Chapter 55

36 3 0
                                    

Reyhan nyaris mengeluarkan umpatan paling kasar yang diketahuinya selama dia hidup, ketika meja makan di hadapannya digebrak dengan sangat keras.

Cowok itu menoleh dan mendongak. Matanya dan mata Reivan bertemu. Mata merah Reivan yang memancarkan kecemasan juga kebencian. Kemudian, cowok yang sudah menjadi suami dari keponakannya itu mencengkram kuat pakaiannya, memaksanya untuk berdiri. Reyhan merasa sedikit tercekik, tapi cowok itu mencoba bertahan.

Kalau dilihat dari emosi Reivan, pasti para penjaga rumah ini pun sudah dibuat tunduk olehnya.

"Something's wrong?" tanya Reyhan mencoba tenang. Menghadapi orang yang sedang emosi memang membuthkan ketenangan dan kepala dingin. "Ada apa?"

"Jangan basa-basi!" bentak Reivan. "Lo sembunyiin di mana istri gue?!"

"Putri?"

"Di mana dia?!" Reivan semakin memperkuat cengkramannya pada pakaian Reyhan, hingga cowok itu sedikit terbatuk.

"Gue sama sekali nggak paham maksud lo, Rei," kata Reyhan. "Putri nggak ada di sini."

"Jangan bohong!"

"Reivan!"

Seruan itu membuat Reivan dan Reyhan menoleh. Sigap, Elaine menaruh nampan di tangannya ke atas meja makan dan segera mendorong tubuh sahabat merangkap sepupunya itu dari Reyhan. Detik itu juga, Reyhan terbatuk dan mencoba menghirup oksigen sebanyak yang dia mau. Elaine menatap Reyhan sejenak, memastikan cowok itu baik-baik saja, kemudian matanya beralih kepada Reivan yang masih saja memberikan tatapan membunuhnya untuk Reyhan.

"Lo udah gila?" tanya Elaine dengan nada tajam.

"Tapi, dia—"

"Apa lo udah kehilangan kewarasan lo?!" Elaine memotong ucapan Reivan dengan nada keras. Nada keras yang jarang dia perdengarkan pada orang lain. Cewek itu menunjuk Reivan. Matanya menajam. Reyhan saja sampai takjub melihat sikap Elaine yang seperti ini, karena cewek itu biasanya terlihat riang dan lembut pada semua orang. "Tempo hari lo hajar Reyhan sampai babak belur, dan sekarang lo mau mencekik dia?"

"Laine, tapi dia—"

"Diam!" Elaine mendekati Reivan hingga jarak tertutup di antara keduanya. Jari telunjuk Elaine mengarah langsung ke kedua mata Reivan, sementara cowok itu mati-matian menahan emosi agar tidak kelepasan membentak Elaine atau menyakiti cewek itu. Reivan juga mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh hingga buku tangannya memutih. "Lo harusnya bisa berpikir lebih jernih lagi, Abimanyu."

"Kalau lo nggak tau apa-apa, lebih baik lo diam aja, Radityan."

Reyhan meringis aneh dan mengusap tengkuknya. Sebenarnya perdebatan di antara sepasang sahabat merangkap sepupu di hadapannya ini sangat menarik. Apalagi, kini Elaine dan Reivan justru menyebut nama keluarga masing-masing dan bukannya nama kecil mereka, seperti yang biasa mereka lakukan selama ini.

"Apa Putri menghilang?" tanya Reyhan, menyela perdebatan di antara Elaine dan Reivan.

Elaine mengerutkan kening ketika menoleh untuk menatap Reyhan. Cowok itu hanya mengedikan bahu dan tersenyum tipis. Kemudian, ketika Elaine kembali menatap Reivan, cewek itu sadar bahwa pertanyaan Reyhan tadi tepat sasaran.

"Lo adalah orang pertama yang harus gue curigai ketika Putri menghilang seperti ini, Reyhan Gustava," kata Reivan dengan nada dingin. "Karena lo sangat berpotensi untuk menyakiti istri gue."

Abimanyu's Series: THE SWEET DEVIL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang