Alone - 1

9.2K 395 6
                                    

Yang paling menyakitkan dari kesendirian itu bukanlah pada saat kita lagi sediri. Tetapi disaat kita merasakan bahagia dan tertawa senang namun tidak ada orang yang bisa diajak tertawa bersama.

---

"Cari teman buat dijadikan anggota kelompok biar kamu bisa ikut lomba miniatur itu, karena persyaratan lomba itu bentuknya grup bukan individu." Guru BP-ku menjelaskan tentang perlombaan yang sebelas bulan lagi akan diadakan. Walaupun jangka waktunya masih lama, persiapan yang dilakukan oleh peserta akan menambah point.

"Butuh berapa orang?" Tanyaku. Aku harus ikut perlombaan ini. Perlombaan kali ini adalah perlombaam terbesar dan terakhir untukku.

"Namanya juga grup, yang penting lebih dari satu orang." Jawabnya dan pergi sambil menepuk bahuku.

Aku kembali ke kelas dan duduk di paling depan juga berhadapan dengan meja guru. Saat aku mengeluarkan buku, ada yang melempar kertas padaku dan mengenai kepalaku. Kertas yang ditujukan padaku jatuh ke bawah meja.

Aku membungkuk dan mengambil kertas berwarna pink. Lucu. Tapi hanya luarnya saja. Karena biasanya, tulisan di dalamnya beda dengan tampak luarnya.

Aku tidak membacanya dan langsung membuangnya ke sela-sela mejaku. Tidak lama, guru datang dan memberi tugas. Senangnya dengan Bu Ratna ini, tugas yang diberikan tidak pernah berkelompok, tapi masing-masing.

Pelajaran Bu Ratna adalah Fisika. Pelajaran yang aku butuhkan untuk cita-citaku. Dan apabila Bu Ratna datang, itu artinya satu jam lagi siswa diperbolehkan pulang.

Saat pelajaran di mulai, lagi-lagi ada yang melempar kertas. Kali ini berwarna ungu. Warna perempuan. Kertas demi kertas dileparkan padaku, berbagai warna dan berbagai bentuk. Tapi tidak ada yang aku baca. Apalagi aku bawa pulang.

Bel berbunyi dengan kencang. Teman-temanku bersorak senang karena telah bebas dari fisika.

Aku bergegas mencari angkot sebelum ramai. Angkot datang dan aku memilih untuk duduk di paling pojok.

"Lo udah tau belum? Katanya Kifara bakal ikut lomba miniatur lagi." Kata seseorang di sebelahku.

Aku terdiam saat seseorang menyebut namaku. Aku semakin menundukkan wajahku. Sebelum menundukkan wajah saja mereka tidak sadar.

"Gak mungkin, peraturannya 'kan harus grup. Dia gak punya siapa-siapa." Jawab seseorang. Suara seseorang yang aku tahu siapa pemiliknya.

Dan lagi-lagi aku terkejut karena perkataannya.

--
an.

Vomment nya yaaa

AloneOnde as histórias ganham vida. Descobre agora