Implementasi Peraturan

204 30 1
                                    

"Jadi?"

"Jadi apaan?" Kata Dika

"Kelas kita dimana?" Dengan kasar, Juan mengusap wajahnya.

Ternyata, sekolah ini tidak seburuk yang diceritakan oleh Dika, hanya beberapa minus dan keganjilan?

Entahlah, bahkan cerita belum sampai diujung perkenalan, Juan tak mau begitu cepat memutuskan.

Memutuskan? Jujur saja, dia tak peduli dengan cerita kebengisan kasta S, tapi kata 'kasta' yang membuat dia khawatir dan sempat memikirkan untuk kabur dan kembali kesekolah lamanya dengan Yandrian disana.

Kini? Buang jauh jauh pemikiran itu? Tidak juga, siap siap saja.

Dangg dangg, suara ketukan dari dalam loker siswa, baik Juan ataupun Dika sudah pasti mendengarnya.

"Eh?" Katanya cukup kencang hingga terdengar oleh kepura puraan Dika.

"Kenapa?" Tanyanya kepada Juan yang menatap loker tersebut.

"Hahalo? Bibisa bukain pipipintunya? Toloong" terdengar suara tangis dan suara nyaringnya yang gemetar didalam sana.

"Ha-halo? ada orang?" Jelas jelas tadi ngejawab?! Masih ditanya? Sekali lagi, Dika menggeleng kepala seolah hal ini biasa, dan satu satunya yang membuat dia tersenyum bukan karena aksi ini, namun kepolosan yang mepet dengan kebodohan Juan yang baru saja ia dengar.

"Udah hayu, kalo lo masih mau ikut ujian pake tangan, jangan ganggu loker loker bersuara itu" Dika menarik tangannya, tapi Juan adalah anak yang keras kepala.

"Cih! Bodo amat, lagian kasian!" Juan menepisnya dan kembali mengusik loker tersebut, toh diliatnya ada tergantung kunci disana.

Jglek! Jeglek!

Bahkan dikunci 2 kali! Pintu loker terbuka memperlihatkan seseorang yang sudah Tremor parah, terkapar lemas tak berdaya.

"Ohh boy, dia membuka gerbang masalah" kata Dika lirih.

"Ma-ma-makas-sih" terbata bata katanya membuat kacamatanya bergetar.

Kelas C? Entahlah siapa yang tahu? Siapa saja bisa saling membully disini. Yang jelas benar kata Dika, Juan sudah membuka gerbang sebuah amarah sang Eksekutor.

"Udah? Ayo cepetan, sebelum banyak yang liat" kini, Dika tak ingin terlihat ada disana, hanya sekedar membantu Juan agar terhindar dari apa yang seharusnya tak dia dapat jika bukan karena sifat polosnya.

Deg! Trap!

Ya, mereka terjebak dalam kerumunan, apa yang menimbulkan kerumunan tepat berada didepan kelas mereka.

Seorang laki laki jangkung, menatap rendah kepada seseorang yang menunduk dalam hingga dagunya tenggelam kedadanya.

Melihat hal itu, perasaan Juan begitu tergelitik. Memang terlihat siapa yang lebih dominan disini, seseorang yang tinggi mungkin hampir 186cm memancarkan aura hitam dibalik punggungnya, mengintimidasi pria yang lebih kecil dihadapannya

"Sorry" lagi lagi kata kata klise yang tak menyelesaikan apapun.

"Lo pikir, dengan Lo bilang begitu, sepatu gue jadi balik bersih?" Pria itu menatap sepatu hitamnya yang kini menjadi lusuh terguyur susu putih.

Genggaman Juan pada Dika mengeras, membuat Dika melihat kearah Juan yang terlihat kaku menatap kejadian itu.

"Itulah salah satu golongan S, sang Eksekutor" bisiknya kepada Juan sekaligus memberinya contoh apa yang terjadi kalau kalau dia ingin mencoba berurusan dengannya.

WHITE ROSEWhere stories live. Discover now