10

2K 247 18
                                    


.
.
.
.
.
Wooyoung mengelus perutnya yang mulai membesar, usia kandungannya sudah masuk lima bulan, Wooyoung benar-benar menjaga kandungannya kali ini. Dia tidak peduli jika dia harus membesarkan anaknya seorang diri.

Wooyoung kembali menatap pemandangan laut jeju dari halaman belakang rumahnya. Ya setelah dua bulan bersembunyi di rumah Seonghwa karena permintaan sepasang suami istri itu, akhirnya Wooyoung memutuskan untuk pindah ke jeju, kerumah neneknya, rumah itu sudah lama kosong, kadi Wooyoumg menempatinya.

"Baby, tidak apa kita hanya berdua ya, jangan tinggalkan mama seperti kakakmu ya."
.
.
.
.
.
San mengacak rambutnya frustasi, sejak dua hari lalu Jongho sama sekali tidak mau makan, dia menolak semua makanan yang di tawarkan padanya, dia bahkan menolak Byungchan.

"Hoho, makan dulu ya sayang." San menatap Seonghwa yang sedangembujuk Jongho untuk makan, tapi lagi-lagi anak itu menggeleng.

"Hoho mau mama..hiks...mama Uyong..hiks..." Seonghwa menatap San dan Hongjoong yang sedang duduk di sofa.

"Iya nanti mama Uyong pasti kesini, tapi Hoho makan dulu ya?" Jongho tetap menggeleng, menolak suapan yang diberikan oleh Seonghwa.

"Hoho dengarkan paman Hwa ya, nanti mama Hoho akan kesini bersama adik bayi." Seonghwa sengaja berbisik ditelinga Jongho agar San tidak mendengarnya.

"Adik bayi? Seperti yang diperut paman?" Seonghwa mengangguk.

"Iya, Hoho akan jadi kakak, makanya harus makan dulu biar mama mau datang kesini bersama adik bayi." Jongho menganggum, dia akhirnya mau menerima suapan bubur dari Seonghwa itu membuat San dan Hongjoong bernafas lega.

"Aku harus mencarinya kemana lagi ya kak." Hongjoong menghela nafas, dia sebenarnya tidak tega melihat San seperti ini, terutama Jongho yang tidak mengerti masalah apa yang terjadi diantara kedua orang tuanya.

"Berusahalah lebih keras lagi San."

"San Jonghi sudah tertidur, aku dan Hongjoong pamit duku." San mengangguk, dia tidak bisa memaksa Hongjoong menemaninya disini karena Seonghwa sedang hamil tua, sebentar lagi akan melahirkan.

"Kau ada dimana Wuyo, tidak kah kau ingin memaafkanku?"
.
.
.
.
.
Hongjoong menatap Seonghwa yang terlihat gelisah, istrinya itu tampak sangat tidak tenang.

"Ada apa Hwa?" Seonghwa menatap Hongjoong.

"Joong, apa tidak hisa membawa Wuyo pulang ke seoul?" Hongjoong menghela nafas mendengar permintaan Seonghwa.

Memang hanya Hongjoong dan Seonghwa yang mengetahui dimana Wooyoung.

"Kita tidak bisa memaksa Wuyo, sayang." Seonghwa menunduk.

"Aku tau, tapi aku tidak tega melihat Jongho merindukan mamanya, itu membuat hati ku sakit." Hongjoomg mengelus rambut hitam Seonghwa.

"Jangan sedih, besok aku akan kesana dan meminta Wuyo untuk datang menemui Jongho, sepertinya anak itu belum membaca surat yang aku berikan." Hongjoong mengecup bibir sang istri.

"Berhenti melakukan itu ditempat umum Hongjoong."
.
.
.
.
.
Tok tok tok

Wooyoung yang sedang menonton acara kartun siang di televisi dikejutkan dengan suara ketukan pintu. Wooyoung bangkit dari duduknya dan melangkah kepintu depan.

Cklek

Wooyoung berkedio saat menemukan Hongjoong berdiri didepan pintu rumahnya.

"Aku tidak diperbolehkan masuk?" Wooyoung hanya menggeser tubuhnya agar Hongjoong bisa masuk kedalam.

TimelinesWhere stories live. Discover now