06

1.4K 251 2
                                    


.
.
.
.
.
San meremat kemudinya erat, dia marah, tapi tidak tau harus marah pada siapa. Dia tidak suka melihat Wooyoung menangis seperti tadi, rasanya jauh lebih menyakitkan dari pada saat kehilangan Yeosang.

Drrt drrt drrt

San menepikan mobilnya, sebelum meraih ponselnya yang terus bergetar sedari tadi. Ada nama Mingi terpampang disana.

"Apa yang kau temukan?" San bisa mendengar suara decakan diseberang sana.

"Tidak banyak, dan tidak ada yang menarik kecuali sebuah fakta bahwa dia berasal dari sekolah yang sama dengan kalian bertiga."

Deg

Jantung San rasanya berpindah tempat ke lutut. Jadi itu alasan kenapa dia merasa familiar dengan Wooyoung.

"Hanya itu?" San mendengar Mingi menghela nafas.

"Ada satu lagi, apa kau merasa familiar dengannya?"

"Ya, itu alasan aku ingin kau mencari tau tentangnya, juga hubungannya dengan kak Hongjoong."

"Tentu saja kau akan merasa familiar San, dia ada disekeliling mu saat sekolah, dia bersahabat dengan Hongjoong juga Yeosang."

"Apa?"

"Ya, mereka bertiga bersahabat, aku tidak tahu apa yang terjadi pada mereka, tapi sepertinya Wooyoung menjauhi Yeosang dan Hongjoong, dia sempat menghilang setahun setelah kalian lulus, itu berarti enam tahun lalu."

"Apa dia ada hubungannya dengan kecelakaan Yeosang?" San terlihat menahan emosi saat mengingat itu.

"Tidak."

"Bagus, menginaplah dirumah, aku titip Jongho." San langsung mematikan sambungan telfon nya, dia bahkan tidak peduli bahwa Mingi bisa saja berteriak kesal disana. San sudah cukup pusing dan dia butuh pengalihan.

"Maafkan aku Yeo, mungkin aku akan mabuk lagi malam ini."
.
.
.
.
.
Wooyoung masih menatap tidak percaya pada tangan kanannya yang tadi sudah menampar Hongjoong. Wooyoung menyesal tentu saja, rasa marah, sedih dan kecewa yang bercampur menjadi satu membuat Wooyoung bahkan tidak sadar jika tangannya sudah melayang pada wajah milik sahabatnya itu.

Hongjoong adalah sahabatnya, sosok dominan yang selalu menjadi penengah saat dirinya dan Yeosang berebut makanan. Sejujurnya Wooyoung merindukan masa-masa sekolahnya dulu. Masa sebelum dia mengetahui bahwa Yeosang menjebaknya, membuatnya menjadi bahan taruhan pada orang yang dia cintai. Dia masih bisa memaafkan Yeosang saat laki-laki cantik itu mengatakan akan membantunya mendapat pertanggung jawaban jika terjadi sesuatu. Wooyoung memaafkan semua yang Yeosang lakukan padanya, saat laki-laki datang padanya, meminta maaf sambil menangis karena membuatnya harus kehilangan kehormatannya.

Wooyoung tahu dia adalah laki-laki spesial, itu lah kenapa dulu ayah dan ibunya sangat protective padanya. Wooyoung tahu dia bisa mengandung layaknya seorang wanita, itu yang membuat dia sangat berhati-hati saat dekat dengan laki-laki lain terutama yang berstatus dominan.

"Kalian berdua membuatku terlihat jahat."

Wooyoung kembali mengingat bagaimana Yeosang mengkhianatinya, tujuh tahun lalu, tepat saat hari kelulusan. Wooyoung berlari mencari Yeosang, dia ingin menagih janji laki-laki cantik itu, untuk meminta pertanggung jawaban jika dirinya hamil. Tapi yang dia dapat justru sebaliknya. Saat Wooyoung menemukan Yeosang, laki-laki itu sedang mengumumkan bahwa dia akan segera menikah.

Wooyoung hancur, dia kembali dikhianati oleh laki-laki manis itu. Dia melihat Hongjoong disana, menatapnya dengan sendu tapi tidak melakukan atau mengatakan apapun. Seolah dia sudah tau apa yang akan terjadi setelah itu.

TimelinesWhere stories live. Discover now