Bab 3 Apel

3 2 0
                                    

Sinar matahari pagi terasa hangat di permukaan kulit Anna, udara pagi pun terasa segar di paru-parunya, dan belain angin lembut membuatnya tersenyum geli. Gadis itu duduk di sebuah bangku taman rumah sakit, tepat berada di bawah sebuah pohon apel. Sejak ia terbangun tadi, Anna ingin merasakan kembali dunia luar ruangan, jadi ia memutuskan jalan-jalan. Saat melihat bangku taman yang ia duduki sekarang, ia merasa tempat itu adalah tempat yang memiliki kenangan penting baginya, tetapi Anna tak ingat kenangan apa itu.
Twinkle, twinkle, little star
How I wonder what you are
Up above the world so high
Anna bernyanyi dengan riang, setelah mendengar Aksa menyanyi kemarin malam, gadis itu selalu memikirkan Aksa. Di setiap detik ia bernapas, di dalam pikiran Anna hanya ada Aksa. Gadis itu tak mengelak, Aksa memang kekasihnya.
Like a diamond in the sky
Twinkle, twinkle, little star
How I wonder what you are
Aksa tiba-tiba sudah duduk di samping Anna dan ikut bernyanyi. Anna tidak kaget melihat lelaki itu duduk di sampingnya tiba-tiba, ia merasa senang. Aksa dan Anna saling senyum, keduanya merasa kembali terlempar ke masa lalu. Anna merasa kepalanya dihantam bongkahan batu, namun ia tahan. Sekelabat ingatan tiba-tiba muncul, ia melihat dirinya dan Aksa sedang duduk di bangku taman ini juga di masa lalu, saat itu Aksa memberinya apel yang ia petik dari pohon.
"Ini adalah tempat pertama kita bertemu, apa kamu masih ingat? Aku memberimu apel saat itu."Aksa bersandar sambil memandangi buah apel yang masih hijau.
Anna meringis menahan sakit kepalanya, ia pun ikut bersandar di kursi. Dipandanginya Aksa yang nampak damai memandangi apel. Ingatan itu kembali terputar begitu saja di dalam kepala Anna, kepingan kenangan tentang pertemuan pertamanya dengan Aksa.
-0-
Anna yang mengenakan seragam sekolah duduk di bangku bawah pohon apel, taman rumah sakit. Gadis itu sedang memainkan pianikanya, lagu twinkle twinkle little star mengalun lembut. Gadis itu berada di rumah sakit karena pemeriksaan rutin cidera pergelangan tangan kirinya. Anna mengulangi lagu itu berkali-kali meski sudah selesai, ia sangat menyukai lagu anak-anak yang sederhana itu karena dulu ia sering menyayikannya bersama kedua orang tua angkatnya.
Dari arah belakangnya terdengar suara seseorang yang sedang menyanyi mengikuti alunan pianika Anna. Tanpa berhenti meniup dan menekan tuts pianikanya, Anna menoleh ke belakang, ternyata ada seorang laki-laki bersuara merdu di sana. Lelaki itu tersenyum kepada Anna, saat itu juga Anna berhenti meniup dan menekan tuts pianika. Senyuman lelaki itu sangat indah menurut Anna, gadis itu benar-benar terpesona.
"Hai," sapa lelaki berpakaian pasien itu. Anna tak menjawab, ia masih terpaku pada pesona lelaki itu. Pasien itu terkekeh saat sapaannya tidak terbalaskan, ia pun duduk di samping Anna. "Untukmu." Ia mengulurkan sebuah apel merah yang sedari tadi ia pegang.
Anna melepaskan tiupan pianika dari mulutnya, ia tersenyum lalu mengambil apel yang diberikan lelaki tampan itu kepadanya. "Hai juga." Ia membalas sapaan lelaki itu tadi meski terlambat.
"Siapa namamu?" tanya lelaki itu.
"Anna Kinandita," jawabnya sambil memandangi apel yang diberikan pasien di sampingnya itu. "Kamu? Namamu?" Ia menoleh kembali ke samping.
Senyum indah masih saja terukir di wajah lelaki tampan itu, Anna kembali terpesona. "Aksa." Ia mengulurkan tangannya. "Mau jadi temanku?"
Anna menatap uluran tangan itu lalu kembali menatap wajah Aksa, gadis itu mengangguk, ia menyambut uluran tangan Aksa. Mereka berdua saling melempar senyum, senyum indah yang membuat jantung keduanya berdetak cepat.
-0-
Meski kepala Anna terasa berdenyut, ia masih bisa tersenyum karena kembali mengingat kenangannya yang indah bersama Aksa. "Maukah kamu bercerita tentang kita?"
"Tentu aku mau. Mau kuceritakan tentang apa?" Aksa nampak senang gadis itu memintanya untuk bercerita.
"Tentang kenangan kita berdua," jawab Anna sumringah.
"Kalau begitu, kuceritakan tentang kita dan Al yang datang ke kebun binatang seminggu sekali atau saat kita membantu Al di toko rotinya. Mau yang mana?" Aksa menawarkan.
"Apakah di setiap kenangan kita ada Al?" Anna penasaran.
Aksa mengangguk. "Ada aku dan kamu, pasti ada Al. Tapi, ada kalanya kita hanya berdua jika saat kamu menjagaku dan Al sedang berada di sekolah atau di toko roti."
"Bisa ceritakan tentang kenangan kita berdua saja?" Anna paling penasaran dengan bagian itu daripada kenangannya yang diselipi oleh Al.
Aksa tertawa kecil mendengar permintaan kekasihnya itu. "Kenapa? Padahal aku ingin bercerita tentang kenangan yang ada Al."
"Karena aku ingin tahu tentang kenanganku dengan kekasihku terlebih dulu." Anna nyengir.
"Anna!" Al berlari ke arah Anna yang kini memandangnya. "Kupikir kamu hilang. Haduh, jangan pergi tanpa kutemani." Napas lelaki itu tersengal, tetapi perasaannya lega bisa melihat Anna baik-baik saja.
"Tenang saja, ada seseorang yang menjagaku." Anna tersenyum.
Al bingung. "Siapa?"
Anna menoleh ke samping, tetapi Aksa sudah tidak berada di sana lagi. "Tadi, ada seseorang di sini." Ia menunjuk tempat Aksa duduk tadi.

Promise to AnnaWhere stories live. Discover now