Chapter 63

65 4 0
                                    

"Boleh nggak kalau gue minta Kak Rei ngomong sekali lagi dan kali ini, gue merekam semua ucapan Kak Rei?"

Jawaban atas pertanyaan itu diberikan langsung oleh Reivan. Cowok itu menatap sinis Ben dan menusukkan pisau ke atas meja, di mana Ben langsung mengangkat kedua tangannya dari atas meja dan meringis aneh ke arah Reivan.

Dasar sinting, batinnya bete.

"Kak Rei harus maklum, dong." Ben bersedekap setelah memotong steak di atas meja dan dimasukkan ke dalam mulut untuk dinikmati. "Ini pertama kalinya Kak Rei datangin gue dan minta tolong segala. Sebelum ini, kita kan sempat jadi rival untuk dapatin hati Putri."

"Ralat," komentar Reivan jengkel. Cowok itu meletakkan pisau steaknya ke atas piring. "Lo mencoba merebut Putri dari gue, merebut istri orang lain, bukan ngajakin jadi rival dan bersaing secara sehat, dik Ben."

Ben mendengus. "Iya, deh. Gue emang salah. Kenapa harus minta tolong ke gue, Kak? Kan lo banyak saudara sepupu yang bisa lo minta tolongin."

Mendengar itu, Reivan diam sejenak. Cowok itu nampak berpikir dan menggeleng. Lalu, Reivan memajukan tubuhnya sedikit agar ucapannya ini tidak didengar oleh pengunjung lain.

"Bang Leon lagi dalam misi kabur ke planet lain karena lagi ada masalah, Zefran lagi nyiapin rencana khusus sama pacarnya buat ngelawan kakak kembarnya."

"Hah? Maksudnya kakak kembarnya si Zefran-Zefran ini nggak menyetujui hubungan dia sama ceweknya? Kayak di sinetron-sinetron gitu?"

Reivan tidak memedulikan Ben dan terus berbicara. "Bang Sei udah punya cewek, yaitu Violine. Sama seperti lo dan Putri, Violine masih SMA dan Bang Sei itu seumuran gue. Dia kembaran Elaine. Lo udah pernah ketemu Elaine, kan?"

Meski kesal karena pertanyaannya tidak dijawab oleh Reivan, Ben tetap mengangguk.

"Bang Jupiter pun sama seperti Bang Sei, sibuk mengurus pacarnya yang masih SMA. Oscar lagi pedekate sama adik kelasnya dan berusaha menjauhkan cewek itu dari bahaya cowok lain. Bang Raeshard lagi galau nungguin kapan tetangga cantiknya yang berumur dua belas tahun itu bisa cepat menjelma jadi tujuh belas tahun supaya bisa segera dipacarin dan dihalalin. See? Nggak ada yang bisa gue mintain tolong kecuali elo, dik Ben. Ini juga gue terpaksa. Lagian, lo pun udah kenal sama Chrysalis, kan?"

Ben menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Pernah ketemu dan emang sempat kenalan di rumah Kak Rei waktu itu, sih. Tapi, masa gue harus ikut campur?"

"Gue nggak minta lo untuk ikut campur, Ben," jawab Reivan serius. "Gue hanya minta lo untuk mengawasi di sekitar situ. Setelah gue dan Chrysalis selesai berbicara, gue minta lo datangin dia. Lo karang aja cerita. Bilang ke dia kalau lo lagi jalan di daerah itu dan nggak sengaja ngeliat dia, makanya lo samperin. Natural gitu."

Sungguh tidak Ben sangka bahwa Reivan akan mendapat masalah seperti ini. Kalau dipikir lagi, mungkin sebenarnya keluarga kecil Reivan ini sedang terkena kutukan. Dia ingat Putri memiliki masa lalu gelap dan kelam yang ada hubungannya dengan Reyhan Gustava, dan sekarang Reivan memiliki masalah dengan Chrysalis. Keduanya sama-sama mempunyai masalah dengan anggota keluarga sendiri.

"Lo tolak aja bisa, kan?"

Reivan berdiri dari kursinya dan berjalan mendahului Ben yang buru-buru mengikuti jejaknya setelah menghabiskan es lemonnya. Keduanya menyebrang jalan untuk kembali ke rumah sakit. Reivan memang sengaja menelepon Ben dan meminta bertemu di restoran depan rumah sakit sedangkan Putri sedang makan malam bersama dengan Reyhan di kamar inap cewek itu.

Abimanyu's Series: THE SWEET DEVIL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang