Alone - 8

4.6K 291 5
                                    

Hanya karena kamu tidak mempunyai seorang pangeran, bukan berarti kamu bukan seorang putri.

---

Hari senin adalah hari pertama aku menjadi babunya Fian, ya bisa dikatakan seperti itu.

Seperti biasa aku menunggu angkot jurusan yang menuju ke sekolahku. Saat aku akan mengangkat kaki dan melangkah masuk ke dalam angkot, tanganku ditarik kencang membuatku sedikit tersandung.

"Apaan?" Tanyaku dingin. Entahlah aku merasa lebih terbuka dengan Fian, jadi aku cuek saja.

"Ikut gue." Jawabnya, bukannya melepaskan tanganku, Fian malah semakin kencang menarikku.

Fian menberiku helm yang cukup besar di kepalaku. Aku akhirnya menurutinya, mengangkat kakiku dan duduk dibelakangnya dalam diam.

Tidak seperti yang aku kira, dia sama sekali tidak mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Aku malah ingin tertawa karena motor ini sangat lambat.

Sesampainya di sekolah, aku terkejut karena banyak pasang mata yang memperhatikanku dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan sangat lekat. Aku turun dari motor dengan gerakan lambat karena tubuhku gemetaran. Aku menunduk dan mengunggu Fian yang entah sedang apa.

"Tujuan kita perpustakaan." Kata Fian dan merangkulku. Hatiku berdegup kencang dan tubuhku makin gemetaran.

"Lo gapapa?" Tanya Fian sambil memerhatikanku. Mungkin merangkul perempuan baginya sudah biasa, tapi tidak untukku. Karena biasanya aku sendiri.

Aku menggeleng sebagai tanda aku tidak apa-apa. Fian hanya mengankat bahunya dan meluruskan pandangannya lagi. Dia tidak terlalu peduli padaku.

"Ayo masuk!" Aku ditarik ke dalam perpustakaan dan tidak lupa sebelumnya sudah melepaskan sepatuku.

"Gue harus ngapain?" Tanyaku dan duduk di salah satu kursi.

"Lo cari aja dulu kertas satu lembar." Katanya.

Fian melangkah pergi dan meninggalkanku sendiri di perpustakaan. Aku mencari kertas di setiap sudut, tapi nihil. Tidak ada kertas kosong di sini.

Fian kembali dan membawa kertas-kertas kosong di tangan kanannya. Dia menyimpan tumpukan kertas itu di meja.

Pantas saja tidak ada, semua kertas dibawa sama dia, kataku dalam hati.

"Lupain soal kertas, lo cari sepatu lo sekarang." Katanya di depan pintu.

"Sepatu gue kan ada di sana?" Aku sebenarnya ingin memberi tahu bahwa sepatuku ada tapi setelah aku berjalan keluar sepatuku memang sudah tidak ada.

"Lo yang ngilangin kan?!" Tanyaku sedikit membentak.

Dia tidak menjawab pertanyaanku, "Ini pemintaan di hari pertama." Katanya yang membuatku jengkel.

Aku meninggalkannya dan pergi mecari sepatuku, tanpa disuruh pun aku akan mencarinya. Tiap-tiap koridor sudah aku lewati dan sepatuku tidak ada, lebih baik disuruh mencari kertas kosong saja seperti tadi.

"Duhh ada yang gak pake sepatu nih.." Sayup-sayup aku mendengar ledekan-ledekan mereka. Fian ini, aku sudah cukup menderita karena dijauhi teman, dia masih saja membuatku semakin menderita.

Kring kring

Bel berbunyi di saat aku belum menemukan sepasang sepatuku, aku jadi terpaksa kembali ke kelas tanpa menggunakan sepatu. Fian yang membuatku seperti ini, tampak biasa saja melihatku dengan keadaan sekarang. Bahkan dia tidak terlihat akan mengembalikan sepatuku.

Seperti biasa aku duduk di meja paling depan, tapi kali ini tanpa sepatu. Karena posisiku berada di paling depan, guruku dengan sangat cepat menyadari kakiku yang hanya menggunakan kaus kaki.

"Sepatumu kemana Kifara?" Tanya guruku, Bu Lia.

"Itu bu.... umm.." Aku gugup.

"Palingan juga rusak, bu. Sepatu dia 'kan murahan." Seseorang menjawab pertanyaan bu Lia yang ditujukan padaku. Dan tanpa aku duga, yang menjawab adalah Fian.

"Benar kata Malfian, Kifara?" Tanya bu Lia padaku, lagi.

"Iya, bu." Jawabku sambil menunduk. Aku tahu aku berbohong, tapi aku takut karena tadi yang menjawab adalah Fian.

Aku tahu kalau aku tidak punya teman, tapi itu bukan berarti aku tidak mampu membeli sepatu 'kan?

Ini belum selesai. Setelah aku menjawab, aku di hukum. Berdiri di hadapan teman-teman sekelasku.

---

an

Udah lama gue gak update wkwk, sebenernya gue agak males sih haha.

Pokoknya vomment nya jangan lupa yaaa, biar gue semangat lanjutinnyaa:))

AloneWhere stories live. Discover now