4. Naraya Hysteria

Mulai dari awal
                                    

"Ahahaha! Takutt aja aku."

"Cium dulu, mmm." Nachandra memajukan bibirnya ke depan.

"TAMPOL JUGA NIH!"

"Jangan.. Kok punya pacar jahat amat." Sesaat kemudian, Chandra mencubit pipi gadisnya agak keras.

"CHANDRA!!!"

"Eh, siapa namanya lo?" tanya seorang laki-laki mengenakan jas OSIS yang tentu penampilannya jauh lebih rapih darinya.

"Nachandra Renjana."

"Panjang juga."

"Panjangan juga anu gue."

"Becandaan lu anjirt banget, Ndra." Hanya dibalas kekehan kecil dari lawan bicaranya.

"Nachandra," jelasnya, sejujurnya ia benci namanya disingkat-singkat oleh orang lain, tentu kecuali orang yang disayangi.

"Anu apa si lu mikirnya? Anu gue maksudnya rambut dodol! Dih, ngeres," protes Nachandra tidak terima, padahal jelas-jelas dirinya yang memancing.

"Lo ngeres goblok!"

"Nama?"

"Gue? Oh, Selatan."

"Gue nanya nama lu bukan nanya arah angin."

Plak!

Selatan tak percaya bahwa pacar kakaknya ini ternyata jauh lebih gila daripada teman-temannya yang tak kalah gila.

Bagaimana tidak? Chandra yang selalu diceritakan Yura adalah laki-laki pendiam, cuek, dan tak mau tau urusan orang lain ternyata adalah salah satu manusia yang bisa buat naik pitam dalam waktu semenit.

"NAMA GUE SELATAN ANJIII!" Jujur saja Nachandra kaget saat anak di depannya ini malah nari jaipong, alias meliuk-liuk tak mau diam.

"Oh, ngomong kek dari tadi."

"Udah ngomong anjing."

"Cepetan gua mau pulang." Chandra mendorong tubuh Selatan menjauh dari motornya, anak itu melongo tak percaya.

"LO MAU PULANG SAMA KAKAK GUE PAKE MOTOR GUA?! TERUS LU DIJALAN UWU UWUAN, LAH GUE GA BISA UWU ANYING."

Sedangkan lawan bicaranya tak mendengarkan justru langsung menyentuh motornya abai. "Ya kan lu gak punya pacar."

"Gak ada akhlak ngatain lagi."

"Makanya punya pacar."

Selatan segera mendorong Chandra menjauhkannya dari Betty, alias nama dari motor kesayangannya sambil menahan emosi agar tak melayangkan tinjuan padanya.

Karena jika itu terjadi akan sangat panjang urusan dengan kakaknya nanti.

"Betty punya gue! Sono lo, kaya iya, punya motor kaga! Jiakhh!"

Wajah Chandra memasam tak terima, walaupun hidupnya termasuk berkecukupan namun orang tuanya tak pernah mengizinkannya membawa motor ke mana-mana. Perlu diketahui Nachandra adalah anak rumahan, pun ia tak akan bosan disuruh menetap di rumah bertahun-tahun.

Pergi pun harus ada yang mengawasi, Nachandra hanya akan dibebaskan di lingkungan sekolahnya kali ini. Itu adalah pesan terakhir orang tuanya sebelum menitipkan pada Farhan, ibunya sangat menjaga—menjaga dalam artian lain—Chandra sejak kecil, alasannya karena dirinya anak tunggal semata wayang.

Setiap orang tua memiliki cara mereka sendiri mendidik anaknya, bukankah begitu?

"Selatan, tolong banget anjing pinjemin dulu. Gua nggak bawa motor."

"Lo kaya nggak punya motor buat apa? Jiakhh!"

"Bibir lu lama-lama gue selotip nih." Nachandra sudah menyiapkan ancang-ancang jika barangkali adik kelasnya ini menyerang. "Ya gue bukannya nggak punya."

"Terus."

"Biasanya gue dijemput Om Farhan, di rumah mah motor gua bejibun." Baru kali ini Chandra berani membanggakan diri di depan orang lain.

"Ssombbong amatzs."

"Makanya mijem bentar." Bocah itu benar-benar merengek sekarang, hal itu tak juga membuat Selatan iba padanya.

Pada akhirnya, anak laki-laki ini berjalan melewati koridor sekolah mencari keberadaan kekasihnya. Chandra ragu apakah Yura sudah pulang meninggalnya atau seperti yang barusan dia bilang ditelpon 'masih ada kegiatan ekstrakurikuler'.

Nachandra sungguh berjalan menyusuri koridor yakin tak yakin, bisa saja tersesat, memeriksa setiap ruang kelas dari ujung ke ujung. Yura belum juga ditemukan, sampai rasanya ia lelah sendiri.

Maka ini satu-satunya harapan, ia memutuskan untuk pergi ke belakang kelas 11 IPS 2 adalah tempat terakhir yang akan ia kunjungi hari ini sebelum ia pulang, setaunya itu adalah kelas Yura.

Matanya menatap jeli ke berbagai sudut tempat hanya mengabsen kekosongan berbekal nekat. Sampai tiba-tiba bau asap rokok masuk mengganggu organ pernapasannya.

Di ujung sana, tampak seorang perempuan menyender santai pada tembok menaikkan sebelah kakinya ke belakang.

.

.

.

.

.

Jangan lupa, vote dan komen❤

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang