Alone - 2

7K 353 0
                                    

Bukan benci yang membuat mereka menjauh dari kita, tapi kecewa.

---

'Aku dan Kila—kakakku sedang berada di taman belakang sekolah. Aku tertawa terbahak-bahak karena candaan kakakku dan teman-teman kakakku. Lama sekali aku berada di taman, karena sekarang sudah waktunya pulang.

Saat seru-serunya bercanda. Tiba-tiba Galvian datang dan menghampiriku. Dan dalam sekejap, tawaan yang terdengar dari teman-teman kakakku hilang. Hening.
Kakakku menatapku sinis. Galvian datang untuk mengajakku pulang bersama.

Kakakku terlihat bergegas pergi meninggalkanku. Apa boleh buat? Aku jadi diantar pulang oleh Galvian. Setelah kakakku pergi, aku tidak melihatnya lagi.

Sesampainya di rumah, aku tidak mengucapkan terima kasih pada Galvian dan bergegas masuk ke rumah.

"Seru di jalan?" Tanya seseorang. Aku berhenti sejenak dan menyadari bahwa itu kakakku.

"Maaf, La." Aku tertunduk dan menahan tangisku.

"Lo bisa-bisanya bareng sama Galvian sedangkan lo tau kalo gue suka sama dia?" Dia membentakku dengan keras dan menarikku untuk duduk di sofa. Aku hanya menurutinya saja.

"Bukan gitu. Lo salah paham, La." Aku terus membela diriku sendiri.

"Salah paham apa? Jelas-jelas tadi dia nganterin lo pulang!" Kila menbentak untuk yang kedua kalinya dan pergi meninggalkanku.

Aku menangis dan menunduk sambil menutupi wajahku. Setelah lama menangis, tiba-tiba ada yang menarik tanganku dan membuat wajahku menengadah ke atas.

"Liat besok di sekolah!" Kata Kila dan terus menggerak-gerakkan tanganku. Dan makin lama makin terasa sakitnya.'

"AHHH!" Aku berteriak dan mengusap wajahku dengan kasar.

Mimpi itu? Lagi? Pantas saja gerakan pada tanganku terasa nyata, ternyata Bibi Sarah membangunku dengan kuat. Aku menangis mengingat mimpi itu adalah kejadian awal aku menjadi seperti ini.

Masalah Kila? Kila dan aku memiliki selisih satu tahun. Galvian adalah teman dekat Kila dan tanpa diketahui, Kila menyukai Galvian secara diam-diam.

Aku berani sumpah! Itu bukan salahku. Galvian yang entah kenapa tiba-tiba menawarkan aku untuk diantar. Padahal aku saja tidak kenal dengannya.

Pagi ini sudah diawali dengan mata sembab. Aku mencari kacamataku untuk menutup mata basahku. Setelah mendapatkan benda yang kucari. Aku bergegas memakai sepatu dan pergi mencari angkot.

Ngomong-ngomong tentang angkot, aku jadi ingat perkataan Malfian kemaren. Dia bilang aku tidak mungkin mengikuti lomba? Aku suka padanya. Sangat. Ya, aku akan membuktikan bahwa aku bisa mengikuti lomba itu.

Oh ya, aku tidak punya siapa-siapa!

---

an.

Kalian tunggu terus lanjutannya yaa
Vomment nya jangan lupa :))

AloneWhere stories live. Discover now