dua tersangka!?

169 49 4
                                    

Warning! - darah, pembunuhan, senjata tajam.







"Lalu apa kau mau tau contoh seseorang yang telah aku singkirkan?" Masih sama seperti tadi, Jeno tetap diam.

Mark terus melangkahkan kakinya, hingga benar benar berhadapan dengan Jeno. Ia menempatkan posisi mulutnya di samping telinga Jeno dan membisikkan sebuah fakta. "Jisung park." 



>>>



Disisi lain Jaemin, Renjun, Haechan, dan Chenle kini sedang bergelut dengan dinginnya udara malam.

"Huft ini dingin sekali," Renjun mengeluh sambil merapatkan jaket yang ia kenakan.

"Tentu saja ini sudah hampir subuh, di tengah hutan pula," jawab Haechan dari depan.

Posisi mereka saat ini yaitu, Chenle dan Haechan yang berada di depan memimpin jalan, sedangkan Jaemin dan Renjun berada di belakang mereka berdua.

Tak lama setelah itu Jaemin bersuara, "Chenle apa masih jauh?"

Yang ditanyai bukannya menjawab malah menghentikan langkahnya, dan itu membuat ketiga orang lainnya mau tak mau harus menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" Desis Renjun.

"Jaemin, aku yakin kau sudah mengetahuinya, kan." Chenle membalikkan badannya menghadap Jaemin dan menatapnya tajam. 

"Mengetahui apa?" Haechan mulai kebingungan dengan situasi yang tengah berlangsung.

Chenle tak menggubris pertanyaan temannya, malah memanggil Jaemin sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Jaemin na."

Yang merasa dipanggil menyungging kan sudut bibirnya. Haechan dan Renjun hanya menyaksikan kedua temannya dengan penuh tanda tanya, bahkan alis mereka berdua hampir menyatu.

Tak lama Jaemin menjawab, "memangnya kalau iya, kenapa?"

Dan detik itu juga secepat kilat, Chenle berhasil mengunci lengan Haechan dan menempelkan pisau lipat yang ia bawa ke leher Haechan. melihat itu Jaemin yang langsung menarik Renjun untuk lebih mendekat padanya. "Sudah kuduga," desisnya pelan.

Semuanya terkejut. Bahkan sekarang Haechan sudah tidak bisa bergerak lagi, jika dia bergerak sedikitpun mungkin nyawanya akan melayang detik itu juga, sebab pisau itu benar-benar menempel pada kulit lehernya sekarang. Jika boleh jujur leher Haechan mulai terasa perih sekarang, Chenle tidak main-main dengan tindakannya.

Tatapan Chenle kian menajam, dan tatapan itu ditujukan untuk Jaemin sebagai peringatan. Jaemin pun berusaha untuk tetap tenang walaupun cengkeraman tangannya pada lengan Renjun semakin erat. "Jadi benar kau dibalik semua ini?" Tanya nya.

"Sebenarnya tidak juga Jaemin, aku melakukan ini karena dibayar oleh seseorang," balas Chenle tak kalah tenang, berbanding terbalik dengan tangannya yang semakin menekan pisau lipatnya.

Mendengar itu Renjun terkejut hingga menutup mulutnya dengan tangan. "Apa?! kau pembunuh bayaran?!"

Pandangan Chenle beralih pada Renjun. "Mungkin."

"Dasar orang gila! Heh lepaskan Haechan!!"

"Diamlah!" Gertak Chenle.

"Orang yang menyuruhku lebih gila lagi Renjun." lanjutnya dengan nada lebih tenang.

"Lalu, katakan siapa orang yang menyuruhmu."

"ARGHH." Ringis Haechan, sebab kini kulitnya benar-benar sudah tersobek. Renjun dan Jaemin sebenarnya tidak tega melihatnya, tetapi disini Chenle tidak sedang bermain main.

"Kalian tak perlu tahu."

"Mengapa kau manjadi pembunuh bayaran, bukannya kau juga telah memiliki segalanya? kenapa!?"

Sebelum menjawab Chenle menghela nafas, "kalian sudah jelas tahu jika aku anak adopsi, tapi apa kalian tahu jika aku telah di buang lagi?" Setelahnya Chenle tertawa.

"Haechan," lirih Renjun dengan mata berkaca kaca, lihat itu leher Haechan yang sedikit mulai sedikit mengeluarkan darah. Renjun ingin menolong Haechan, tapi Jaemin tak melepaskan cengkeraman pada tangannya justru lebih kuat.

Chenle menghentikan tawanya dan melanjutkan ucapannya serta mengganti fokusnya pada leher Haechan yang sudah terhias darahnya. "Tapi sayangnya panti asuhan ku tak akan menerima anak yang sudah diadopsi lalu dikembalikan. Aku tentu saja tak mau menjadi gelandangan, makanya aku melakukan ini, uangnya banyak jika kalian tahu." Chenle terkekeh di akhir kalimat nya.

"Tapi kenapa harus membunuh orang, dasar bedebah!" Jaemin berteriak, matanya sudah memerah, menandakan dirinya sedang berapi api.

"Kan aku sudah bilang uangnya banyak!" Chenle kembali menatap Jaemin tajam. Tak hanya itu, sebab Chenle benar-benar melakukan tugasnya.

"Haechan!"

Brukk





halo halooo, bsk hari senin, buat yg pts semangat yaa, pasti bisa kok, gausah takutt.

bsk itu hari menyeramkan, nunggu weekend lgi lamaaaa wkwkwkwk 

enjoy guysss, see you di chapter berikutnyaaa....




Inseventh killer ✓Where stories live. Discover now