🌙ㅣ24. Hanya Sekedar Pengganti

Start from the beginning
                                    

Pengganti? Kedua mata Rembulan berkaca-kaca, memberanikan diri bertatapan dengan Alvaro yang masih menatapnya dengan penuh kebencian. Padahal, kemarin Alvaro sudah bisa menatap Rembulan biasa saja, sudah bisa berdekatan dengannya, tapi sekarang? Apa Rembulan memang tidak berhak atas semua kehidupan yang baru ini? Apa yang Alvaro katakan benar, ia hanya pengganti? Ia hanyalah pengisi ruang yang kosong namun tetap tak bisa menjadi sosok yang telah hilang itu.

Rembulan tertunduk, saat bisikan-bisikan terdengar, ia memilih untuk pergi dari kelas menuju ke tempat tujuannya semula. Dalam langkahnya, Rembulan terus berpikir keras. Apa selama ini perlakuan semua saudaranya pada Rembulan itu palsu? Mereka tak menganggap Rembulan, melainkan mereka menganggap Rembulan adalah pengganti yang telah hilang. Rembulan tak memiliki arti, ia hanya mengisi sesuatu yang tak ada lagi.

Air mata Rembulan mengalir, ia ingin segera sampai di toilet tetapi keinginannya tak terkabul saat Syaila dan dua temannya datang, tiba-tiba saja menghadang.

"Cewek ini yang udah ngerebut Hero dari gue. Bawa ke toilet kelas dua belas." Syaila berucap, langsung dituruti oleh Ghea dan Theara.

Rembulan sendiri memberontak, namun hasilnya sia-sia saja.

***

Seorang gadis kecil terisak dibalik pagar yang menjulang tinggi berwarna hitam. Ia menyembunyikan wajahnya di balik lutut yang mengeluarkan noda merah yang masih mengalir. Sedari tadi ia hanya berdiam diri di sana, mungkin sudah hampir dua jam lebih dirinya menetap.

Sebenarnya ia ingin pulang. Sangat ingin. Tapi dirinya terlalu takut dan terlalu gemetar saat mengingat bagaimana kejamnya sang Paman menyiksanya dan menatapnya dengan tatapan tajam. Ia sungguh takut akan hal itu.

"Kakak ... Kakak di mana, Ala takut." Gadis itu menoleh ke samping kanan dan samping kiri, berharap sosok kakak perempuannya muncul dan memeluknya seperti biasa. Namun ia sadar, semenjak seminggu lalu, kakaknya itu tidak akan muncul, karena yang terakhir ia lihat, kakaknya dimasukkan ke dalam tanah dan terkubur di sana.

Deritan pagar terbuka mengejutkan anak yang masih menangis itu, ia berbalik melihat sosok anak yang seumuran dengannya. Mereka saling pandang dengan mulut terkunci rapat. Hanya menyisakan embusan angin sore yang semakin lama semakin menusuk kulit.

"Siapa?" tanya anak laki-laki yang membuka pagar belakang rumahnya. Ia hendak keluar dan pergi ke suatu tempat lewat belakang rumah. Tapi tidak disangka ia malah menemukan seorang anak perempuan sedang menangis tersedu. "Kamu kenapa?" tanyanya lagi karena tidak mendapat jawaban.

"Ala." Anak perempuan itu mengulurkan tangannya setelah air matanya ia hapus. Senyumannya tiba-tiba saja terbit. "Maaf ya, Ala halangin jalan." Tidak kunjung uluran tangannya ditanggapi, anak perempuan itu bangkit dan melangkah mundur.

Anak laki-laki di hadapannya itu mengernyit, kemudian ia merubah tatapannya menjadi lembut dan ia maju menarik tangan anak perempuan itu dan menjabatnya.

"Aku Alzero," ucap anak lelaki itu dan balas tersenyum. "Ala kok nangis sendirian di sini? Mau aku temenin?"

Anak perempuan itu terdiam sejenak, sebelum akhirnya senyumannya mengembang. "Ala lagi sedih aja, pahlawan Ala yang biasa nemenin udah gak bisa nemuin Ala lagi. Jadi Ala sendirian di sini."

"Nggak." Anak lelaki itu langsung membantah. "Ala gak sendirian kok di sini. Kita udah kenalan. Mulai hari ini, aku pahlawan kamu. Panggil aku Hero, ya?"

4 Brother'z | TERBITWhere stories live. Discover now