🌙ㅣ18. Balapan Liar Malam Ini

Start from the beginning
                                    

"Kakak udah izin ke Papa? Atau ke kak Rion?" Rembulan masih bersikeras. Bukannya ingin ikut campur, tapi Rembulan cukup khawatir jika Alvaro keluar malam seperti ini, apalagi tanpa izin. Bisa saja Anggara marah lagi.

Alvaro ingin menjawabnya dengan semua perkataan kasar yang biasa ia gunakan, tetapi saat sebuah cahaya senter terlihat, Alvaro sadar jika satpam di rumahnya pasti sedang berkeliling. Segera ia menyembunyikan kembali motor, menunggu agar satpam itu melewatinya. Tapi, Alvaro baru ingat jika ada sosok lain di sini.

Dengkusan keras Alvaro keluarkan, ia menatap Rembulan dari atas sampai bawah. Percuma ia bersembunyi dari satpam jika gadis itu ada di sini, gadis itu pasti membeberkan kelakuan Alvaro pada saudaranya yang lain.

"Lo mau ngaduin gue?" Alvaro berbisik, pada Rembulan yang merapatkan tubuh ke dinding garasi agar tak terlihat satpam.

Kepala Rembulan menggeleng. "Nggak, Kak. Bulan gak akan aduin Kakak, tapi Kakak harus jawab dulu, Kakak mau ke mana? Ini udah malam."

Seringaian Alvaro tercetak di wajahnya, sayangnya Rembulan tak bisa melihat karena terhalang helm. "Kepo lo? Ikut gue."

- 4B -

Rembulan masih tidak percaya, dirinya berada di arena balapan liar malam bersama Alvaro. Sebelumnya, ia tidak pernah tahu ada tempat seperti ini, tapi Alvaro yang baru saja pindah dari luar negeri mengetahuinya, sangat menakjubkan. Banyak sekali orang, suasana berisik karena teriakan dukungan dan deruman motor, bising sekali.

Saat ini, Rembulan masih duduk di boncengan motor Alvaro, menunggu lelaki itu mengintruksi melakukan sesuatu, tetapi sedari tadi Alvaro hanya diam, sama sekali tak berbicara apapun.

"Kak." Rembulan mengetuk helm yang Alvaro gunakan. "Bulan harus apa, Kak?"

Alvaro tak menjawab, tetap memperhatikan ke depan hingga akhirnya motornya melaju ke arah garis dimulainya tempat balapan. Di sana, sudah ada motor lain yang terhenti di samping kiri Alvaro.

"Bro, lo serius bawa cewek mau balapan?" sosok lelaki yang menjadi lawan Alvaro terkekeh, ia belum memakai helmnya, menunjuk Rembulan dengan terang-terangan. "Atau taruhannya emang dia? Gue kalah, lo ambil uang gue, cewek lo aman. Gue menang, gue ambil cewek sama motor lo."

Alvaro melirik lawannya sejenak, kepalanya langsung mengangguk tanpa ragu. Sementara di belakangnya, Rembulan membulatkan matanya seketika. Ia menggeleng. Jelas sekali tidak mau ikut balapan, apalagi dibonceng seperti ini. Sayangnya, tangannya langsung dicekal oleh Alvaro, kepala lelaki itu menggeleng membuat Rembulan semakin bingung di tempat.

Dalam diam, Alvaro sudah merencanakan ini karena Rembulan sudah mengganggunya saat hendak pergi tadi. Ia ingin membalasnya, dan ini waktunya. Alvaro akan membuat gadis lugu itu merasakan bagaimana penyesalan karena sudah menerima ajakannya.

Begitu bendera yang dipegang gadis di tengah-tengah jatuh ke aspal, dua motor itu langsung melaju kencang diiringi sorak-sorakan penonton.

Di lain sisi, Rembulan kini memeluk kencang Alvaro agar ia bisa selamat dari kejadian yang tak mau ia bayangkan sebelumnya. Selain menahan dinginnya angin malam, Rembulan harus menahan gemetar karena baru pertama kali kebut-kebutan seperti ini. Detak jantungnya berpacu dengan kencang sekali, seperti hendak menerobos keluar dari tubuhnya.

Memejamkan mata, Rembulan tidak peduli jika kacamatanya pecah karena ia terlalu menekan wajahnya pada punggung Alvaro atau tidak. Satu yang Rembulan pikirkan saat ini. Umurnya tak lagi panjang.

Satu putaran berlangsung, balapan liar tengah malam saat ini dimenangkan oleh Alvaro yang lebih dulu melewati garis finish. Sorakan terdengar di mana-mana, menjadikan Alvaro pusat perhatian sekarang.

"Nih, uang gue." Lawan Alvaro tadi menghampiri pada Alvaro yang sudah menepi. "Sesuai janji taruhan."

Alvaro memutar bola matanya, masih enggan membuka helm, kepalanya menggeleng. "Lo ambil aja," ucapnya. Sebab, Alvaro tak membutuhkan itu ia hanya ingin membuat kapok sosok gadis di belakangnya.

Begitu kepergian lawannya tadi, Alvaro segera turun dari motor, membiarkan Rembulan yang gemetaran di boncengan motornya. Seringaian Alvaro tercetak jelas, puas sekali, apalagi melihat kepala gadis itu yang tertunduk dengan isak tangis.

"Seru?" Alvaro puas, Alvaro senang dengan ini. "Nangis lo?"

Kepala Rembulan menggeleng, buru-buru ia mengusap air matanya dengan kedua tangan yang masih gemetaran. Ia memandang Alvaro yang berdiri di hadapannya. "Bulan m-minta maaf, Kak."

Alis Alvaro terangkat satu, apa maksud gadis itu meminta maaf?

"Kakak pasti kesel sama Bulan ya? Gara-gara kemarin sama tadi sore, makanya kakak lakuin ini ke Bulan. Maaf, Kak." Rembulan amat tahu, Alvaro tidak menyukainya karena kedatangan Rembulan dalam kehidupannya.

Tadi, saat ia diajak keluar bersama Alvaro, Rembulan teramat senang. Ia pikir, ia bisa menyatakan maafnya secara baik-baik pada Alvaro, ia tidak menyangka jika dirinya malah diajak balapan seperti ini, menjadikannya pengalaman pertama yang tak pernah Rembulan inginkan.

Hanya saja, ini pasti belum seberapa. Alvaro akan membalasnya lebih dalam lagi. Seperti orang-orang di luar sana memperlakukan Rembulan. Tetapi dengan kondisi yang berbeda. Jika di sekolah Rembulan mendapat rundungan dengan alasan tak jelas dan tak masuk akal, maka di sini bersama Alvaro, Rembulan mendapatkan perilaku tak menyenangkan karena Rembulan sudah mengusik hidup Alvaro.

"Kakak pasti gak suka. Bulan tiba-tiba datang kayak gini, bikin keluarga kakak berubah. Maaf, Kak. Bulan minta maaf. Pasti rasanya gak enak 'kan? Susah ya, terima orang baru? Bulan gak tahu rasanya gimana, tapi Bulan tahu gimana takutnya ada orang lain di kehidupan sendiri yang udah tenang."

Mulut Alvaro tetap bungkam, ia hanya memperhatikan Rembulan yang juga menghentikan ocehannya. Rembulan, gadis yang hanya mengenakan piyama dan sandal rumah.

Alvaro mendengkus. Ia membuka helmnya, langsung memasangkannya pada Rembulan tanpa suara. Selain itu, ia juga melepaskan jaketnya dan melemparkannya pada Rembulan. Sementara ia sendiri kembali naik ke motor.

Jangan salah paham mengenai sikapnya. Ia hanya tidak mau gadis itu sakit dan pastinya saudaranya yang lain akan khawatir. Setelah itu, maka kejadian ini akan terbongkar bukan? Jelas, Alvaro akan disalahkan. Alvaro tidak mau harus berdebat lagi dengan Anggara.

Gimana sama chapter ini? Seru nggak?Seru ya, seru ya! Mari lanjut scroll lagi!💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gimana sama chapter ini? Seru nggak?
Seru ya, seru ya! Mari lanjut scroll lagi!💜

4 Brother'z | TERBITWhere stories live. Discover now