✍ EPILOG ✍

Mulai dari awal
                                    

"Hiksss.... Abang kangen banget sama Aksa hikkksss.... Kenapa Aksa tega tinggalin Abang sama Abang kembar? Aksa marah ya sama Abang karena terlalu lama selametin Aksan?"

Aksa melepas pelukan itu. Lalu tanganya mengusap liquid bening yang membasahi pipi Aiden.

"Aksa nggak marah sama Abang. Ini memang sudah takdir Aksa,"

"Tapi kamu pergi secara tiba-tiba dan nggak pamit sama Abang. Abang nggak bisa hidup tanpa Aksa."

"Abang pasti bisa. Abang harus ikhlasin kepergian Aksa walau itu sulit. Memang raga Aksa sudah tidak bisa Abang lihat dan Abang peluk lagi, tapi Aksa masih disini, di hati Abang." Tangan munggil Aksa menepuk pelan dada bidang Aiden.

"Aksa selalu ada disini. Aksa nggak pergi ke mana-mana."

"Sekarang Aksa harus pergi. Abang harus ikhlasin kepergian Aksa. Aksa janji bakal sering-sering mampir ke mimpi Abang. Jadi Abang nggak boleh sedih lagi ya. Aksa sedih kalau lihat Abang seperti ini."

"Aksa pergi ya Bang. Dadah!"

Aksa berdiri lalu melambaikan tangannya. Perlahan-lahan tubuhnya memudar dan berakhir menghilang.

Aiden meraung-raung kala Aksa tak lagi bisa ia lihat.

"Aksa, jangan tinggalin Abang hiksss......"

»»»○○○○○♤♤♤○○○○○«««

Anak kedua Abhivandya itu duduk di samping ranjang. Menelungsupkan kepalanya pada lipatan tangan. Menahan isakannya agar tidak keluar.

Baru satu hari tanpa kehadiran Aksa membuat semuanya berubah total. Kini tak ada lagi wajah adiknya yang Reno liat tiap pagi. Semua itu kini hanya tinggal kenangan yang akan selalu membekas di ingatannya.

Reno mengangkat kepalanya kala merasakan seseorang memeluk tubuhnya. Awalnya Reno kira itu Rano tapi ternyata salah. Reno malah melihat Aksa yang kini memeluknya sambil tersenyum manis.

"Aksa!?"

Aksa mengangguk pelan. Lalu ikut duduk di depan Reno.

Reno melihat semua gerak-gerik yang Aksa lalukan. Reno masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Bukannya kemarin ia barusaja melihat Aksa di makamkan? Lalu ini siapa? Siapa yang ia lihat sekarang ini, kenapa dia mirip sekali dengan Aksa.

"Ini Aksa, Abang." Ujar Aksa yang membuat tangis Reno pecah seketika.

Tangan munggil Aksa lalu menggenggam erat kedua tangan Reno. Maniknya menatap wajah sembab Abang kembarnya.

"Abang, ikhlasin kepergian Aksa ya? Aksa udah bahagia di sana. Aksa udah ketemu sama Papa Mama. Aksa seneng Abang. Jadi Abang juga harus bisa ikhlasin kepergian Aksa ya. Aksa yakin Abang bisa melakukannya."

Reno menggeleng ribut. Mana mungkin dia bisa mengikhlaskan kepergian Aksa secepat itu.

"Abang nggak bisa Aksa. Abang nggak bisa hidup tanpa kehadiran Aksa. Abang butuh Aksa untuk selalu ada disamping Abang."

"Abang, walau raga Aksa sudah tidak ada bukan berarti Aksa benar-benar pergi. Aksa masih disini. Di hati Abang. Aksa akan selalu ada di hati Abang dan nggak akan pergi kemana -mana. "

"Abang, Aksa pamit pergi ya. Waktu Aksa sudah tidak banyak lagi. Aksa juga harus ketemu sama Bang Rano juga jadi Aksa pamit ya, Bang."

Reno menggeleng ribut. Ia tak rela Aksa pergi dari pandangannya. Tapi yang ia lihat malah tubuh Aksa yang perlahan-lahan memudar lalu hilang begitu saja.

"AKSA, JANGAN PERGI, DEK!!!"

»»»○○○○○♤♤♤○○○○○«««

Aksa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang