Ch. 13 || Iblis Itu Menang

269 60 37
                                    

"Monster nyata. Hantu juga nyata. Mereka ada di dalam dirimu. Suatu saat mereka akan menang." - Stephen King
.
.
.

" - Stephen King

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ledakan itu...

Waktu seolah berhenti untuk sejenak, memendek dan memampat. Ada keteganganyang menyergap dari segala penjuru. Di sana Arum mematung setelah berteriak histeris. Mendapati wajah-wajah para mahasiswa yang ketakutan, Red yang kini hanya ternganga di bawah tangga, Rimba yang berdiri dengan pistol teracung dan terakhir Dewan yang kini melemah dan jatuh terduduk.

Rasanya debu yang beterbangan di sekeliling pun dapat didengar sangking heningnya. Suara napas Dewan yang semakin berat terasa lebih jelas di telinga. Dan setelah keheningan yang cukup panjang itu, Arum reflek berlari menghampiri Dewan, sementara gadis yang dicekik Dewan tadi menjauh dengan dibopong oleh teman-temannya. Di dekat Dewan yang menyembunyikan wajahnya di lutut tanpa suara, Arum berjongkok. Tidak, tidak ada darah. Pemuda ini tidak terluka sedikitpun, sebab Rimba hanya menembak angin kosong di atas kepala.

Petugas keamanan berlarian masuk, terdiam mendapati satu pria dengan pistol berdiri di anak tangga terbawah. Mereka sudah siap untuk menghampiri dengan wajah berapi -api, namun Red segera menghadang dengan tanda pengenal polisi. Sehingga para petugas pun hanya dapat diam dengan kernyitan-kernyitan di kening dan dada naik turun.

"Dewan?" Arum berusaha memanggil sepelan dan sehati-hati mungkin. Ia tak peduli dengan orang-orang yang kini berkerumun di sekitar. Namun, ia justru langsung mengalihkan pandangan ketika Rimba menaiki tangga dengan sebuah pistol.

"Bisa kau taruh pistolmu dulu, Kapten?" Mendengar ucapan Arum, Rimba menghentikan langkah sejenak, kemudian bergerak menyimpan kembali pistolnya.

"Aku tidak akan menembaknya asal dia mau koopratif." Rimba berdiri di hadapan Arum dengan wajah datar, kelihatan sama sekali tak peduli dengan keadan Dewan. Ia bahkan tidak bertanya Dewan kenapa atau ada setan apa yang membuat pemuda di hadapannya itu menyerang secara tiba-tiba. "Ayo bangun!" ujar Rimba selanjutnya. Sementara yang diajak berbicara sama sekali tak menanggapi, bahkan Arum tak yakin Dewan masih sadar. "Angkat kepalamu dan ikutlah ke kejaksaan."

Mendengar hal itu, Arum mengernyit kebingungan. "Apa maksudmu?" Sementara orang-orang di sana hanya menonton sambil bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Dia harus mengikuti prosedur penyelidikan."

"Apa-apa-" Ucapan Arum tergantung ketika Dewan menarik napas keras sekali sehingga menyebabkan dia dan Rimba langsung menoleh ke arah pemuda yang kini mengangkat kepala itu.

"Baiklah." Dewan bangkit, namun oleng, hampir jatuh. Beruntungnya, dengan gerakan reflek Arum dan Rimba menahan tubuhnya sebelum berguling dari atas tangga.

"Kau tidak apa-apa, Dewan?" Arum bertanya khawatir, namun Rimba justru sebaliknya.

"Kuharap kau sedang tidak berakting." Rimba berujar sembari melepas pegangannya dari lengan Dewan. "Silakan." Kemudian memberi jalan pada pemuda yang kini tengah berusaha mempertahankan keseimbangan itu, sementara Dewan menatapnya sebentar sebelum akhirnya melangkah lebih dulu di depan Rimba. Langkahnya masih lemah dan harus berpegangan pada tangga. Melihat hal itu, Arum justru khawatir Dewan kambuh di saat yang tak terduga.

MALAIKAT MAUT DARI NERAKAWhere stories live. Discover now