[LEUSER GUESTHOUSE ]

5 2 0
                                    

[LEUSER GUESTHOUSE ]

23 : 56 PM

Semua Mahasiswa sudah mulai beristirahat, kecuali Ana dan Asyila mereka masih duduk di teras penginapan, sambil memandangi pemandangan saat malam di sekitaran penginapan. Bisa dibilang penginapan di Leuser Guesthouse dapat memanjakan mata dikala terang. Tapi disaat malam penginapan ini menjadi menakutkan. Rumah yang terbuat dari kayu, yang berdiri dengan tiang-tiang yang terbuat dari pohon-pohon pinus membuat rumah ini kelihatan classic, sederhana tapi mewah.

"Pohonya besar-besar ia,"ucap Ana.

"Iya Na, besar-besar, bisa jadi umur pohon disini semuanya ratusan bahkan ribuan tahun ia," sahut Asyila.

"Udaranya juga dingin ia La, seger,".

"Iya, beda banget ia sama udara dikota," sahut Asyila tersenyum tipis.

"Ngomong-ngomong, kamu kenapa tertarik masuk di Organisasi Pencinta Alam ini Na?," tanya Asyila.

"Emm, gimana ia jelasinnya, menurutku sih alam itu sahabat, alam itu berwujud, alam itu mempunyai nyawa, itu yang membuatku tertarik dan mencintainya. Dan dengan adanya Organisasi ini saya berharap akan lebih mengenal lebih dekat lagi dengan alam. Kalau kamu Syila," jawab Ana bertanya kepada Asyila.

"Ooo, gitu ia, kalau saya sih, pengen nambah teman, terus saya ingin lebih dekat dengan alam. Menurut saya, terkadang alam lebih mengerti apa yang kita inginkan," jawab Asyila

"Bisa ia kamu," ucap Ana.

Perbincangan antara Ana dan Asyila melupakan mereka dengan waktu malam yang semakin mendekati pagi. Udara di luar semikin dingin, anjing hutan yang terus meraung panjang, seakan mengatakan sesuatu yang ia lihat.

"Asyila kamu denger suara anjing itu?," tanya Ana

"Ia, aku mendengarnya. Kata Nenek saya, kalau anjing yang raungannya panjang itu tandanya mereka melihat makhluk halus di sekitaran mereka," jelas Asyila

"Aku juga pernah dengar begitu," sahut Ana lebih meyakinkan.

Suasana mulai hening, udara semakin terasa sangat dingin. Ada sesuatu yang muncul di balik pohon besar, terlihat seperti manusia, terlihat samar-samar, mengunakan pekaian serba hitam. Ana dan Asyila tambah penasaran siapa orang itu. Matanya menatap dengan tajam, tidak berkedip sedikitpun, ia mengangkat tanganya dan menunjuk jemarinya, kearah Asyila dan Ana.

"Ana kamu lihat itu nggak, yang dekat pohon besar itu, manusia apa bukan iya?," tanya Asyila

"Mana La, aku nggak nampak," ucap Ana

"Itu yang pakek pakaian serba hitam, dia menatap kearah kita terus Ana, jemarinya menunjuk kita, aku takut Na. Masuk kekamar ayok," ujar Asyila ketakutan.

Tanpa pikir panjang Asyila dan Ana bergegas kembali kekamar dengan perasaan takut serta penasan. Mereka pun memutuskan untuk tidur, dan tidak memikirkan yang mereka lihat tadi.

Tidur dengan rasa takut Asyila membawa ketakutanya kedalam mimpinya. Tiba-tiba...

"Di mana saya, kenapa saya ada disini," ujar Asyila ketakutan.

Tiba-tiba ada bayangan hitang mendekati Asyila, bayangan hitam yang begitu besar, melangkah perlahan menuju kearahnya, bayangan itu semakin dekat dengannya semakin mengecil, dan seorang Nenek tua berdiri di depanya, menatapnya dengan tajam, memakai pakainya yang begitu lesuh terbuat dari kulit beruang, terlihat jelas dari bulu-bulu di setiap sisi pakainya. Asyila semakin takut, tapi mulutnya bagaikan tersumpal, kaku tidak bisa berteriak. Bukan hanya itu, kaki dan tubuhnya tidak bisa digerakkan.

"Jika kalian tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk, ingin tetap hidup, segeralah angkat kaki dari sini," Ungkap Nenek tua itu dengan nada yang begitu menakutkan.

Asyila terbangun dari mimpi buruk yang begitu mengerikan itu, dengan wajah yang begitu katakutan.

"Kamu kenapa Asyila, tiba-tiba bagun seperti orang ketakutan," Ucap Ana.

"Kayaknya saya baru mimpi buruk Na, tapi mempi ini terlihat seperti nyata, saya takut Na,".

"Sudah La, itu hanya mimpi kok, kalau boleh tahu kamu mimpi apaan ?" Tanya Ana sidikit penasaran.

"Di dalam mimpi itu sekujur tubuh saya kaku Na, hanya telinga yang dapat mendegar dan mata yang melihat. Ada seorang Nenek, wajahnya begitu tertutup, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, ia memberi tahu kepadaku kalau kita harus pergi dari tempat ini, mimpi itu terasa begitu sangat nyata Na" Jelas Asyila dengan wajah yang masih dalam ketakutan.

"Sudah tidak usah takut, mimpi itu datang bisa jadi karena tadi malam kita tidur dalam keadaan ketakutan. Semoga saja mimpi itu hanya sebuah mimpi biasa ia La, udah jangan takut lagi, ntar cantiknya hilang, udah iya," Ana mencoba memberi semangat kepada Asyila yang begitu syok dari mimpinya.

***

Ini masih cerita awal dariperjalanan kami. Semua yang terjadi bukanlah sebuah mimpi. Namun itu nyata.Satu persatu teman-teman kami menghilang secara gaib. Namun gue merasa yangpaling bersalah dari setiap orang yang menghilang. Karena gue tidak menghiraukanmereka dan masih mementingkan diri sendiri.

BATAS KEMATIANWhere stories live. Discover now