BAB 6: Tatapan Gemintang

261 80 0
                                    


Gemintang meraut pensilnya dengan kesal. Dia menekuk wajahnya dengan kedua alis saling bertaut. Siang tadi, dia ke kantin dan melihat pemandangan yang tak biasa. Gemintang seperti mengalami hal serupa dengan posisi tertukar. Dia melihat Afzal duduk dengan seorang perempuan. Ini pertama kalinya Gemintang melihat perempuan itu. Sepertinya, perempuan itu seniornya.

"Kalian kenal?" tanya Gemintang pada Resa dan Awan. Kedua teman sekelasnya itu menggeleng. Sejak tadi, baik Resa maupun Awan juga memperhatikan Afzal yang duduk di tengah kantin bersama perempuan asing. "Bukan murid baru, 'kan?"

"Sepertinya bukan, tetapi sepertinya iya," sahut Resa. Perempuan berkacamata dengan rambut ikal alami yang dibiarkannya tergerai itu melihat ke arah Afzal. Seperti Gemintang, Resa juga ingin tahu mengenai perempuan yang sedang duduk bersama Afzal. "Kamu ingin kita cari informasi?" Resa kembali bersuara. Dia melirik ke arah Awan. "Bisa tanya ke Danaya?"

Danaya adalah kekasih Awan. Dia sekelas dengan Afzal. Ditanya seperti itu, Awan mengangkat kedua alisnya. "Mudah," jawabnya. "Tapi, Gemintang mau, enggak?" dia melihat ke arah Gemintang. Perempuan itu belum melepas pandangannya ke arah Afzal dan perempuan itu.

Ucapan Afzal ternyata bukan bualan belaka. Lelaki itu benar-benar sudah memiliki orang lain, atau sedang mendekati seorang perempuan. Seperti yang dibilang Afzal di rumah sakit, Gemintang akan mengetahuinya sendiri. Dia akan tahu, Afzal berkencan dengan siapa.

Gemintang mendesah. "Enggak perlu. Aku akan tanyakan sendiri." Lalu, dia keluar dari kantin.

Dia mengenal Afzal dari Angkasa, kakaknya. Keduanya berteman baik sejak SMP. Lalu, Gemintang jatuh cinta pada Afzal. Keduanya berkencan selama setahun. Gemintang terlalu mencintai Afzal, hingga tanpa sadar terlalu ikut campur dengan kehidupan Afzal. Singkat cerita, Gemintang posesif, Afzal risih, mereka berpisah.

Beruntung, Afzal dan Angkasa masih berteman baik. Sehingga, Gemintang masih berhubungan dengan Afzal, masih dekat dengannya. Meskipun, Afzal hanya menganggapnya tak lebih dari seorang adik dari temannya.

Dengan kesal, Gemintang meraut pensilnya lebih dalam. Tanpa terasa, ujung pensil itu patah, lalu jemarinya tergores silet. Darah sedikit keluar dari ujung jarinya, Gemintang merasakan perih pada anggota tubuhnya itu.

"Gem, kamu kenapa?" Resa mendekat. Kedua alisnya bertaut, kecemasan terlihat di wajahnya. "Astaga!" Dia gemas melihat kelakuan Gemintang. Ujung jemarinya berdarah, kemudian melihat pensil perempuan itu patah. Resa buru-buru mengambil tisu dari tasnya, lalu mengelap darah pada jari telunjuk Gemintang. Darah itu berpindah tempat, mengotori tisu putih di tangan Resa.

"Aku akan ke UKS," putus Gemintang. Dia berjalan dengan langkah cepat, membuat Resa terbengong begitu Gemintang telah menghilang di balik tembok. Resa tahu, pikiran Gemintang sedang tak baik. Pasti ada hubungannya dengan pemandangan di kantin siang tadi.

Di UKS, Gemintang mengambil obat merah, meneteskannya ke ujung jarinya. Lalu, dia merekatkan plester ke luka itu. Setelah melakukan itu, Gemintang mengembalikan obat merah ke tempatnya. Dia duduk di atas ranjang UKS dan menunggu.

Gemintang mengeluarkan ponselnya dari saku roknya, mengetik pesan kepada Afzal.

Aku sakit. Aku di UKS.

Dulu, ketika mereka masih bersama, dengan cepat Afzal akan datang ke UKS. Menemani Gemintang yang memang sering sekali pingsan tanpa sebab. Dulu, Afzal akan menuruti keinginan Gemintang, apa pun itu ketika dia sakit. Kebiasaan itu, belum mampu dihilangkan oleh Gemintang. Maka, setiap kali dia sakit, Gemintang akan meminta Afzal datang.

Gemintang menunggu. Pesan itu tak kunjung dibalas oleh Afzal, padahal lelaki itu sudah membaca pesannya. Dia kembali mengirim pesan.

Afzal, aku sakit.

Going On A Fake DateWhere stories live. Discover now