"Pergi aja kak, sekalian sosialisasi. Kalau ada Darren, Papamah bisa tenang" ucap Papanya menyetujui.

Sudahlah!!

Vodka pasrah. Di rumah ini hanya Papanya yang bisa membelanya, jika ia menginginkan sesuatu. Namun, jika sudah seperti ini, mau tidak mau, Vodka harus setuju.

Salah satu hal yang paling tidak di sukainya di keluarganya yaitu sifat aneh mereka. Dirumah, hanya Vodka yang merasa waras, sedangkan yang lainnya tidak.

Seperti hal ini, wajah masamnya sama sekali tidak membuat Darren mengganti pilihannya. Sehingga, mau tidak mau, Vodka harus pasrah duduk di dalam mobil pick up milik Darren. Keluarganya terlalu aneh, sehingga tampak seperti hal wajar untuk mengkoleksi macam-macam bentuk mobil, seperti Truck, bus, pick up, becak dan banyak hal lainnya. Untung saja temannya Sharla punya mobil pribadi yang bisa mereka kendarai kemana-mana.

^^^

Mood yang buruk untuk menyambut pagi. Setelah kedua orangtua serta abang-abangnya, Darren dan Keynan, kembali berangkat ke Singapura, barulah Vodka merasakan sedikit kebebasan. Seperti biasa, kedatangan keluarganya hanya dengan satu tujuan, membawanya pulang ke Singapura. Dan seperti jawabannya sebelumnya, Vodka selalu menolak.

Kenangan buruk mengenai Singapura selalu menjadi alasan Vodka tidak ingin kembali. Ia bahkan melarang keras orangtuanya mengikuti jejaknya untuk menetap di Indonesia. Sebagai gantinya, mereka mengirim Sharla untuk menemani Vodka. Sahabat dari oroknya, yang orangtuanya sudah bekerja untuk mereka sejak masa kehamilan mamanya yang kedua.

Vodka berjalan menuju pos satpam untuk mengambil tongkatnya. Seperti biasa, ia harus mengatur lalu lintas di depan sekolahnya setiap pagi.

Kali ini ia di temani oleh Bara, salah satu anggota osis lainnya. Jika Vodka melakukan ini setiap hari sekolah, maka Bara dan Rubby secara bergantian menjadi patnernya untuk melakukan ini.

"Panas banget!! Keluh Bara yang sedari tadi memilih berteduh di depan gerbang, dan membiarkan Vodka mengerjakan segalanya.

Vodka hanya tersenyum singkat, tapi tidak mengatakan apa-apa.

Saat melihat mobil ketua osis mereka mendekat, Bara langsung dengan sigap berdiri, memperlihatkan bahwa ia mengerjakan tanggung jawabnya. Dan sekali lagi, Vodka tidak mengatakan apa-apa.

Gadis itu malah memilih berdiri sedikit jauh dari gerbang, agar Brandon tidak berbasa-basi kepadanya dulu, untuk membicarakan tanggung jawabnya. Karna percayalah, semakin sering mereka melihat Vodka tersenyum, maka semakin fatal juga yang akan mereka dapatkan nantinya.

Namun suara klekson mobil yang berkali-kali dari seberang jalan di depannya, membuyarkan hayalan Vodka mengenai balas dendam.

Matanya sedikit menyipit saat melihat orang yang punya mobil yang sedari tadi membunyikan klaksonnya.

Saka membuka kaca mobilnya selebar mungkin, lalu membuat gaya love dengan kedua tangannya di atas kepala dari dalam mobil, saat Vodka melihatnya.

Wajah Saka terlihat berbinar-binar saat Vodka melihatnya. Apakah love besar yang ia buat berhasil menarik perhatian gadisnya itu?

"Vodkaku sayang, nanti gue jemput ya!!! JANGAN KABUR LAGI!!!!" Katanya kencang hingga membuat orang-orang di sekitaran mereka melirik secara terang-terangan. Termasuk Brandon.

Menghela nafas berat, Vodka hanya menampilkan wajah datarnya. Setelah mendengar penjelasan Sharla mengenai kejadian di lapangan basket, mau tidak mau, Vodka harus percaya bahwa Saka memang mencari keberadaannya dan bukannya Sharla.

Setelah mengucapkan keinginannya, Saka kembali menancapkan gasnya untuk berangkat sekolah. Namun matanya sedari tadi menatap ke arah spion untuk melihat gadis itu terakhir kalinya. Betapa menggemaskan Vodkanya itu tadi, gumam Saka yang tampaknya sudah kelewatan bucin.

Melihat Saka yang sudah pergi, Brandon juga memutuskan untuk masuk ke gedung sekolahnya. Begitu juga dengan Bara yang kembali duduk sambil mengeluhkan panasnya cuaca.

Vodka sebenarnya bukanlah orang penyabar. Apalagi harus mendengar keluhan dari orang-orang seperti Bara. "Diluar sana, ada yang lebih susah keadaanya, tapi mengeluh tak sebrisik lo" ucap Vodka dengan dingin, memperlihatkan tatapan membunuhnya, untuk memperingati Bara. Percayalah, mood buruknya yang terkumpul sedari kemarin di tambah berurusan dengan orang seperti Bara, jelas akan membangkitkan sisi dingin Vodka yang sebenarnya.

Mungkin disini dia di kenal sebagai gadis gendut yang penurut, yang jika di perintahkan sesuatu selalu nurut sambil menjawab dengan tersenyum. Tidak peduli seberapa merendahkannya perintah itu, Vodka hanya tersenyum.

Jelas wajah, tatapan dan nada gadis itu saat ini adalah hal yang baru. Dan orang pertama yang melihatnya adalah Bara. 

Tanpa sadar, Bara bergidik ngeri. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam gedung sekolahnya lebih dulu, karna merasa teritimidasi dengan perkataan dan tatapan Vodka.

Tbc

Its You Babe!!!  (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora