Chapter Eight : The God are Born

Start from the beginning
                                    

"Jeno."

"ya, apa ada yang sakit?" Jaemin menggeleng.

"dimana anak kita?" Tanya Jaemin lemah.

"sedang di bersihkan oleh perawat." Jaemin mengangguk, tak lama seorang perawat memberikan bayi berselimut biru muda pada Jeno.

" ini bayi yang lahir pertama." ucap sang perawat, Jeno menggendong bayinya untuk pertama kali, memandang wajahnya yang sangat imut dan lucu.

"hai sayang, selamat datang di dunia." Penerus takhta kekaisaran selanjutnya telah lahir, tidak perlu ada keraguan lagi setelah ini.

"kita beri nama siapa?" tanya Jeno pada Jaemin.

"Jisung?" Jeno mengangguk.

"Jung Jisung, sangat bagus artinya ambisi yang membaja dia akan menjadi seorang yang pantang menyerah terhadap segala sesuatunya." Jaemin tersenyum.

"lalu dimana anak kedua kita?" Senyum Jeno berubah seketika.

"anak kedua kita kodisinya sangat lemah, ia masih dalam pengawasan dokter. Dokter berkata anak kedua kita mengalami beberapa masalah dalam kelahirannya." Jaemin merasa sedih sekarang.

"kau baru saja melahirkan jangan terlalu terfikirkan yakinlah bahwa dia akan baik-baik saja." Jaemin mengangguk.

"boleh aku menggendong Jisung?"

"tentu." Jeno menyerahkan gendongan Jisung pada Jaemin. "aku akan keluar sebentar untuk memberi kabar pada mereka terkait kondisimu dan anak kita." ucap Jeno.

"iya."

Jeno keluar dari kamar dan menghampiri keluarganya yang masih menunggu di luar, Jeno menghembuskan nafasnya.

"bagaimana keadaan Jaemin?" tanya Taeyong.

"dia baik-baik saja sekarang sedang beristirahat, aku juga sudah memberi nama untuk anakku, namanya Jung Jisung. Tapi aku belum mau memberi anak keduaku nama, karena kondisinya saat ini aku belum bisa memberinya nama."

"kau harus segera memberinya nama Jeno, entah ia akan bertahan atau tidak." Jeno menghembuskan bafasanya kecil.

"entahlah papa, aku masih takut untuk kehilangan lagi." Masih ada rasa trauma di diri Jeno akan kehilangan anggota keluarag, bahkan Jeno belum menjenguk anak keduanya yang ada di inkubator.

"papa tau yang kau rasakan, seorang kaisar bisa menangis dan bisa merasa sedih itu hal yang wajar, kaisar adalah manusia juga. Tapi kau harus tau bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan entah itu kapan." ucap Taeyong, Jeno memeluk Taeyong erat.

"aku tak tau harus bagaimana papa." Ucap Jeno.

"kau harus tabah dan sabar, jangan lupa untuk berdoa semoga tuhan memberikan kesempatan hidup untuk anak kedua kalian." Taeyong mengusap punggung Jeno.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Acttledon : Butterfly Effect [ Nomin ] || ✅Where stories live. Discover now