#25

13.7K 995 43
                                    

Aqila kini sudah berada di depan rumah Iqbaal. Dia segera turun dari mobil, dan masuk ke halaman rumah Iqbaal.

Aqila memencet bel gerbang rumah Iqbaal,

"Cari siapa mbak?" tanya satpam penjaga rumah Iqbaal.

"Em Iqbaal pak, saya ada perlu sama dia. Saya temannya" Aqila tersenyum ke arah satpam.

"Oh, yaudah silahkan masuk" satpam tersebut membukakan gerbang.

Aqila masuk ke dalam mobil lalu dia mengklakson mobilnya dan tersenyum ke arah satpam itu bermaksud berterimakasih, satpam itu tersenyum mengangguk.

Selesai memarkirkan mobilnya ke tempat yang sekiranya tepat, Aqila keluar dari mobil, dan melihat ke sekeliling.

Aqila mengernyitkan alis. Ada sebuah mobil brio putih di sebelah mobilnya,

"Ini mobil siapa?" tanya Aqila sendiri, ia mengangkat bahu acuh, "Mungkin mobil temennya Iqbaal" lalu berjalan masuk ke depan rumah Iqbaal. Dia mengetuk pintu,

"Assalamualaikum. Baal?"

"Iqbaaal?"

Tak kunjung mendapat sahutan, Aqila memberanikan diri masuk ke dalam.

"Baal gue masuk ya? Gapapa kan? Lo nya gak nyahut-nyahut sih gue panggil-panggil" gumam Aqila sendiri.

Aqila berjalan menuju ke ruang tamu dengan sedikit mengendap-endap seperti seorang maling.

Aqila melihat sekeliling rumah Iqbaal, 'besar juga rumahnya, kay-' belum sempat gumaman batinnya selesai, Aqila mengernyit melihat pandangan didepannya saat ini.

Ada dua orang sedang berpelukan mesra, dan itu membuat matanya sakit.

"B-bal?"

Iqbaal langsung menolehkan kepala, lalu membelalakkan mata begitu melihat ada Aqila didepan.

"Qilaa" panggil Iqbaal kaget.

"Maaf ganggu" Aqila langsung berjalan keluar meninggalkan ruangan itu dengan perasaan yang campur aduk. Antara sedih, kecewa dan entahlah.

Iqbaal hendak berlari berniat mengejar Aqila, tapi seseorang mencekal tangannya.

"Udah biarin aja. Suruh siapa juga salah paham. Cengeng banget!" Aletha memutar bola matanya.

"Stop bicara kayak gitu! Atau gak lo akan--" belum sempat menyelesaikan ucapannya, Aletha memotongnya.

"Apa? Atau lo akan apa?!"

"Atau lo gak usah dateng di kehidupan gue lagi, gak usah anggep gue temen lo lagi! Dan gak usah deket-deket gue lagi untuk seterusnya!"

Aletha menggertakan giginya, "Oke fine!" Aletha melepas cekalan tangannya di lengan Iqbaal.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Iqbaal langsung berlari mengejar Aqila.

"Qil please ini semua salah faham, kejadiannya gak seperti yang lo liat" Iqbaal mengetuk-ngetuk jendela mobil Aqila.

Aqila tak mengidahkan panggilan Iqbaal, dia tetap menghadap lurus ke depan. Lalu ia melajukan mobil meninggalkan pekarangan rumah Iqbaal.

Iqbaal berlari menyesuaikan langkahnya dengan laju mobil Aqila, "Please dengerin kata-kata gue dulu Qil."

Karena sudah tak mungkin lagi untuk dikejar, Iqbaal berhenti berlari lalu ia menendang botol yang berada tepat di depannya.

"Sial."

"Udah deh Baal biarin aja. Nanti juga kalau butuh dia balik-balik sendiri sama lo. "

"HAHA," Iqbaal tertawa meremehkan, "She is not like you."

"Lo kenapa sih? Dulu lo gak gini sama gue--"

"Itu dulu! Sekarang, lo, gue, kita TEMAN." Iqbaal sengaja menekankan kata-katanya di akhir kalimat.

"..Oh iya, satu lagi. Silahkan itu mobil lo disana, dan itu gerbang keluarnya. Lo bisa pulang sekarang! Gue capek. " Iqbaal berjalan masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya rapat-rapat.

Aletha menghentakkan kaki sebal, "Awas aja lo Aqila."

**

Keesokan paginya, Aldi mengajak Aqila keluar, karena hari ini hari libur jadinya mereka bebas mau kemana saja.

Karena hari sudah siang, Aldi mengajak Aqila mampir ke restoran yang berada di Mall yang mereka kunjungi saat ini.

"Lo kenapa deh Qil? Wajah lo keliatan bete banget gitu."

Aqila tak menggubris ucapan Aldi. Dia menopang dagunya malas.

"Cangcimen, dikacangin cakit men."

"Bacot."

"Yaela, salah apa Aldi yang ganteng ini." Aldi menghembuskan nafas pelan.

"Najis" Aqila mengaduk-aduk minumannya tanpa minat.

"Yadeh. Gue akui gue emang ganteng."

"Gue gorok lu."

"HEHE, Oh iya dare gue yang kemarin?" tanya Aldi memastikan tantangannya sudah dilakukan Aqila.

"Gagal."

"Lah kenapa?" tanya Aldi bingung.

"Tanya aja sama temen lo." ucao Aqila malas, dia tak ingin membahas masalah kemarin lagi sebenarnya.

"Siapa? Iqbaal?" tanya Aldi.

"Siapa lagi emang?"

"Males. Emang kenapa kalau gue nanya ke elo?"

"HUAAAAA" tiba-tiba Aqila menangis yang membuat Aldi jadi kaget menatapnya.

"Lah gue salah apa lagi?" Bisik Aldi sendiri bingung, ia segera pindah tempat duduk ke sebelah Aqila.

"Cup cup cup. Anak Mama gaboleh nangis dong." niat hati ingin menghibur Aqila, malah tangisan cewek itu jadi sesenggukan.

"Astoge, serba salah ya. Gue minta angpao deh kalau gitu."

"LO GUE SIANIDA LAMA-LAMA DI HUA!" ucap Aqila sesenggukan.

"Canda-canda. Udah ah sumpah itu kita diliatin orang-orang." bisik Aldi sambil mengusap punggung Aqila.

"Pulang Di."

Aldi mengangguk lalu menuntun Aqila menuju mobil.

**

"Enakan?" Tanya Aldi.

Aqila mengangguk, "Mayan."

"Cerita dong."

Aqila menarik nafas pelan lalu menghembuskannya.

"Iya."

Lalu mengalirlah cerita tentang kejadian kemarin di rumah Iqbaal, dan alasan kenapa tantangan yang diberikan Aldi gagal dilakukan Aqila.

"Lo salah paham Qil."

"Mana mungkin, orang mereka berdua sama-sama mesra."

"Ya bisa aja Iqbaal ngelakuinnya terpaksa atau karena alasan apa gitu."

"Maybe. Udah ah males bahas mereka. Pulang yuk Di."

Aldi mengangguk, lalu mulai melajukan kendaraannya untuk pulang ke rumah.

Lucky Partner [idr]Where stories live. Discover now