18. That's not what i expected

351 58 8
                                    

Biasakan tinggalkan jejak dengan cara vote dan komen yaaa☺️


Jaemin sekarang berada di apartemen Haechan. Setelah kejadian beberapa menit yang lalu, yang membuat Lia dan dirinya menjadi canggung. Pernyataan Lia membuatnya terkejut dan dia terus memikirkan ucapan perempuan itu.
Haechan keluar dari kamarnya dengan rambut yang masih basah, dia baru saja selesai mandi. Haechan berjalan ke arah kulkas, kemudian membuka kulkas miliknya dan mengeluarkan sebotol alcohol

"Kau ingin minum apa, Jaem?"

Haechan masih memegang pintu kulkasnya sambil melihat isi kulkasnya yang sudah hampir kosong karena dia belum berbelanja lagi. Haechan berbalik melihat Jaemin yang hanya diam tidak menjawabnya

"Jaemin!"

Jaemin tersentak "Apa?" Jaemin diam menatap muka melas Haechan, "Ah itu, aku ingin bir"

Haechan lalu mengambil sebotol bir lagi dan menutup pintu kulkasnya, kemudian dia berjalan mendekati Jaemin, ikut duduk di lantai sebelah Jaemin

"Ah iya aku lupa mengambil gelas" Haechan bangkit berdiri lalu mengambil dua gelas dan duduk kembali. Haechan membuka satu botol bir dan menuangkannya ke gelas Jaemin dan gelas miliknya

"Hari ini aku dan Yena pergi toko perhiasan itu"

"Lalu bagaimana? Apa ada perkembangan?"

"Kami melihat rekaman CCTV itu, kami bisa melihat wajahnya tapi tidak bisa mengenalinya"

Jaemin mengambil gelasnya dan meminum bir nya, "Yang aku tidak mengerti, mengapa pemilik toko itu menelepon polisi?"

"Pemilik toko itu curiga padanya"

Jaemin mengangguk mengerti. Kemudian tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Jaemin yang sibuk dengan pikirannya sesekali menuangkan bir ke gelasnya dan meminumnya, begitupun juga dengan Haechan

"Chan"

"Hmm?"

"Aku tidak pandai berbicara hal-hal seperti ini"

Haechan melihat Jaemin dengan raut wajah bingung, "Maksudmu? Ada apa? Apa ada sesuatu?" Haechan masih menunggu jawaban Jaemin dengan raut wajah penasaran sekaligus bingung, "Katakan padaku"

"Hari ini terjadi sesuatu yang tidak aku harapkan" Jaemin diam sejenak "Lia menciumku"

"Lalu? Ini bukan pertama kalinya" Haechan santai dan tentu saja tidak terkejut sama sekali karena memang benar jika ini bukan pertama kalinya Lia mencium Jaemin

"Ini bukan akting, itu nyata. Maksudku itulah yang dikatakan Lia"

Haechan diam karena mengerti apa yang dikatakan Jaemin. "Apa kau menanggapinya?" Jaemin melihat Haechan bingung karna ucapannya, "Aku sedang berbicara tentang ciuman itu"

Jaemin hanya diam, Haechan mengangguk karena sudah mendapat jawaban hanya dari tatapan Jaemin "Oke, aku mengerti"

"Lia bukan tipe wanita yang seperti itu Chan, dia bukan tipe wanita yang suka mencium setiap orang ketika bertemu. Aku pasti sudah melakukan sesuatu hal yang salah yang membuat dia melakukan itu"

"Tidak, Jaem. Kadang perasaan saling membantu dalam hal ini, dengan kata lain itu terjadi tanpa kau sadari. Kau enak tidak perlu melangkah sejauh ini, lihatlah sudah ada seseorang yang menyukaimu. Tidak sepertiku" Haechan tersenyum lalu mengambil gelasnya dan meminum bir nya

"Dia tidak memberiku harapan. Tapi aku terus-menerus menyukainya seperti orang gila" lanjut Haechan.

Jaemin memandang Haechan kebingungan karena tidak mengerti siapa yang sedang dia bicarakan

OUR STORY : Diamonds, Murder, and LoveWhere stories live. Discover now