Chapter - Fourteen

2.3K 267 36
                                    

Wang Yibo berdiri menyandar di luar pintu kamar rawat xiao zhan, sesekali ia memijat pangkal hidungnya yang terasa pegal, tubuhnya lelah bahkan ia tidak peduli dengan pakaiannya yang di penuhi noda darah yang sudah mengering.

Entah xiao zhan memang menyukai rumah sakit atau rumah sakit yang sangat merindukan xiao zhan hingga seringkali pemuda manis pemilik senyuman sejuta Watt itu keluar masuk rumah sakit.

Waktu menunjukan pukul satu dini hari, ia merasakan dinginnya malam membuatnya semakin merasa kesepian, tanpa xiao zhan disisinya ia tidak akan bisa melanjutkan hidupnya setelah ini.

Yibo bahkan lupa dengan kemana perginya ayahnya, ia juga sama sekali tidak menghubungi ibunya untuk sekedar memberitahukan kondisi xiao zhan, pikirannya terlalu buntu.

Setelahnya Yibo memilih masuk ke dalam ruang rawat xiao zhan.

Pandangan Yibo terpaku pada sosok istrinya yang terbaring dengan menutup rapat kedua manik indahnya, dadanya bergerak naik turun dengan teratur menandakan tubuh itu masih bernafas.

Yibo melangkah mendekati sosok rapuh istrinya yang terbaring tidur, perlahan tangannya terulur mengusap pelan bahkan teramat pelan pipi chubby xiao zhan, ia tersenyum getir diiringi air matanya yang menetes jatuh.

" Aku mencintaimu....maafkan aku..." Hanya itu yang mampu ia ucapkan untuk sekedar menyampaikan isi hatinya, meski ia sangat kesakitan melihat kondisi xiao zhan sekarang.

Tes

Air matanya kembali jatuh. Ia mendekatkan wajahnya di wajah damai istrinya yang masih terlelap tidur, air matanya kembali menetes semakin deras membasahi pipi lembut istrinya.

Yibo menangis tanpa suara.

Chuup~~

Mengecup lembut hidung mancung xiao Zhan, Yibo beralih mengecup lembut pipi yang selalu merona saat ia menggodanya, pipi itu kini terasa dingin di bibirnya.

Tes

Lagi.... Yibo menjatuhkan air matanya membuat pipi istrinya ikut basah oleh air matanya.

Yibo terisak pelan sebelum mengecup lembut bibir pucat istrinya, merasakan sentuhan nafas hangat milik pujaan hatinya yang menerpa wajahnya ia tak kuasa untuk menahan isakannya.

Menjatuhkan wajahnya di ceruk leher istrinya, Yibo menangis pilu dalam pelukan sepihaknya.

" Bangunlah xiao zhan, aku mencintaimu...." Bisiknya berulang kali, tak ada kata yang dapat menggambarkan betapa besar rasa cintanya untuk sosok istrinya.

Tak ada syair pujangga manapun yang dapat melukiskan betapa ia sangat tulus mencintai dan menyayangi istrinya sepenuh hati.

" Bangunlah xiao zhan, jangan tinggalkan aku....kisah kita belum usai, jangan biarkan aku sendiri."

Yibo bergumam di sela tangisannya yang terdengar menyakitkan.

Tanpa Yibo sadari xiao zhan sudah membuka matanya sejak pemuda itu menumpahkan tangisannya dalam lekuk lehernya.

Xiao Zhan menangis dalam diam, satu tangannya terulur perlahan memeluk punggung suaminya.

Suara tangisan Yibo semakin lama terdengar semakin menyakitkan, pilu sesak sakit berbaur menjadi satu dalam air matanya.

Tidak ada yang mengerti betapa Yibo takut kehilangan sosok xiao zhan dari hidupnya, tidak mengapa ia selalu merasakan kesakitan setiap harinya asalkan ia tetap bersama xiao zhan ia akan sanggup menjalaninya.

Batu terjal ia tapaki, lautan luas akan ia seberangi, panasnya api akan ia tahan meski langit runtuh menimpanya baginya tak mengapa asalkan ada xiao zhan di sisinya ia akan sanggup menjalani semuanya.

FALLEN LEAVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang