✍ EPILOG ✍

3.8K 254 5
                                    

Happy Reading!!!

Satu hari setelah kepergiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hari setelah kepergiannya.....

Di dalam kamarnya yang gelap gulita karena si pemilik kamar memang sengaja tidak menghidupkan lampu kamarnya, Aiden menangis tersedu-sedu. Dipelukknya dengan sangat erat potret manis Aksa yang tengah tersenyum manis. Foto itu diambil sebelum kecelakaan maut yang membuat Papa Mama tewas dan kondisi Aksa yang menjadi lumpuh total.

"Kenapa kamu pergi secepet ini, Dek. Abang nggak bisa hidup tanpa kehadiran Aksa. Kenapa adek tega tinggalin Abang hiksss...."

Hanya di kamar ini Aiden bisa menangis sepuas yang ia mau. Karena kemarin-kemarin ia harus menahan tangisannya agar tak terlihat lemah oleh kedua adik kembarnya. Aiden anak sulung dan dia harus bisa menjadi penguat bagi Reno dan Rano.

"Andai Abang bisa lebih cepat nemuin kamu, kamu pasti nggak bakal ninggalin Abang 'kan, Sa? Kamu marah ya sama Abang karena Abang lama selamatin kamu?"

"Abang!"

Aiden yang tengah menunduk langsung mengangkat kepalanya kala mendengar suara familiar yang sudah lama tak Aiden dengar.

Air matanya semakin deras mengalir. Aiden menatap tak percaya sosok yang kini berdiri di depannya. Aiden mengucek matanya berkali-kali, berharap yang ia lihat ini hanya halusinasinya saja.

"Aksa!" Lirihnya masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Kini didepannya ada Aksa yang berdiri dengan senyum lebarnya. Wajah itu nampak lebih bersinar dan cerah dari saat terakhir Aiden melihatnya. Terakhir kali Aiden melihatnya, wajah itu nampak pucat.

"Nggak, ini cuman halusinasi gue. Ingat Den, Aksa udah meninggal." Ujar Aiden memukul-mukul kepalanya. Berusaha menghilangkan halusinasinya.

Namun nampaknya sosok yang ia lihat itu nyata. Bahkan kini Aksa yang sedang mengenakan baju putih bersih itu berjalan mendekatinya. Berjongkok di depannya. Menyamakan tubuhnya dengan tinggi Aiden.

Tangan munggil Aksa terulur untuk menghentikan tangan kekar Aiden yang terus memukuli kepalanya dengan berutal. "Jangan dipukul Abang. Aksa nggak suka kalau Abang siksa tubuh Abang sendiri. Aksa sedih lihat Abang yang kayak gini."

Aiden membeku. Sosok didepannya terasa sangat nyata. Tapi dalam hatinya, Aiden yakin bahwa ini hanya halusinasinya saja karena a terlalu rindu dengan Aksa.

"Abang enggak halusinasi. Ini nyata Abang. Aksa disini. Ini beneran Aksa." Ujar Aksa yang melihat Aiden terdiam.

"Ini beneran kamu, Dek?" Tanya Aiden berusaha memastikan.

Aksa mengangguk sambil menampilkan senyum manisnya yang sudah lama tak Aiden lihat.

Tanpa kata lagi, Aiden langsung membawa tubuh Aksa kedalam dekapannya. Menangis tersedu-sedu di bahu sempit Aksa.

Aksa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang