1. That Day

15 5 0
                                    

Ada begitu banyak tanya yang terlintas dalam benaknya tentang bagaimana semesta memperlakukan manusia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada begitu banyak tanya yang terlintas dalam benaknya tentang bagaimana semesta memperlakukan manusia. Namun satu yang membuatnya begitu penasaran, akankah ia kekal dengan lukanya atau akankah ia mati dengan cintanya. Disatu sisi, ia memegang kendali penuh akan luka yang selalu bersarang dalam dirinya. Dan disisi lain ia hanya bisa melihat cinta yang enggan berdampingan dengannya.

Sejak Yoora menginjak masa remajanya, ia merasakan begitu banyak rasa baru sampai ia lupa bahwa ia tidak boleh melewati garis batas yang telah ditetapkan semesta. Ia mencecap rasa yang tak seharusnya ia cecap. Dan saat itulah ia menyadari akan ada konsekuensi disetiap rasa yang dihadirkan semesta.

Ditengah butiran salju yang turun dengan begitu indah, Yoora Berjalan dengan langkah tertatih menahan nyeri dikakinya, ia tidak menyadari bahwa kini darah segar telah menghiasi jalan berlapis salju yang ia lewati. Ia terus berjalan hingga rasa nyeri yang begitu menyakitkan tak lagi bisa ia tahan. Ia terjatuh dan ia cukup terkejut melihat kearah jalan yang sempat ia lewati kini berhias darah yang berasal dari kakinya. Meringis berusaha menahan darah yang berusaha terus keluar, pada akhirnya ia runtuh kehilangan kesadarannya. Namun sebelum ia benar-benar jatuh kedalam alam bawah sadarnya, ia sempat melihat ada laki-laki yang berlari kearahnya. Ia hanya berharap dunianya berakhir hari ini. Ia berharap tuhan mengabulkan permintaanya.

Dilain sisi, Park Jimin baru saja akan kembali ke apartemennya setelah membeli perlengkapan bulanannya yang telah habis. Perjalanan begitu menyenangkan, ia bahkan bersenandung ria mengikuti musik yang ia dengar melalui earphone dikedua telinganya. Sampai pada ia melihat seorang gadis mungil berjalan tertatih dan beberapa saat kemudian terjatuh. Jimin terkejut, segera ia berlari kearah gadis itu untuk menolongnya. Namun keterkejutannya tidak sampai disitu, kini dihadapannya wanita yang ia lihat tadi tengah tak sadarkan diri dengan darah yang terus saja keluar merembes diantara salju putih dan itu terlihat begitu kontras.

Dengan kepanikan yang begitu nyata, akhirnya Jimin merobek celana bahan yang ia pakai. Ia harus menghentikan pendarahan terlebih dahulu. Tak ada cukup waktu untuk membawanya kerumah sakit. Jaraknya kini dengan rumah sakit sangatlah jauh. Jimin akhirnya memutuskan untuk membawa gadis mungil itu ke apartemen milikinya. Beruntung ia adalah mahasiswa jurusan kedokteran tingkat akhir, setidaknya ia memiliki cukup perlengkapan untuk sedikit membantu menghentikan pendarahannya.

Setelah sampai di apartemennya, Jimin buru-buru menidurkan gadis mungil yang ia bawa diatas tempat tidur miliknya. Ia mencoba menggunting celana jeans yang gadis itu kenakan. Saat ia berhasil mengguntingnya, ia begitu terkejut melihat luka sayatan yang menganga disekitar paha. Tanpa menunggu lama Jimin buru-buru mengambil peralatan kedokteran yang ia miliki dan mengobati lukanya dengan begitu telaten. Sesekali ia meringis merasa ngeri dengan luka yang ternyata cukup dalam itu.

Membutuhkan waktu sekitar 2 jam sampai ia selesai mengobati sekaligus menjahit lukanya, ia bangun dan meregangkan otot-otonya yang terasa keram. Lalu tanpa sengaja ia menatap kearah gadis mungil yang kini tengah terlelap dengan wajah tenangnya, bahkan jika dilihat lebih dekat gadis mungil itu tersenyum begitu tipis dan manis. Tentu saja Jimin tertegun dan tanpa sadar ia berkata, "Bahkan kau tersenyum begitu manis saat kesadaranmu telah direnggut nona. Kau kehilangan darah begitu banyak namun kau masih terlihat cantik dengan wajah pucatmu." Ia menghela nafas sejenak dan memilih meninggalkan gadis itu beristirahat setelah ia menarik selimut sebatas dagu agar setidaknya gadis itu tetap merasa hangat.

EphemeralWhere stories live. Discover now