(1) Enggan Pulang

42.5K 2.3K 24
                                    

Happy Reading!
.
.

"Clavina! Awas di belakang lu!"

Pekikan dari salah seorang teman seperjuangannya itu berhasil membuat Clavina refleks menghindari serangan musuhnya yang membawa pisau lipat dari arah belakang.

Matanya menatap tajam dan dingin ke arah pria yang baru saja hendak menikamnya itu, ia kemudian menendang tulang kering pria itu dan memutar tangannya ke belakang.

"Argh!" pekik pria itu kesakitan.

"Jangan main-main sama gue anjing! Pengecut lu, mainnya dari belakang!" maki Clavina seraya mengambil alih pisau lipat dari tangan pria itu.

Ia menyeringai kecil kala melihat betapa tajamnya pisau yang ada di tangannya itu, kemudian mendekat ke arah pria tadi.

"Mau main-main dulu?" tanya Alissa dengan seringai menyeramkan khasnya.

Tangannya mendekatkan pisau yang dipegangnya ke lengan kanan pria itu, membuat pria itu sontak memundurkan tubuhnya takut. Namun, Clavina sama sekali tak peduli, ia tetap mendekat dan berhasil menciptakan goresan panjang dan cukup dalam di lengan kanan pria itu.

"Arghh!"

"Gimana? Puas?" ucap Clavina seraya menatap puas pada ujung pisau yang terdapat noda darah.

Tak sampai di situ, kakinya juga menendangi pria yang sudah tak berdaya itu dan menginjak telapak tangannya menggunakan sepatu tebal dan berat miliknya. Pekikan dan lolongan kesakitan dari pria itu sontak membuat mereka menjadi pusat perhatian yang lainnya. Ratusan orang yang tadinya sibuk adu kekuatan langsung saling berhenti dan menjadikan Clavina sebagai tontonan mereka.

"I-iblis! Lu iblis!" ucap pria itu seraya memegang tangannya kesakitan.

"Iya! Gue emang iblis, kenapa?!"

Kepalanya terangkat dan dadanya membusung angkuh ke depan, auranya yang mengintimidasi membuat yang lainnya mematung di tempat, terlalu takut untuk membuat gerakan sekecil apa pun.

"Queen, sebaiknya cepat habisi dia lalu kita akan pergi. Polisi akan segera datang ke sini," ucap seseorang yang datang dari belakang Clavina.

Gadis berambut sepunggung dengan warna hitam kebiruan itu mengangguk pelan, ia kemudian membungkuk di hadapan lawannya dan menikam kaki pria itu dengan tega.

Setelah selesai dengan kegiatannya, ia pun langsung membalikkan tubuhnya begitu saja dan berjalan menjauhi kerumunan lawannya. Ia sama sekali tak peduli dengan lolongan kesakitan lawannya barusan.

----

"Good job, Queen!"

Pria yang baru saja datang dengan pakaian serba hitam itu melempar asal sebotol soda ke arah Clavina, tetapi dengan cepat dan tepat ia bisa meraihnya. Tangannya pun memutar penutup botol soda itu dan meneguknya hingga tersisa setengah, tenggorokannya yang tadi terasa kering pun kini kembali segar.

"Thanks."

"Mau pulang?" tanya pria itu seraya mendudukkan bokongnya di sebelah Clavina. "Kalau mau nanti gue antar."

Sejenak Clavina mengangkat lengannya dan melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Masih jam sembilan, bentaran deh. Gue malas kalau di rumah," ucap Clavina santai.

"Enggak apa-apa? Nanti ayah marah lagi."

Kedua sudut bibir Clavina terangkat membentuk senyuman, bukan senyuman manis melainkan senyuman getir penuh kepedihan.

The Next QueenWhere stories live. Discover now