2. Morning and Him

15 6 0
                                    

Salju pagi terasa lebih dingin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Salju pagi terasa lebih dingin. Jimin terbangun dengan rasa pegal disekujur tubuhnya. Rupanya ia tidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman semalaman. Ia segera mematikan TV dan beranjak kedapur untuk membasahi tenggorokannnya yang terasa kering. Tiba-tiba ia teringat dengan gadis yang berada dikamarnya. Ia memutuskan untuk melihat keadaanya, apakah gadis itu sudah sadar atau belum.

Saat ia telah sampai didepan pintu kamar, ia segera memutar knop pintu tersebut. Ia terkejut bukan main saat melihat keadaan gadis mungil dan juga ranjangnya. Jimin dapat melihat dengan jelas selimut putih yang menutupi tubuh gadis mungil itu menjadi berwarna cokelat dan sedikit merah dibagian bawahnya, khas warna darah saat sudah mengering. Jimin tentu saja panik. Saat ia menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh gadis mungil tersebut, Jimin meringis. Ia melihat perban yang ada di paha Yoora sudah berubah warna menjadi cokelat dan agak sedikit merah terlihat sedikit lembab, pun kemeja kebesaran milik Jimin yang gadis itu kenakan terkena bercak darah.

Jimin yakin pasti gadis mungil itu kehilangan banyak darah, mengingat bekas darahnya sudah berubah warna menjadi kecoklatan yang artinya Yoora sudah mengalami pendarahan sejak semalam. Jimin kembali meringis melihat wajah Yoora kini sepenuhnya pucat dan tubuhnya begitu dingin. Beruntung Yoora masih bernafas.

Jimin segera menggendong tubuh mungil Yoora dan membawanya kerumah sakit. Ia menghubungi pamannya, memberitahukan keadaan Yoora dan juga niatnya membawa Yoora kerumah sakit. diseberang sana terdengar suara Hyeonwoo yang begitu panik. Jimin memutuskan untuk mengakhiri panggilan setelah mendengar kalimat terakhir Hyeonwoo.

"Jim, pastikan gadis itu selamat. Paman tidak mau kau menyesal."

***

Sesampainya dirumah sakit, Yoora langsung dibawa untuk mendapatkan penanganan darurat. Jimin mengatur napasnya. Ia berharap gadis itu baik-baik saja dan berdoa semoga saja ia tidak terlambat membawa gadis itu kerumah sakit.

Sudah hampir satu jam Jimin menunggu dengan sedikit gelisah. Terlihat Hyeonwoo berjalan tergesa menghampiri Jimin yang terduduk dengan pandangan lurus kearah lantai. Jimin tidak menyadari bahwa pamannya kini berada tepat di depannya. Hyeonwoo memutuskan untuk menepuk pundak Jimin pelan dan bertanya, "Jim? Kau baik-baik saja?"

"Eh paman?" Jimin sedikit tersentak dan mendongak mendapati Hyeonwoo tengah menatapnya dengan tangan yang masih berada dipundaknya.

Hyeonwoo menghela napas dan kembali mengulangi pertanyaannya, "Kau baik-baik saja?"

"Ah ya."

"Bagaimana keadaanya?"

"Aku tidak tau. Dokter masih menanganinya sekarang. Namun saat aku menemukannya setelah bangun tidur, gadis itu dalam keadaan yang cukup mengkhawatirkan." Hyeonwoo memberi anggukan kecil tanda ia mengerti dan memutuskan untuk ikut duduk disamping Jimin.

***

Kini Yoora telah dibawa keruang rawat inap. Jimin masih setia menunggu gadis itu sadar, sedangkan Hyeonwoo sudah kembali bekerja setelah Yoora dipindahkan. Jimin begitu lega saat mendengar penjelasan dokter yang mangatakan bahwa gadis itu akan segera sadar. Jimin hanya harus sabar menunggu. Merasa lapar, Jimin memutuskan untuk mengisi perutnya di kantin rumah sakit.

Mata cantik yang sudah lama tertutup itu kini terlihat tengah mengerjapkan kelopak matanya perlahan. Yoora berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk kematanya. Ia tahu bahwa ia sedang berada dirumah sakit saat ini. Bau obat dan ruangan yang didominasi dengan warna putih telah memberikannya cukup penjelasan.

Ia mencoba menggerakan kakinya namun gagal. Itu terasa nyeri dan ngilu bersamaan. Akhirnya ia hanya berbaring dan menatap kearah jendela yang masih menunjukan butiran salju yang turun. Yoora tersenyum tipis.

Jimin kembali keruangan dimana Yoora berada setelah merasa cukup kenyang. Disana, Jimin dapat melihat gadis mungil itu telah sadar dan tengah menatap kearah jendela dengan senyuman tipis yang terpatri. Jimin mendekat dan duduk di kursi yang berada di samping ranjang tempat Yoora berbaring sekarang.

"Kau sudah sadar rupanya. Bagaimana keadaanmu?" Dapat Jimin lihat wajah cantik yang beberapa saat lalu dihiasi senyum tipis, berubah menjadi wajah yang begitu dingin dan Jimin yakin gadis itu tak menyadari kehadirannya tadi.

Jimin tersenyum memaklumi. Mereka berdua adalah orang asing, tidak saling mengenal dan belum tahu sifat satu sama lain. Jimin hendak bangkit dari duduknya untuk berpindah ke sofa. Namun belum sempat ia mengangkat bokongnya, ia mendengar gadis itu berucap dengan suara seraknya. Terdengar dingin dan lirih namun Jimin tahu bahwa gadis itu berucap dengan tulus.

"Terimakasih."

Jimin mengurungkan sejenak niatnya untuk bangkit dan berujar, "Jika kau ingin berterima kasih, beritahu aku namamu. Aku Park Jimin. Kau bisa memanggilku Jimin. Jadi siapa namamu nona?"

Yoora langsung teringat pada perkataan pemuda itu semalam dan ia sedikit berdehem sebelum menjawab, "Yoora. Jung Yoora."

"Baiklah Yoora, Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa memberitahuku. Aku akan menyelesaikan beberapa tugas di sofa."

Jimin segera berpindah ke sofa dan membuka ponselnya. Menyelesaikan beberapa tugas yang harus ia selesaikan. Yoora hanya menatap datar pada Jimin yang kini tengah duduk dengan tenang. Kini banyak pertanyaan dalam benaknya. Ia dan pemuda yang memperkenalkan dirinya sebagai Park Jimin adalah dua orang asing. Tapi kenapa ia terlihat dengan senang hati menolongnya. Bahkan menampungnya di apartemen milik pemuda itu cukup lama. Lalu pagi ini ia membawanya kerumah sakit, menunggunya dengan sabar sampai ia sadar dan kembali menawarkan pertolongan. Ini semua terasa benar-benar asing untuk Yoora. Ia tidak terbiasa dengan semua perlakuan pemuda itu padanya.

Yoora kembali tenggelam dalam pikirannya. Sekelebat ingatan tentang hari dimana ia berjalan tertatih dengan darah yang keluar dari pahanya yang terluka. Ia juga mengingat kejadian sebelum ia mendapat luka tersebut di pahanya. Kejadian yang membuatnya semakin membenci semesta dan juga dirinya sendiri. Juga ingatan tentang pemuda yang berlari kearahnya di hari ia ingin mengakhiri hidupnya.

Hai? How about your day bestie?
Hope you have a good day!!
Aku update untuk menemani malam kalian❤️
Enjoy reading ❤️🌹

EphemeralWhere stories live. Discover now