1. Gimme a Break

559 108 10
                                    

“Namanya juga kepala keluarga, yang ngatur urusan keluarga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namanya juga kepala keluarga, yang ngatur urusan keluarga. Coba kalau kamu, jadinya beban keluarga.”

***

“Jangan menyerah.”

Mendengar kalimat yang keluar dari bibir seorang lelaki berpakaian kaos putih polos dan celana kain abu-abu itu membuat Triana Le Monna emosi. Ia memandang dengan tatapan tajam ke arah lelaki itu, tetapi sedetik kemudian berubah. Nyatanya, tatapan seorang Ershaka Abigail lebih menakutkan.

Tria menciut dan kembali memusatkan pandangannya ke depan, tepatnya pada ember berisi pakaian berwarna putih. Terhitung ada lima potong jas laboratorium yang semuanya milik Ershaka.

“Kak, apa harus dicuci pakai tangan? Kenapa enggak beli mesin cuci, sih? Capek tau nyuci pake tangan mulu. Mana aku baru pulang kuliah,” gerutu Tria yang semakin merendahkan intonasi suaranya saat merasakan aura dingin di belakangnya.

“Enggak!”

“Medit!” ucap Tria dengan suara rendah yang hanya bisa didengar olehnya.

“Kamu bilang apa?”

Dengan cepat Tria menggeleng. Tangannya juga mulai berolahraga dengan mengucek semua baju ‘perang’ milik Ershaka. Tadinya ia hendak menggabungkan jas laboratoriumnya, tetapi Ershaka menolak. Katanya, jas laboratorium milik Tria banyak ditempeli kuman.  Bukannya sama saja?

Mata Tria menyusuri langkah kaki Ershaka yang mulai berkeliaran di sekitarnya. Lelaki itu memasukkan kedua tangannya di dalam saku sembari memandang ke tabulampot jambu yang sedang berbuah. Melihat buah ranum tersebut membuat perut Tria bergejolak. Ia ingin sekali khilaf memetik buah itu, tetapi Ershaka tidak akan pernah membiarkannya lolos. Lelaki itu melarangnya memanen buah-buahan di taman belakang tanpa seizinnya.

Tentu saja Tria harus menurut, sebagai istri yang baik. Ya, dia adalah istri dari lelaki menyebalkan dan terlalu hemat itu sejak sebulan yang lalu. Dan, dalam waktu sekejap, pandangannya terhadap Ershaka—si laboran di laboratorium kultur jaringan berubah. Ia tidak menyangka bahwa lelaki ramah dan pernah membuatnya melting karena senyuman manis beberapa waktu lalu ternyata hanyalah beruang kutub ganas yang suka memerintah.

Sekarang, mau tak mau ia harus menghadapi Ershaka setiap harinya. Baik itu di rumah maupun di laboratorium. Jika saja Tria mendengarkan Leci untuk memilih topik penelitian lain, mungkin ia tidak akan terjebak dengan lelaki itu. Sayangnya, karena ia tertarik untuk melakukan penelitian di bidang kultur jaringan, serta ingin menghabiskan waktu bersama Ershaka, ia harus menerima nasib seperti ini.

“Lab itu horror, Tria. Dimulai dari tempatnya yang sering ada penampakan makhluk halus, dosennya yang pelit nilai, sampe laborannya yang … ehm ganteng sih, tapi galak.”

Nyatanya, yang tahu kenyataan itu hanyalah kakak tingkatnya yang telah menyelesaikan penelitian di laboratorium tersebut. Tria tidak semudah itu percaya. Namun, sekarang tampaknya ia harus mengakuinya. Tidak heran yang melakukan penelitian di laboratorium tersebut hanya ada tiga orang; Tria, Stormi, dan Metro. Dua di antara mereka memang sosok yang ‘tahan banting’. Lalu bagaimana dengan Tria yang ‘rapuh’ ini?

Trial and ErrorWhere stories live. Discover now