanggup melihat apa yang ada didepannya.

Jeno yang juga tak percaya dengan apa yang ia lihat, ia berjongkok dan terdiam menunduk. Sepatu dan ponsel yang ia temukan tadi sore ternyata bukan khayalan seorang Jeno lee, semuanya benar.

Jaemin dan Mark ikut berjongkok. Tangan Jaemin berusaha menyentuh sosok di depannya dengan tangan gemetaran. "Ji-Jisung, ini kau?" Ucap Jaemin dengan suaranya yang parau menahan tangis.

"Apa yang kau bicarakan Jaemin! Tidak itu pasti bukan Jisung, kita sedang bermimpi kan?" Haechan yang ribut sendiri pun akhirnya di tenangkan oleh Mark dan Chenle. "Haechan, tenangkan pikiranmu, sekarang iklhas kan Jisung," ucap Mark lembut. "Kau bicara apa Mark! Jisung belum meninggal, lihat dia pasti hanya pingsang." Haechan sudah ingin melangkahkan kakinya ingin mengecek keadaan Jisung, namun lengannya ditarik oleh Chenle yang membuat Haechan kembali pada posisinya. "Apa yang kau pikirkan sekarang?! Apa kau tidak bisa lihat, huh? Leher Jisung ada luka tusukan Haechan bukan sekedar goresan, dan dia sudah tidak bernafas sekarang." Ucapan Chenle melemah diakhir.

Kini Haechan menangkup wajah dengan kedua telapak tangannya, ia menangis dalam diam. Ia sebenarnya tahu dan sadar akan apa yang dia lihat, tapi ia hanya ingin menyangkalnya, tidak bolehkah?

"Haechan, bukan hanya kau yang ingin menyangkal kejadian ini, kita semua juga menginginkannya, tapi ini sudah terjadi apa yang bisa kita lakukan?" Mark berusaha memberikan ketenangan untuk semuanya yang ada di sana. "Jadi, kita iklhas kan Jisung ya, dia akan terus kesakitan jika kita terus menahannya disini." Lalu semuanya menganggukkan kepala saat mendengarkan ucapan Mark.

Setelahnya Renjun berdiri dari posisi jongkoknya dam menghampiri tubuh Jisung yang sudah kaku dan dingin di depannya itu. "Renjun apa yang kau lakukan?" Tanya Jaemin saat melihat Renjun yang kini sudah berusaha memeluk tubuh kaku Jisung.

"Aku hanya ingin memeluknya." Renjun menjawab pertanyaan Jaemin dengan suara lirih. "Jisung, aku minta maaf, kau pasti kedinginan ya? Maaf aku datang terlambat." Kini Renjun mengeratkan pelukannya. "Bagaimana? Sekarang sudah hangatkan huh?"

Kini gantian Chenle yang menghampiri tubuh Jisung, Chenle menggenggam sebelah tangan Jisung. "Jisung, senang bisa mengenalmu, sekarang pergilah dengan tenang."

Jaemin reflek menolehkan kepalanya menatap Jeno yang kini nafasnya menjadi terburu-buru. "Jeno, kau tidak apa-apa?" Ucap Jaemin sambil meletakkan tangannya di punggung Jeno.

Jeno tak menjawab pertanyaan Jaemin, ia berdiri dan mendongakkan kepalanya serta menarik nafas dalam dalam dan menghembuskan nya perlahan. Jaemin yang sedikit khawatir pun ikut berdiri dan terus mengawasi gerak-gerik Jeno.

"Dia memang tidak bisa berlama kama menangis Jaem, sudah biarkan dia mengatur nafasnya dan menenangkan pikirannya yang kacau itu. Dia sanggup, tenang saja." Mark pun akhirnya angkat suara saat melihat Jaemin yang khawatir tentang Jeno, sebagai sepupu Mark tentu tau kelemahan Jeno yang tak bisa menangis berlama lama dengan pikiran yang kacau.

Sekitar lima belas menit mereka semua akhirnya bisa tenang, kini Haechan sudah sedikit tenang walaupun air matanya masih menetes perlahan, dengan Mark disebelahnya. Renjun dan Chenle juga hanya menatapi wajah Jisung dengan tenang dan seksama, mereka berdua sudah sama-sama mengikhlaskan Jisung.

Jaemin juga senantiasa mengawasi Jeno, sebab ia takut sesuatu yang tidak diinginkan ikut terjadi, apalagi kini sudah lewat larut malam. Tak lama kemudian Jeno menghampiri Jaemin yang ada dibelakangnya. "Kau sudah tak apa Jeno?" Hanya mendapatkan anggukan kepala dan tepukkan bahu dari Jeno.

Jeno berjalan melewati Jaemin dan menghampiri Renjun, Chenle serta Jisung. "Renjun, Chenle menyingkir lah sedikit." Tangan Jeno sudah berusaha menggeser tubuh Renjun juga Chenle.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Renjun yang berusaha menyingkir dari Jeno. "Aku ingin menggendongnya dan membawa pulang, dia tidak nyaman pasti disini, aku ingin Jisung beristirahat dengan nyaman." Jawab Jeno yang kini tengah berusaha membuat Jisung berada di punggungnya.

Jaemin awalnya ingin bertanya, namun ia urungkan saat melihat yang lain sudah membantu Jeno yang sedikit kesulitan mengangkat tubuh jakung Jisung.

Kini semuanya kembali me villa dengan saling menguatkan satu sama lain.











Holaa, aku sebenernya pgn update kemaren, cuman ternyata aku ada perlu, makanya aku undur jdi hari ini..

Kemaren juga ternyata ada kejutan dri 127, seneng bgtt akuu hewheww..

So i hope you enjoy guys!!^^

Inseventh killer ✓Where stories live. Discover now