The Unwanted Queen || 11

Start from the beginning
                                    

"Kabar baik Yang Mulia. Saya hanya mampir sebentar untuk mengembalikan pakaian Lord Evan yang tertinggal kemarin."

Sontak Crystal menatap ke arah Alissya saat mendengar ucapan Livia. Sedangkan Alissya yang berada di ruangan itu terdiam menatap Livia dengan raut wajah yang sulit di artikan. Entah mengapa ia tidak suka dengan kehadiran gadis itu.

"Ah mommy lupa. Livia perkenalkan, dia Alissya mate Evan." ujar Crystal tersenyum ke arah Alissya sambil merengkuh bahu gadis itu.

"Senang bertemu dengan anda Queen." ujar Livia sambil menundukkan kepalanya.

Alissya tersenyum. Ia berusaha untuk menormalkan sikapnya dan membalas ucapan gadis itu. "Senang bertemu dengan anda tuan putri."

Saat itu juga Alissya tersadar, jika ia masih jauh berada di bawah Livia, seorang putri dari kerajaan Wizard. Gadis itu sangat cantik, lembut dan juga sopan dalam bertutur kata layaknya seorang putri. Siapapun orang yang melihatnya pasti akan terkagum-kagum pada gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan dirinya yang bukan siapa-siapa. Tidak ada kelebihan yang bisa ia banggakan.

"Ada apa nak? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Crystal saat melihat Alissya yang hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya.

"Tidak mom, aku hanya ingin mengatakan padamu jika aku ingin mengunjungi ibuku. Aku sangat merindukannya." ujar Alissya dengan raut wajah sedih.

Crystal tersenyum lalu mengusap puncak kepala Alissya dengan lembut. "Tentu saja kau boleh mengunjungi ibumu sayang. Kau bisa pergi bersama Grace dan beberapa pengawal untuk menjagamu."

Alissya yang mendengar itu seketika berbinar. Ia tidak menyangka jika Crystal akan langsung memberinya izin.

"Terima kasih mom, aku akan segera kembali." ujar Alissya antusias membuat Crystal terkekeh pelan.

"Titip salamku pada ibumu sayang." ujar Crystal dan langsung dijawab anggukkan oleh Alissya.

Saat itu juga Alissya langsung beranjak dari tempat duduknya dan tidak lupa berpamitan pada Crystal dan juga Livia yang masih berada di tempatnya. Setelah itu ia berjalan dengan cepat keluar dari istana dan menuju sebuah kereta kuda yang sudah siap untuk mengantar dirinya. Alissya sudah tidak sabar untuk menemui ibunya. Ada banyak hal yang ingin ia ceritakan. Sedangkan Grace yang berjalan di belakangnya hanya menggelengkan kepalanya heran. Setidaknya ia senang karena melihat ratunya kembali bahagia dan melupakan kejadian tadi.

*****

Tak lama kemudian, Istana kerajaan Demon dihebohkan dengan seorang pria yang tergeletak tidak jauh dari pintu gerbang istana dengan luka di sekujur tubuhnya. Sayangnya pria itu di temukan dengan keadaan tidak bernyawa. Pria itu adalah salah satu prajurit yang berjaga di perbatasan wilayah utara kerajaan Demon. Evan yang mendengar kabar itu langsung melesat menuju pintu gerbang istana dengan rahang mengeras menahan amarah.

"Apa kau sudah menemukan pelakunya?" tanya Evan pada Steve.

"Mereka berhasil lolos Lord." ujar Steve membuat Evan mengepal tangannya kuat.

"Sepertinya lawanmu saat ini cukup hebat son." ujar Xavier yang baru saja tiba dengan Darren di belakangnya. Evan yang mendengar itu hanya terdiam. Tentu ia menyetujui ucapan ayahnya.

"Kau ikut aku ke perbatasan." tihta Evan lalu melesat meninggalkan istana bersama Steve dan beberapa prajurit lainnya.

Darren yang berdiri di belakang Xavier kemudian berjalan mendekati mayat itu untuk mencari penyebab kematiannya. Tak lama kemudian ia terkejut saat menyadari sesuatu. 

The Unwanted Queen || COMPLETED ✔️Where stories live. Discover now