Bab 18 Janji

2 0 0
                                    

Aksa, Anna, dan Al duduk di bangku bawah pohon apel, di sinilah mereka dipertemukan dengan Aksa pertama kali. Saat ini Aksa duduk di antara Anna dan Al, ia sengaja meminta Anna untuk mengajak Al kemari, inilah saatnya untuk Aksa pergi.
Meski kejadian kemarin menimbulkan luka yang parah untuk Al, tetapi lelaki itu beryukur, dengan pukulan Rama, Anna mendapat kembali ingatannya, semuanya. Untung gadis itu sama sekali tidak mendapat luka, hanya benturan saja.
Suasana sore hari ini terlihat indah dengan cahaya kekuningan yang menyusup melalui celah-celah pohon apel yang menaungi mereka bertiga. Al tersenyum sambil memandangi pohon apel, Anna pun juga demikian. Sedangkan Aksa bergantian menoleh ke arah Anna dan Al, ini adalah saat terakhirnya melihat kedua orang yang sangat berharga untuknya secara dekat, Aksa tidak mau menyia-nyiakannya begitu saja. Usai memadangi mereka berdua, Aksa ikut memandang ke arah pohon apel.
Tanpa mempedulikan tulisan batas waktunya yang terus berkedip-kedip merah, Aksa menampakkan wujudnya. Baik Anna maupun Al kini bisa melihat lelaki itu, Aksa terlihat tampan dengan pakaian serba putihnya, lelaki itu pun disirami cahaya kekuningan matahari yang menerobos celah pohon apel.
“Anna, terima kasih sudah menjadi kekasihku satu-satunya di dalam hidupku bahkan sampai aku mati.” Aksa menggenggam tangan Anna tanpa memandang gadis itu. “Al, terima kasih sudah menjadi sahabat yang terluar biasa yang pernah kupunya dalam hidupku bahkan sampai aku mati.” Ia menggenggam tangan Al.
Anna dan Al menoleh ke arah Aksa, lelaki itu tersenyum indah sambil mendongak ke pohon apel. Tiba-tiba suasana taman itu sepi, hanya ada mereka bertiga. Aksa menguatkan dirinya, ia kini merasakan kakinya yang menapak di atas rerumputan mulai menghilang menjadi debu yang bercahaya.
“Anna, aku bersyukur diberi kesempatan kembali lagi, meski sebagai arwah. Aku sudah memenuhi janji yang kubuat kepadamu. Tapi, meski demikian janji itu akan tetap ada, dan setelah ini aku hanya bisa melihatmu dari atas sana. Aku berterima kasih kepada takdir sehingga aku membuat janji itu kepadamu. Aku akan tetap melindungimu dengan doaku, Anna.” Ia menatap dalam-dalam manik mata cokelat terang meilik gadis itu. “Seperti perkataanku, carilah kekasih yang baru. Tapi, aku akan lebih merasa lega kalau kekasihmu itu Al. Aku tidak memaksa, tapi aku yakin hatimu juga sudah terisi oleh Al.” Ia tersenyum.
“Aksa.” hanya itu yang bisa keluar dari mulut Anna. Selalu saja, jika ia melihat Aksa tersenyum ia juga akan tersenyum.
Aksa menoleh ke arah Al. “Aku senang bisa melihatmu sekarang ini, aku bersyukur kamu tidak mati setelah dihajar habis-habisan oleh orang itu. Ini permintaan dari sahabatmu, tolong jaga Anna dan dirimu sendiri baik-baik.” Lagi-lagi, ia tersenyum.
Tubuh Aksa makin tembus pandang. Sebelum energinya benar-benar habis, Aksa menyatukan tangan Anna dan Al di pangkuannya. Lelaki itu tersenyum melihat tautan tangan itu, meski rasanya sesak dan nyeri di dada, tetapi saat perpisahan haruslah memberikan yang terbaik dengan senyuman.
“Hanya itu yang ingin kusampaikan, semoga hidup kalian penuh dengan kebahagiaan.” Aksa masih memandangi tautan tangan itu.
Anna dan Al sama sekali tidak menangis, mereka tidak ingin menampakkan wajah mereka yang berlinang air mata di saat-saat seperti ini. Mereka berdua tersenyum, senyuman yang paling indah dan hangat yang mereka miliki. Sebelum ia menghilang, Aksa kembali menoleh ke arah Anna dan Al untuk melihat senyuman kedua orang yang berharga untuknya itu, lelaki tampan itu ikut tersenyum, lalu kembali memandang ke arah pohon apel.
“Aksa, terima kasih,” ucap Al. Menatap sendu sahabatnya itu, ia mengeratkan genggaman tangannya dengan Anna.
“Aksa, aku telah memilih kekasihku yang baru. Tenang saja, orangnya sekarang ada di sampingmu juga.” Tatapan teduh Anna menatap lekat wajah kekasihnya itu.
“Akhirnya, cintamu terbalaskan, Al. Kamu juga sudah menepati janjimu kepadaku.” Aksa tersenyum, tubuhnya makin samar. “Selamat tinggal,” ucapnya sambil tersenyum menatap ke arah pohon apel lalu ia menghilang menjadi debu bercahaya yang bertaburan.
Anna dan Al kini saling pandang karena Aksa sudah tak ada di antara mereka, tautan tangan keduanya saling menguat satu sama lain. Al masih tersenyum memandang ke arah Anna dengan sendu, dan Anna kini memandang Al dengan teduh.
“Aku akan melindungimu, Anna,” ucap Al mengulangi janji yang sama seperti yang dibuat Aksa kepada Anna.

Promise to AnnaWhere stories live. Discover now