Chapter 19

119 7 0
                                    

Hari ini, Lexna tidak sedang bersama dengan Redhiza.

Cowok itu harus mengurus beberapa pekerjaan di perusahaan sang ayah. Setelah drama keluarga yang dipenuhi dengan amarah, tangis bahkan pertumpahan darah, Redhiza akhirnya setuju untuk mengambil alih perusahaan Reyhan Abimanyu. Hanya saja, untuk saat ini dia hanya ditugaskan mempelajari seluk-beluk perusahaan keluarga Abimanyu. Redhiza baru akan benar-benar turun tangan di dalam perusahaan ayahnya ketika dia lulus kuliah nanti.

Hampir tiga minggu beristirahat di rumah, Lexna akhirnya kembali beraktivitas. Dia kembali ke kampus, menyelesaikan semua tugas kuliah yang sempat terbengkalai bahkan mulai menyusun skripsinya. Cewek itu dikawal ketat oleh Sofia dan Erzan, jika Redhiza tidak sempat menemani. Sama seperti hari ini, ketika Redhiza tidak hadir di kampus dan sedang berada di perusahaan ayahnya.

"Sofia harus pulang lebih awal. Erzan? Gue berhasil mengelabui cowok rese itu dan akhirnya bebas dari kawalannya. Si Redhiza itu emang benar-benar, deh! Gue ini kan bukan narapidana yang kudu dijaga terus-terusan!"

Sambil memeluk diktat kuliahnya, Lexna menunggu taksi di depan gerbang kampus. Cewek itu kemudian memasang sikap waspada kala sebuah sedan mewah berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Dia mengerutkan kening dan memicingkan mata. Ketika kaca jendela mobil sedan itu terbuka, Lexna langsung menelan ludah. Meski hanya pernah melihat dan bertemu satu kali, tapi Lexna tidak bisa melupakan raut wajah tegas pria tersebut.

Reyhan Abimanyu, ayah dari pacarnya.

"Prudence Lexnarita?" panggil Reyhan Abimanyu memastikan. Pria itu tersenyum ramah. "Benar, kan?"

Lexna mengangguk ragu dan tersenyum tipis. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana di hadapan Reyhan Abimanyu dan Redhiza pun tidak pernah memberitahunya apa yang harus dia lakukan jika suatu saat nanti akan bertemu dengan sang ayah.

"Tidak usah takut dan canggung begitu, Nak. Saya tidak akan berbuat yang aneh-aneh." Reyhan Abimanyu tertawa geli ketika Lexna mengerjap dan langsung menggoyangkan kedua tangannya dengan wajah merah.

"Ah, bukan begitu maksud saya, Om." Lexna menarik napas panjang. "Cuma, ini pertemuan pertama saya dengan Om. Waktu itu di rumah Om, suasana lagi nggak bagus, lagi panas-panasnya. Jadi, saya bingung harus bersikap seperti apa."

Reyhan Abimanyu mengangguk mengerti. Pria itu keluar dari mobil dan Lexna semakin mengerjap di tempatnya berdiri.

"Kenapa? Kamu seperti kaget melihat saya." Reyhan Abimanyu mengulum senyumnya.

"Ah? Ah, itu... mm, saya cuma nggak menyangka kalau Om bisa, eh, pakai pakaian biasa seperti itu."

"Lexna, kamu tidak berpikir kalau saya akan terus memakai kemeja dan jas, meskipun ada di rumah, kan?"

Lexna tertawa geli dan menunduk. Sejujurnya, gue mikir kayak gitu.

"Gimana kalau kita mengobrol di kafe sebelah sana?" tunjuk Reyhan Abimanyu ke arah kafe yang dekat dengan kampus Lexna dan Redhiza.

Mengikuti arah yang ditunjuk Reyhan Abimanyu, Lexna nampak berpikir. Dia sebenarnya tidak mempermasalahkan hal tersebut, tapi...

"Apa nggak apa-apa, Om?"

"Maksudnya?"

"Mm, Om kan orang terkenal. Pengusaha sukses kaya-raya. Selain takut makanan di sana nggak akan cocok dengan perut Om, saya takut akan ada orang-orang yang mengenali Om karena Om cukup sering muncul di televisi. Nanti Om akan jadi bahan pembicaraan mereka, bahkan mungkin mereka akan memotret Om secara diam-diam."

Abimanyu's Series: THE SWEET DEVIL Where stories live. Discover now