[ KEKUATAN ]

4 2 0
                                    


07 SEPTEMBER 2019

22 : 21 WIB

Setiap tempat memiliki penghuni, dan setiap penghuni memiliki tempat tersembunyi. Makhluk itu benar-benar telah mempermainkan kami. Setelah ini aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Yang pasti kematian tidak bisa terelakkan lagi.

"Kayaknya mereka tersesat ketua" ucap Ibnu yang berdiri di belakang Jafar di depan Ibrahim.

"Aku yakin mereka ketinggalan tidak terlalu jauh dari kita. Tidak mungkin tersesat, jalan di hutan ini hanya satu. Namun kenapa sampai sekarang kita masih belum bisa menemukan mereka" ucap Damar keheranan dan kepalanya penuh dengan rasa penasaran.

Malam sudah semakin mencekam namun Damar dan rekan lainnya belum juga menemukan Hamas dan Asyila.

"HAMASS, ASYILAAAA..." teriak Ibnu.

"Ibnu, suaramu" tegur Damar menegur Ibnu yang berteriak memanggil Hamas dan Asyana dengan suara terlalu keras. "Ini hutan kita harus memiliki tata kerama yang baik terhadapnya. Yang aku percaya, setiap tempat itu memiliki penghuninya tidak terkecuali dengan hutan ini juga" jelas Damar.

"Tiik, tiik, tehhhssss, uuhhhhhhhhh..."

"Kau dengar suara itu ketua?" ucap Ibrahim yang sedari tadi memerhatikan sekeliling hutan yang semakin menyeramkan.

Damar mencoba tetap tenang menghadapi situasi yang semakin lama semakin mencekam dan mendebarkan.

"Jangan terlalu berjauhan, berpegangan satu sama lain, mengingat hari sudah gelap, kita harus kembali ketempat perkemahan. Soal Hamas dan Asyila, semoga saja mereka baik-baik saya," ucap Damar. Kini peresaannya menjadi lebih tidak tenang setelah mendengar suara aneh itu.

Suara itu masih terus mendesing di balik pohon besar yang menjulang tinggi keatas langit hitam. Sesekali Damar dan rekannya melihat keatas pohon yang begitu rimbun. Sama sekali langit tidak terlihat sedikitpun tertutupi oleh daun-daun yang lebat.

Damar, Ibnu, Ibrahim dan Jafar mereka kembali menuju keperkemahan. Selepas setengah jam perjalanan. Ibnu ingin buang air kecil.

"Aduhh, ketua aku sesak ni," ucap Ibnu dengan wajah meraut kebelet.

"Kalian ada yang bawa botol atau wadah?" ucap Damar.

"Tidak ada ketua, barang kita tinggalkan semua di tempat perkemahan. Hanya center dan hanphone yang kami bawa" ujar Jafar.

"Sebenernya kita tidak boleh sembarangan buang air di dalam hutan. Apa lagi di hutan lauser ini" jelas Damar.

"Aduhhh, ketua udah nggak tahan lagi nih ketua," ucap Ibnu pergi menuju sebuah pohon besar yang tidak jauh dari mereka berdiri. Damar mencoba menahanya namun saking sesaknya gerakan Ibnu sangat cepat. Ia membuang air yang telah memenuhi kantung kemihnya tepat di bawah pohon besar itu.

Tidak ada yang dapat Damar lakukan lagi untuk menjegatnya. Semua telah terjadi. Apapun yang terjadi adalah sebuah kesalahan yang dibuat oleh Ibnu sendiri. Setelah Ibnu selesai membuang air kecil, ia merapikan celananya, namun tiba-tiba dari balik pohon besar itu muncul sesuatu yang sangat mengerikan. Sebuah kepala yang berumuran dengan darah. Mata merah penuh amarah. Rambut yang hitam lebat tidak terurus layaknya orang gila yang tidak pernah mandi satu tahun.

"AAAAAA" teriak Ibnu. Ia lari terbirit-birit dengan celana masih belum tertutup sempurna.

Mendengar teriakan Ibnu, Damar dan rekan lainnya langsung menoleh kerah Ibnu. Namun na'as Damar dan rekan lainnya tidak melihat Ibnu ada dimana. Hanya suara teriakan yang mengema di sekitaran mereka tanpa ada wujudnya.

BATAS KEMATIANOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz