02

1.5K 260 12
                                    


.
.
.
.
.
Wooyoung sedang berada didapur rumahnya, memasak makan malam untuk nya juga Jongho. Ya, Wooyoung memutuskan membawa pulang Jongho, saat ini anak itu sedang duduk disofa ruang tengah rumah Wooyoung.

Wooyoung sesekali melirik kearah ruang tengah, dimana Jongho berada. Anak itu tetap ditempatnya semula dengan mata yang fokus pada televisi didepannya.

"Hoho, ayo makan dulu." Jongho langsung turun dari sofa dan menghampiri Wooyoung.

"Mama masak apa?" Wooyoung tersenyum, dia membantu Jongho untuk duduk dikursi. Menurut Wooyoung Jongho termasuk anak yang terlalu pintar diusianya.

"Mama hanya masak ayam goreng dan nasi goreng, Hoho makan ya." Wooyoung tersenyum saat mata Jongho terlihat berbinar mendengar kata ayam keluar dari mulutnya.

"Hoho mau ayam!" Wooyoung segera memberikan sepotong paha ayam pada Jongho.

"Enakkkk!!" Jongho memekik senang saat lidahnya mengecap rasa dari masakan Wooyoung.

"Mama, mama, apa Hoho bisa makan masakan mama lagi?" Wooyoung tersenyum, segala tingkah Jongho mengingatkannya pada seseorang, sangat mirip.

"Tentu saja." Wooyoung bahagia saat melihat Jongho makan begitu lahap.

"Hoho, setelah ini boleh mama tahu dimana rumah Hoho?" Jongho menunduk, dia tidak ingin pulang.

"Sayang, kenapa?" Wooyoung menghampiri Jongho saat melihat anak itu tampak murung dan gelisah.

"H-hoho tidak mau pulang." Wooyoung tersentak, apa yang terjadi pada Jongho sebenarnya, hingga anak itu tidak ingin pulang.

"Kenapa? Mama sama papa Hoho pasti bingung mencari Hoho." Wooyoung menggenggam tangan Jongho, mencoba menarik perhatian bocah kecil itu.

"P-papa marah sama Hoho, Hoho takut hiks." Wooyoung segera membawa Jongho kedalam pelukannya, sepertinya dia harus memberikan pengertian pada Jongho.

"Kan masih ada mamanya Hoho?" Jongho menggeleng, membuat Wooyoung mengernyit bingung.

"K-kata P-papa, eomma sudah ada disurga."

Deg

Jantung Wooyoung serasa berhenti berdetak, ternyata anak sekecil Jongho sudah tidak memiliki ibu.

"Cup cup, sudah jangan menangis ya, kan sekarang ada mama disini." Wooyoung mengusap air mata Jongho.

"Hoho dengarkan mama ya, papa Hoho pasti sekarang sedang bingung mencari Hoho, Hoho sayang sama papa?" Jongho mengangguk, wajahnya tampak imut dengan pipi yang basah oleh air mata.

"Hoho mau papa sedih?" kali ini Jongho menggeleng, dia tidak mau melihat papanya sedih.

"H-hoho sayang papa, Hoho gak mau lihat papa sedih." Wooyoung tersenyum, dia jadi ingin menjadikan Jongho anaknya.

"Mama, boleh Hoho pinjam ponsel mama?" Wooyoung mengernyit, untuk apa?

"Untuk apa?" meskipun bingung Wooyoung tetap memberikan ponselnya pada Jongho.

"Untuk menghungi papa agar menjemput Hoho." kata-kata Jongho sukses membuat Wooyoung ternganga, kenapa tidak dari tadi.

"Untung saja dia imut."
.
.
.
.
.
San memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, setelah menerima telfon dari  Jongho, San langsung berlari kearah mobilnya, bahkan dia menghiraukan Mingi yang baru saja datang.

San memarkirkan mobilnya didepan sebuah rumah sederhana, jika dibandingkan dengan rumahnya jelas bukan apa-apa, bahkan sepertinya masih lebih luas kamar tamunya daripada rumah ini.

TimelinesWhere stories live. Discover now