4. Dendam Pak Bos

16.4K 2.1K 95
                                    

Cahaya matahari belum sepenuhnya muncul tapi Nindy sudah bersiap untuk memulai hari. Sedari tadi dia tidak berhenti untuk tersenyum. Hatinya terasa campur aduk sekarang, antara senang dan takut. Senang karena akhirnya mendapat pekerjaan dan takut karena ini adalah hari pertamanya. Nindy memang belum tahu pekerjaan apa yang akan Kakek berikan tapi dia yakin apapun itu pasti tidak akan mengecewakannya.

Nindy mengusap rambut basahnya dengan handuk sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin . Dia melirik ke arah ponselnya yang bergetar. Seperti biasa, ada ayahnya yang mengirimkan pesan setiap pagi. Kali ini Nindy tidak lagi sedih, melainkan dia langsung membalasnya dengan semangat.

"Iya, Pak. Ini udah bangun lagi siap-siap."

Lega. Perasaan Nindy sedikit tenang karena dia tidak lagi berbohong kali ini.

Nindy mendekat ke arah meja riasnya dan meraih kalender kecil di sana. Ada tanggal yang sudah ia lingkari dengan spidol merah, tanggal di mana dia harus membayar kost.

Nindy menarik napas dalam, "Nggak papa. Gue udah dapet kerja. Habis ini nggak bakal pusing lagi bayar kost."

Tak ingin membuat waktu, Nindy mulai bersiap. Dia sudah menyiapkan pakaian terbaiknya dari semalam. Beruntung dia memiliki banyak pakaian formal semasa kuliah sehingga tidak sulit untuk menyesuaikan diri saat bekerja di kantor.

Setelah Kakek memberikan alamat kantor padanya semalam, Nindy langsung mencari tahu tentang kantor tersebut. Meskipun masuk dengan jalur yang mudah, tapi dia juga harus tahu akan seluk beluk kantor tersebut. Lucunya lagi, Nindy pernah mengirimkan lamaran pekerjaan ke kantor itu tapi hingga saat ini belum ada informasi lanjut. Artinya dia tidak lolos bukan?

***

Mungkin terlalu pagi bagi Nindy untuk datang tapi tidak masalah. Dia sangat bersemangat untuk hari pertamanya. Tepat jam enam pagi dia sudah sampai di depan kantor. Nindy menelan ludahnya sambil menatap bangunan megah dan unik di depannya. Tentu saja unik, Adhitama Design adalah salah satu perusahaan arsitektur ternama. Namanya sudah terkenal se-Asia Tenggara bahkan hingga tingkat Asia.

Setelah cukup menikmati kemegahan dan keunikan dari gedung perusahaan di depannya, akhirnya Nindy memutuskan untuk masuk. Beruntung dia mendapat arahan dari beberapa orang. Sedikit memberikan kesan positif pertama di matanya tentang perusahaan ini.

Menunggu di lobi adalah pilihan Nindy. Dia sudah mengirimkan pesan pada Kakek dan berniat menunggunya. Selama beberapa menit menunggu, Nindy sudah melihat banyak karyawan yang datang. Penampilan mereka semua membuatnya takjub. Tak lama lagi, Nindy akan bisa berbaur dengan mereka. Dia tidak sabar untuk itu!

"Gendis Anindya Maharani, itu nama kamu?" tanya seorang pria yang tiba-tiba datang menghampiri Nindy.

Nindy segera berdiri dan mengangguk, "Iya, betul, Pak. Saya Nindy." Di tangannya terdapat map yang berisi berkas-berkas yang akan diperlukan.

Pria itu tersenyum dan mengangguk, "Kalau gitu kamu ikut saya. Pak Anwar udah nunggu di atas."

"Pak Anwar?" tanya Nindy sedikit bingung.

Pria itu kembali tersenyum, "Kakek Anwar."

Nindy mengangguk paham dan segera bergegas mengikuti pria itu. Dia tidak tahu jika Kakek sudah datang.

Nindy masuk ke dalam lift dengan mulut yang terbuka. Bahkan lift saja dibuat seunik mungkin. Tangannya terulur untuk mengelus lift itu dan bergumam, "Bismillah, jodoh kerja di sini."

"Maaf, Pak. Kalau boleh saya tau nama Bapak siapa?" tanya Nindy dengan sopan.

"Nama saya Tomi, tapi jangan panggil saya Bapak. Saya bukan atasan kamu." Tomi tersenyum.

Okay, Boss! (SELESAI)Место, где живут истории. Откройте их для себя