Bab 9 Peringatan

3 3 0
                                    

Anna dan Al sekarang berada di kebun binatang. Al mengajak Anna ke tempat ini karena dulu Aksa selalu mengajak mereka datang ke kebun binatang seminggu sekali. Aksa paling suka dengan binatang, jadi kebun binatang adalah tempat istimewa bagi lelaki itu. Membawa Anna kemari tentu juga bermaksud mengembalikan ingatan gadis itu.
Mereka berdua tampak menikmati melihat binatang, Al yang terkadang menirukan gaya seekor binatang membuat Anna tertawa. Sementara mereka berdua bersenang-senang, Aksa yang dari kejuhan melihat keduanya hanya bisa tersenyum. Andakaikan ia masih hidup, ia akan bersama dengan mereka. Aksa sengaja tidak mendekat, ia ingin memberi ruang untuk Al dan Anna berdua saja, terlebih lagi ia juga memiliki tugas lain. Sedari Anna dan Al berangkat dari rumah ke toko lalu ke kebun binatang, mereka berdua sudah diikuti, Aksa memastikan orang tersebut tidak melakukan hal berbahaya lagi kepada Anna. Ternyata peringatannya saat di mobil tidak mempan terhadap orang tersebut.
Aksa kini beralih memandang ke seorang gadis yang beridentitas Rani untuk sekarang ini, ia yakin pasti di balik pakaiannya yang serba panjang dan tebal itu tersimpan senjanta, entah pistol atau pisau. Jika Rani sudah melewati batas aman, Aksa akan kembali menampakkan wujudnya nanti, kali ini ia tak akan tanggung-tanggung, Aksa ingin sekali memukul wajah gadis itu.
Anna sekarang sedang duduk sendirian, Al sedang membeli es krim yang ada tak jauh dari tempat Anna duduk. Rani yang melihat kesempatan mulai mengeluarkan pistolnya dari balik pakaiannya, sekarang keadaan juga lumayan sepi dan tidak ada yang menghalang-halangi ia menembak, posisi gadis itu juga menguntungkan karena berada di antara dua gedung kecil tempat penyimpanan, jadi ia tak terlihat mencolok. Rani mulai membidik ke arah Anna, ia langsung mengarahkan ke bagian jantung, bagian vital.
Aksa langsung mengumpulkan energinya, kali ini ia akan memukul gadis itu, Aksa tidak akan ragu meski lawannya adalah perempuan. Aksa menampakkan diri di dekat pistol yang diacungkan Rani, gadis itu kaget seketika.
“Sudah kubilang, jika kamu menembak Anna. Aku akan mengikutimu seumur hidupmu dan aku akan memberimu kesialan yang luar biasa.” Aksa menampakkan dirinya yang menakutkan.
“Aku tidak takut dengan hantu semacam kau, yang ada jika mengikutiku kamu yang sial.” Keterkejutan Rani hilang dan digantikan dengan keberanian.
Rahang Aksa mengeras, tangannya sedari tadi mengepal, ia melayangkan pukulan ke wajah Rani. Pukulan Aksa benar-benar terasa nyata dan begitu keras hingga membuat gadis tersebut tersungkur dan kacamatanya lepas.
“Jangan mengira aku ini hantu sembarangan.” Aksa melebarkan matanya. “Ini adalah peringatan dariku, aku juga bisa menghajarmu kapan saja.” Ia pun menghilang dari pandangan Rani, tetapi sebenarnya masih di tempatnya, dadanya terasa nyeri karena menggunakan energi berlebihan.
Rani tersenyum kaku sambil memegangi pipinya yang terkena pukulan Aksa. Di dalam hatinya ia mengutuk hantu yang selalu mengagalkan aksinya itu. Ia memungut pistol yang tadi ia jatuhkan saat dipukul Aksa, lalu gadis itu berdiri setelah kembali memakai kacamatanya. 
“Jangan harap peringatan dari hantu bisa menakutiku,” ucapnya dengan senyum bengisnya yang khas.
Aksa tercenung. “Suara ini, ia laki-laki.”

Promise to AnnaWhere stories live. Discover now