08

1.4K 241 12
                                    


.
.
.
.
.
Hari ini Wooyoung dan Yunho kembali datang ke daycare lebih pagi, sengaja sebenarnya, selama satu bulan ini mereka memilih menghindari masalah masing-masing. Yunho yang tidak ingin bertemu Mingi dan Wooyoung yang akan dengan senang hati menghindari San.

Seperti biasanya Wooyoung akan berpesan pada Yunho maupun Jisung untuk mengatakan bahwa dia tidak ada hari ini. Sebenarnya San tau bahwa Wooyoung menghindarinya, dan itu karena kesalahannya.

"Hari ini aku akan menunggumu disini Woo, kita harus berbicara." San bergumam sendiri, jangan lupakan tangan kanannya yang masih menggandeng tangan Jongho.

"Papa kenapa berbicara sendiri?"
.
.
.
.
.
Seperti katanyan San benar-benar menunggu Wooyoung didaycare, hal itu membuat Wooyoung menjadi gelisah. Wooyoung mengurung diri diruangannya, tak menghiraukan panggilan Jongho juga Byungchan yang mengajaknya bermain.

"Woo?" Yunho memasuki ruangan Wooyoung, menghela nafas saat menemukan Wooyoung tertidur disofa, ruangannya.

"Woo." Yunho menepuk lengan Wooyoung pelan, membuat Wooyoung membuka matanya.

"Yunho, apa dia sudah pergi?" Yunho mengangguk. San memang sudah pergi karena ada pekerjaan tadi.

"Ayo makan dulu." Wooyoung menggeleng.

"Aku sedang tidak ingin makan." Yunho memicing.

"Sudah seminggu ini kau jarang sekali makan Woo, kau bisa sakit jika seperti itu." Wooyoung tetap menggeleng.

"Aku ingin ramen." Yunho menghela nafas.

"Baiklah ayo makan ramen."
.
.
.
.
.
Setelah makan siang yang terlambat tadi, Wooyoung memutuskan bermain bersama anak-anak di ruang bermain.

"Mama!" Jongho langsung berlari memeluk Wooyoung saat melihat kehadiran laki-laki itu.

"Hati-hati sayang." Wooyoung balas memeluk Jongho begitu anak itu memeluknya.

"Hoho kangen mama." Wooyoung mengecup pipi gembil Jongho gemas.

"Maafkan mama ya, mama sedang banyak pekerjaan akhir-akhir ini." Hoho mengangguk. Yang penting mamanya ada disini sekarang, itu pikiran Jongho.

Hari sudah semakin sore, anak-anak sudah dijemput oleh orang tuanya, sekarang di dalam daycare hanya tersisa Jongho dan Byungchan.

"Apa aku harus menghubungi tuan Choi?" Yunho mengangguk, dia tidak bisa membiarkan Jongho menunggu lebih lama di daycare.

"Baiklah kak, aku akan menghubunginya sebentar." Jisung pergi keluar ruangan untuk menghubungi San dengan telfon yang ada didaycare.

"Tuan Choi akan datang dalam sepuluh menit kak, sepertinya dia sudah dalam perjalanan kemari." Yunho mengangguk, dia menatap Wooyoung yang sudah kembali terlelap dengan Jongho di pangkuannya.

"Kak Wooyoung akhir-akhir ini sering sekali tertidur ya kak?" Yunho mengangguk. Mungkin Wooyoung sedang lelah karena harus menghindari San.

"Ya, sepertinya Wooyoung sedang lelah."
.
.
.
.
.
Yunho menatap tajam pada Mingi yang terus saja tersenyum padanya. Dia terpaksa ikut kerumah ini saat Mingi datang menjemput Hoho dan berhasil membuat Byungchan merengek untuk ikut main kerumah Hoho.

"Yunho."

"Jangan bicara padaku!" Mingi menggeser duduknya mendekati Yunho.

"Apa...Byungchan itu anak ku?" Yunho langsung melotot mendengar ucapan Mingi.

"Dengar ya tuan Song, Byungchan adalah anak ku, bukan anakmu!" Mingi bisa melihat kemarahan dan kekecewaan dimata bulat milik Yunho.

"Tolong katakan yang sebenarnya Yun, apa benar Byungchan adalah anak kita?" lidah Yunho kelu untuk menjawab tidak. Karena kenyataannya Byungchan memang putra Mingi. Putra yang dikandungnya sewaktu Mingi mengusirnya karena sebuah foto hasil editan.

"Oh Mingi?!" Mingi mendongak saat mendengar suara terkejut Hongjoong, begitu pula Yunho. Hongjoong terkejut saat melihat Yunho ada dirumah itu, bersama Mingi. Tapi dia bersyukur karena malam indahnya tidak akan terganggu oleh telfon Mingi.

"Yunho, syukurlah Mingi sudah menemukanmu."

Grep

"Paman Joong!" Hongjoong menunduk saat menemukan Byungchan dan Jongho memeluk kakinya.

"Halo sayang, main di dalam dulu ya, setelah itu paman menyusul." kedua bocah kecil itu mengangguk.

"Aku sudah menduga jika Byungchan adalah anakmu Yun." Yunho memejamkan matanya, dia tidak bisa mengelak lagi sekarang.

"Aku tidak ingin membela Mingi, tapi kau harus dengarkan penjelasannya."
.
.
.
.
.
Wooyoung baru saja mengunci pintu daycare saat hari sudah malam. Selama satu bulan terakhir Wooyoung memang memilih pulang saat hari menjelang tengah malam. Seperti hari ini, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan Wooyoung baru saja berjalan pulang.

Grep

Tubuh Wooyoung mendadak kaku saat ada sebuah tangan yang menggenggam tangannya.

"Wooyoung." Wooyoung memejamkan matanya, dia mengenali suara itu, siapa lagi jika bukan San. Laki-laki yang dihindarinya selama satu bulan ini.

"L-lepaskan!" bukannya melepaskan San justru menarik tangan Wooyoung agar menghadap pada nya.

"Aku ingin bicara Woo, dan kau menghindariku selama satu bulan ini." Wooyoung tidak menjawab atau pun menatap San.

"Aku minta maaf untuk kejadian sebulan lalu Woo, aku tidak tahu kenapa aku ada dirumahmu saat itu." Wooyoung masih tidak menjawab, kepalanya tertunduk dan terasa berat, ntah ini efek pola makannya yang berantakan atau karena hal lain. Tapi yang pasti tubuh Wooyoung tiba-tiba terasa sangat lemas.

"Woo? tolong jawab aku!"

Bruk

Mata San terbelalak saat tubuh Wooyoung tiba-tiba luruh dihadapannya, wajah laki-laki manis itu sangat pucat. Tanpa pikir panjang San langsung membawa Wooyoung masuk kemobil nya dan bergegas kerumah sakit.

"Ada apa dengan mu Woo?"
.
.
.
.
.
Wooyoung menatap kosong pada hasil lab yang ada ditangannya, diseberangnya San juga menatapnya tajam. Wooyoung meruntuki dirinya, kenapa dia harus jatuh pada kesalahan dan orang yang sama.

"Apa kau menjebakku Woo?"

Deg

Wooyoung menatap San tidak percaya, bagaimana mungkin laki-laki itu menuduhnya begitu.

"Apa aku terlihat sangat murahan dimatamu tuan Choi?" San sedikit terkejut saat mendengar nada dingin dari Wooyoung.

"Gugurkan itu, aku tidak ingin memiliki anak selain Jongho." Wooyoung membeku ditempatnya, air matanya mengalir, dia tidak menyangka San akan mengatakan hal seperti itu. Bahkan San sudah meninggalkannya sendirian dilorong rumah sakit.

"Aku tidak pernh menjebakmu Choi San, tapi kau yang pernah menjebakku, meniduriku sebagai bahan taruhan antar kau dan Yeosang." Wooyoung menutup wajahnya dengan kedua tangan. Laki-laki manis itu menangis, kenapa dia harus kembali mengalami ini.
.
.
.
.
.
Wooyoung berjalan dengan tatapan kosong, hatinya hancur, dunia nya hancur. Dia hamil tapi sang ayah dari calon anaknya justru memintanya menggugurkan kandungannya.

Dulu San melakukannya, menjebak Wuyo polos dan menidurinya tanoa berfikir bahwa dia merusak masa depan seorang pemuda, membunuh pemuda yang mencintainya dengan sangat besar.

Wooyoung ingin mati rasanya, dia tidak ingin kehilangan lagi, dulu dia kehilangan anaknya sekarang dia tidak akan kehilangan lagi. Dan jika memang harus menggugurkan anaknya lebih baik Wooyoung mati.

"Jahat, Choi San jahat."  Wooyoung bergumam sambil terus berjalan kearah jalan raya, mengabaikan bahwa itu belum waktunya dia menyebrang.

Tinnnnn....

Brak

Wooyoung dapat mendengar teriakan panik juga melihat seseorang berlari kearahnya sebelum semuanya berubah gelap.

"Jung Wooyoung!!"
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

TimelinesWhere stories live. Discover now